Operasi Perisai Gurun, Gerakan Penyelamatan Minyak Dunia

Potongan Nostalgia
#PotonganNostalgia || Mari bernostalgia! Menjelajah apa yang sudah mulai terlupakan, atau bahkan belum sempat diingat
Konten dari Pengguna
16 Februari 2019 10:41 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto: Wikimedia Commons
zoom-in-whitePerbesar
Foto: Wikimedia Commons
ADVERTISEMENT
Perang Teluk Persia yang berlangsung selama musim dingin tahun 1990 sampai 1991, merupakan konflik paling luas yang disiarkan di televisi seluruh dunia. Jutaan masyarakat dari berbagai negara menyaksikan perang itu, di mana banyak teknologi pemusnah ditampilkan, termasuk misil Tomahawk yang dianggap sebagai “bom pintar” pada masa itu.
ADVERTISEMENT
Pada 2 Agustus 1990, militer Irak menginvasi negara kecil pemilik minyak besar dunia, Kuwait, yang berada di sebelah selatan wilayah mereka. Pada 8 Agustus, pemimpin Irak, Saddham Hussein, mengumumkan aneksasi Kuwait. Irak pun berhasil meningkatkan perolehan minyak mereka secara besar-besaran.
Presiden Amerika Serikat, George Herbert Walker Bush, kemudian bereaksi atas peristiwa itu. Ia menyatakan bahwa invasi Irak terhadap Kuwait harus dihentikan karena akan mengganggu keseimbangan dunia, khususnya di bidang industri minyak.
Melalui Perserikatan Bangsa-Bangsa, Presiden Bush membentuk sebuah koalisi dari negara-negara yang bersedia membantu Amerika untuk memaksa Irak menyerahkan hasil agresinya.
Presiden Bush pun mengumumkan peluncuran Operasi Perisai Gurun, dengan mengirimkan ribuan personel militer Amerika ke Timur Tengah. Di sana, mereka akan mendirikan markas militer sementara di gurun milik Kerajaan Arab Saudi.
ADVERTISEMENT
Jenderal Amerika, H. Norman Schwarzkopf, dipercaya memimpin 100.000 tentara Gerak Cepat Amerika selama 30 hari pertama dilancarkannya misi tersebut. Hingga bulan November 1990, jumlah tentara yang berpartisipasi dalam perang mencapai 230.000 prajurit dari beberapa negara.
Amerika memberikan tenggat waktu hingga 15 Januari 1991 kepada Irak untuk segera menarik diri dari Kuwait. Namun, Saddham Hussein menanggapinya dengan penolakan untuk mundur dan menyatakan bahwa “perang akan segera pecah”.
Sebelum perang benar-benar pecah, sempat dilakukan perundingan terakhir di Jenewa, Swiss, tetapi hal itu tidak merubah posisi Irak. Pada 16 Januari 1991 malam, kekuatan tempur koalisi memulai Operasi Badai Gurun dengan menjatuhkan sejumlah peledak ke wilayah Irak.
Pada perang itu, dunia diperkenalkan dengan “bom pintar”, yang dirancang hanya untuk menemukan target-target militer, dan menghindari pemukiman penduduk sipil. Tercatat sebanyak 112.000 serangan berhasil dilancarkan selama perang tersebut berlangsung.
ADVERTISEMENT
Pertempuran darat dimulai pada 24 Februari saat pasukan Amerika, Arab Saudi, Mesir, Suriah, Inggris, dan Prancis melakukan penyapuan di gurun menghadapi pasukan Irak yang menguasai Kuwait.
Perlawanan Irak mulai terlihat runtuh karena harus menghadapi pasukan gabungan yang sangat besar. Saddham Hussein dan pasukannya pun akhirnya mundur ke wilayah utara.
Amerika Serikat menghentikan serangan daratnya pada 28 Februari, setelah 100 jam pertempuran tanpa henti yang akhirnya mengusir seluruh kekuatan Irak dari Kuwait.
Tercatat jumlah korban dari pihak koalisi mencapai 334 prajurit. Sementara di pihak Irak, korban tewas diperkirakan sebanyak 100.000 orang, 300.000 lebih mengalami luka-luka, dan 88.000 menjadi tawanan perang.
---
Sumber: Crompton, Samuel Willard. 2007. 100 Peperangan yang Berpengaruh di Dalam Sejarah Dunia. Tangerang: Karisma.
ADVERTISEMENT