Nicolaus Copernicus dan Teori Heliosentris yang Mengungkap Tata Surya

Potongan Nostalgia
#PotonganNostalgia || Mari bernostalgia! Menjelajah apa yang sudah mulai terlupakan, atau bahkan belum sempat diingat
Konten dari Pengguna
21 Januari 2021 16:09 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Nicolaus Copernicus | Wikimedia Commons
zoom-in-whitePerbesar
Nicolaus Copernicus | Wikimedia Commons
ADVERTISEMENT
Dalam On the Revolutions of the Celestial Spheres”, ahli astronomi Polandia, Nicolaus Copernicus menyodorkan sebuah konsep baru yang berhasil mengubah pandangan manusia mengenai alam semesta. Salah satu karya paling bersejarah itu dinilai radikal oleh banyak kalangan, karena membahayakan keseimbangan pengetahuan manusia yang selama ini dijaga oleh pihak Gereja.
ADVERTISEMENT
Sebelum Copernicus mengemukakan teorinya, orang-orang percaya bahwa Bumi adalah pusat alam semesta. Pandangan itu didasarkan pada pemikiran seorang ahli astronomi dari Mesir bernama Ptolomeus, dan filsuf Yunani, Aristoteles. Masyarakat sangat percaya dengan pandangan dua tokoh besar itu, sehingga tidak ada yang melakukan penelitian lebih lanjut untuk membuktikan kebenarannya.
Teori geosentris itu bertahan selama berabad-abad dalam ilmu pengetahuan manusia, hingga akhirnya para ahli astronomi dan ilmuwan Abad Pertengahan menghasilkan temuan-temuan baru tentang perilaku planet, dan alam semesta. Penggunaan teori geosentris mulai menimbulkan banyak masalah, terutama karena banyak hal yang tidak dapat dibuktikan kebenarannya secara ilmiah.
Halaman judul buku Copernicus | Wikimedia Commons
Nicolaus Copernicus muncul sebagai salah satu ilmuwan yang sangat kritis menentang teori geosentris. Banyak ahli astronomi yang sebenarnya setuju dengan pandangan Copernicus dan berani membuktikan keberanannya, namun mereka tidak berani mengeluarkan pendapatnya, karena adanya tekanan dari pihak gereja.
ADVERTISEMENT
Tanpa menghiraukan berbagai pertentangan yang ditujukan kepadanya, Copernicus membuat sebuah gagasan baru mengenai alam semesta. Ia menyatakan bahwa matahari adalah pusat alam semesta, dengan Bumi dan planet-planet lain beredar mengelilinginya.
Riwayat sang Filsuf Astronomi
Nicolaus Copernicus | History
Lahir di tengah-tengah keluarga saudagar kaya pada 1473, Copernicus menempuh pendidikan menengah di Polandia. Kemudian ia melanjutkan sekolahnya di Italia mengambil jurusan kedokteran, hukum, astronomi, dan matematika. Pada 1506, ia kembali ke Polandia untuk menjadi dokter pribadi pamannya, seorang uskup Katolik.
Copernicus memberikan banyak kontribusi penting bagi perkembangan ilmu astronomi, salah satunya menerapkan matematika untuk menghitung posisi planet, dan memprediksi durasi waktu terjadi peristiwa-peristiwa angkasa, misalnya gerhana.
Sekitar tahun 1513, Copernicus menerbitkan sebuah karya singkat untuk teori heliosentris, yang menyatakan bahwa matahari sebagai pusat alam semesta. Karyanya itu dikenal secara luas sebagai “Commentarius”.
Isi buku yang ditulis oleh Copernicus | Wikimedia Commons
Selama bertahun-tahun, Nicolaus Copernicus mencoba menyempurnakan teori heliosentrisnya. Ia berhasil menemukan banyak fakta baru mengenai kondisi planet-planet di alam semesta, termasuk kecepatan perputaran tiap planet yang akan memengaruhi kondisinya.
ADVERTISEMENT
Selama bertahun-tahun sebelum meluncurkan teorinya, Copernicus dilanda kebimbangan. Hal itu terjadi karena ketakutannya akan ancaman gereja, dan hukuman berat yang menanti dirinya. Namun ia terus menyempurnakan teorinya dan semakin yakin bahwa pandangannya akan memberikan dampak yang sangat besar bagi perkembangan ilmu pengetahuan di masa yang akan datang.
Akhirnya pada 1543, Copernicus menerbitkan hasil-hasil temuannya kepada masyarakat. Karyanya itu dicetak oleh seorang warga Jerman pemeluk aliran Lutherian. Awalnya ia memiliki kecemasan yang sama dengan Copernicus karena adanya hukum gereja, tetapi untuk melindunginya, ia menambahkan sebuah kata pengantar yang dibuat oleh imam besar Lutherian, bahwa karya itu hanyalah sebuah teori biasa.
Tetapi walau demikian, banyak masyarakat yang terpengaruh oleh teori Copernicus, sehingga karyanya itu menjadi kontroversi di tengah masyarakat.
Replika patung Copernicus yang berada di Montreal, Canada | Wikimedia Commons
Selama 50 tahun setelah diterbitkan, teori Copernicus tidak cukup populer, hingga akhirnya seorang astronomi Italia bernama Galileo Galilei membuat sebuah teleskop besar pada 1609. Galileo lalu melakukan pengamatan langit, dan hasilnya ia meyakini kebenaran dari teori Copernicus.
ADVERTISEMENT
***
Referensi: