Nauru, Negara Kaya yang Kini Bangkrut

Potongan Nostalgia
#PotonganNostalgia || Mari bernostalgia! Menjelajah apa yang sudah mulai terlupakan, atau bahkan belum sempat diingat
Konten dari Pengguna
1 Desember 2020 13:41 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto: Pulau Nauru. Dok: The New York Times.
zoom-in-whitePerbesar
Foto: Pulau Nauru. Dok: The New York Times.
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Nauru adalah negara pulau yang terletak di samudera Pasifik. Wajar jika pulau kecil ini terdengar asing bagi telinga banyak orang di Indonesia, karena negara pulau ini sangat kecil dan hampir tak memiliki peran signifikan dalam dunia internasional.
ADVERTISEMENT
Padahal menurut sejarahnya, pada tahun 1980-an, Nauru adalah negara paling makmur di dunia. Tetapi dalam beberapa tahun kemudian, statusnya berubah drastis menjadi salah satu negara paling miskin di dunia.
Negara yang luas pulau utamanya hanya memiliki luas 21 kilometer persegi ini merupakan satu di antara negara kepulauan terkecil di laut Pasifik dengan populasi penduduk tidak lebih dari 10.000 jiwa.
Negara bekas koloni Inggris ini tercatat pernah jadi negara dengan pendapatan per kapita tertinggi, sehingga sempat membuat iri banyak negara-negara tetangganya di Pasifik.
Foto: Pulau Nauru. Dok: Nauruloop
Pada masa kejayaannya Nauru adalah negara dengan penghasil fosfat terbesar dunia. Fosfat yang dihasilkan adalah fosfat yang bermutu sangat tinggi yang terbentuk dari endapan kotoran burung selama berabad-abad.
ADVERTISEMENT
Fosfat sendiri merupakan bahan baku pupuk. Setelah merdeka dari Inggris tahun 1968, tambang fosfat bergitu marak di Nauru, puncak produksinya terjadi pada era tahun 1980-an yang membuat ekonomi Nauru mengalami kemajuan pesat.
Permintaan fosfat dunia yang mengalami kenaikan pesat memicu eksploitasi besar-besaran fosfat di Nauru. Di sisi lain, cadangan di tambang-tambang fosfat di Australia dan Selandia Baru terus menipis. Ini membuat pasokan fosfat beralih ke Nauru.
Pada tahun 1960-an hingga 1970-an, pembukaan tambang fosfat yang masif membuat banyak penduduk yang harus pindah dari tempat tinggalnya. Tentu saja keuntungan yang diterima pemerintah Nauru sangatlah besar. Dari penjualan fosfat di tahun 1980 saja, negara itu mendapatkan pemasukan paling sedikit 123 juta dollar AS.
ADVERTISEMENT
Dengan penduduk yang hanya sekitar 10 ribu jiwa, membuat Nauru menjadi negara teratas dengan pendapatan per kapita tertinggi di dunia, mencapai 27.000 dollar AS per tahun, jauh di atas pendapatan per kapita Amerika Serikat yang di tahun 1980 sebesar 12.500 dollar AS.
Memiliki pendapatan yang besar mendorong pemerintah Nauru membebaskan banyak pajak dan subsidi perumahan besar-besaran. Layanan publik dan fasilitas umum seperti rumah sakit, sekolah, transportasi, semua digratiskan. Para pejabat pemerintah pun bergaya hidup glamor.
Foto: Alat berat yang terbengkalai. Dok: Pop-up
Dinilai terlalu menghamburkan kekayaan dari tambang fosfat dan tidak dimanfaatkan sebagai investasi jangka panjang. Perlahan, deposit fosfat mulai habis dieksploitasi di tahun 1990-an.
Sekitar 80 persen pulau utama Nauru mengalami rusakan parah akibat bekas tambang yang tidak bisa dimanfaatkan lagi untuk pertanian. Negara ini akhirnya mengadalkan pemasukan dari pinjaman pemerintah Australia. Pada tahun 2002, Nauru bahkan tak bisa membayar utangnya sebesar 239 juta dollar Australia karena devaluasi mata uang Negeri Kanguru itu.
Foto: Bekas Tambang yang merusak tanah, Dok: The New York Times
Hingga saat ini, pemasukan Nauru masih bergantung pada bantuan Australia. Setiap tahun hingga 2018, negara ini menerima bantuan sebesar sekitar 176 juta dollar AS dari Australia, atau dua pertiga dari seluruh penerimaan Nauru.
ADVERTISEMENT
**
Referensi: