Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.87.1
Konten dari Pengguna
Ngaben, Upacara Kremasi Jenazah di Bali
7 April 2020 19:57 WIB
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Bali merupakan salah satu ikon akan kekayaan budaya masyarakat Indonesia. Selain tari kecak, leak Bali, atau beberapa tempat wisatanya, Bali terkenal dengan budaya upacara ngaben. Jika kita berkunjung ke Bali dan mengunjungi sebuah pantai, mungkin kita akan bertemu dengan sekelompok masyarakat yang sedang menyelenggarakan ngaben atau pembakaran jenazah. Berbeda dengan kremasi jenazah yang dilakukan oleh masyarakat etnis Tionghoa, ngaben memiliki makna dan tujuan tersendiri bagi masyarakat Hindu Bali. Yuk kita simak sejarah dan makna ritual ngaben berikut ini!
ADVERTISEMENT
Makna dan Tujuan Upacara Ngaben
Secara sederhana, ngaben merupakan ritual pembakaran jenazah atau kremasi jenazah. Istilah ini secara khusus digunakan oleh masyarakat Hindu di Pulau Dewata, Bali. Masyarakat Hindu percaya bahwa ngaben menjadi sebuah proses untuk mengantarkan jenazah menuju kehidupan selanjutnya. Berbeda dengan pemakaman jenazah pada umumnya, ritual ngaben tidak disertai dengan isak tangis karena keluarga meyakini bahwa orang yang meninggal tersebut hanya pergi untuk sementara waktu dan akan bereinkarnasi atau menemukan peristirahatan terakhir di Moksha, sutau keadaan ketika jiwa telah terbebas dari reinkarnasi dan roda kematian. Selain itu, ngaben dipercaya juga menjadi simbol penyucian roh dari orang yang telah meninggal.
Dalam kepercayaan masyarakat Hindu, jasad manusia terdiri dari dua unsur, yaitu badan halus (roh atau atma) dan badan kasar (fisik). Fisik atau badan kasar terdiri dari lima unsur atau biasa disebut ‘panca maha butha’. Kelima unsur tersebut, yaitu pertiwi (tanah), teja (api), apah (air), bayu (angin), dan akasa (ruang hampa). Kelima unsur tersebut dipercaya membentuk fisik manusia dan digerakkan oleh roh. Saat seorang manusia meninggal dunia, yang mati hanyalah badan kasarnya saja, sedangkan rohnya tidak. Untuk menyucikan roh tersebut dilakukan ngaben untuk memisahkan atma dari fisiknya.
ADVERTISEMENT
Pelaksanaan Upacara Ngaben
Ngaben merupakan sebuah upacara akbar dan membutuhkan dana yang cukup besar. Bagi keluarga yang berasal dari latar belakang ekonomi yang kurang mampu, biasanya diadakan ngaben massal sehingga beban biaya dapat sedikit berkurang. Di samping itu, dalam agama Hindu terdapat pula beberapa ngaben sederhana dengan biaya yang tidak begitu besar. Berikut ini lima tipe ngaben sederhana dalam agama Hindu.
1. Mendhem Sawa
Mendhem sawa artinya penguburan jenazah (jenazah dipendam). Ritual ini dilakukan ketika keluarga yang berkabung belum memiliki dana yang cukup untuk melakukan ritual ngaben. Pada prinsipnya, orang yang meninggal harus segera diaben. Namun, bagi mereka yang membutuhkan waktu, jasad wajid dipendam dahulu dengan kepercayaan dititipkan pada Dewi Penghuluning Setra (Dewi Durga).
ADVERTISEMENT
2. Ngaben Mitra Yajna
Ngaben mitra yajna berasal dari kata pitra dan yajna. Pitra berarti leluhur, sedangkan yajna berarti korban suci. Istilah ngaben mitra yajna ini digunakan untuk menyatakan tipe ngaben yang berasal dari ajaran lontar Yama Purwana Tattwa.
3. Pranawa Pranawa
Pranawa pranawa merupakan nama tipe ngaben yang menggunakan huruf suci sebagai simbol sawa. Dalam tipe ngaben sederhana ini jenazah dikuburkan terlebih dahulu tiga hari sebelum upacara ngaben dilaksanakan.
4. Pranawa Bhuanakosa
Sama dengan ngaben pranawa pranawa, upacara ngaben pranawa bhuanakosa dilakukan dengan menguburkan jenazah terlebih dahulu sebelum diaben. Menurut kepercayaan masyarakat Hindu, pranawa bhuanakosa merupakan aliran dewa Brahma terhadap resi Brghu.
5. Swasta
Tipe ngaben swasta dilakukan untuk orang yang meninggal di daerah yang tidak diketahui. Ngaben ini dilakukan dengan simbolisasi berupa tempayan, 12 helai benang, air, dan tulang cendana sebanyak 18 potong.
ADVERTISEMENT
sumber:
Laman Kabupaten Buleleng