Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Pandangan Aristoteles Mengenai Etika yang Memengaruhi Arah Intelektual
11 September 2018 18:55 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:06 WIB
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Nicomachean Ethics mendapat peringkat sebagai salah satu karya paling penting bagi perkembangan sastra Yunani selama ribuan tahun. Ia ditulis oleh Aristoteles, filsuf paling pandai di Yunani Kuno, sekitar tahun 330 SM.
ADVERTISEMENT
Setelah lulus dari Plato’s Academy di Athena, sekitar 345 SM, Aristoteles menjadi guru Alexander The Great, yang saat itu berusia 13 tahun. Dengan kepandaiannya, Aristoteles berhasil mengubah Alexander menjadi seorang pemimpin besar yang berhasil menaklukkan banyak peradaban besar dunia.
Alexander dinobatkan sebagai raja pada 336 SM, setelah itu Aristoteles kembali ke Athena dan mendirikan sekolah bernama Lyceum. Ia menghabiskan 13 tahun berikutnya untuk mengajar dan menyusun berbagai karya filsafat, politik, dan ilmiah. Di sinilah Arsitoteles mulai mengubah pandangan masyarakat Yunani melalui karya tulisnya yang sangat berpengaruh.
Penamaan Nicomachean Ethics pada karyanya diambil dari nama putra Aristoteles, Nicomachus. Putranyalah yang mencatat hasil pemikiran serta catatan Aristoteles mengenai konsep etika. Menurutnya, etika mengacu pada upaya manusia untuk menemukan kebaikan terbaik yang dapat mereka bangun.
ADVERTISEMENT
Baginya, semua manusia akan berusaha keras mencapai kebahagiaan mereka. Aristoteles percaya bahwa kebahagiaan adalah aktivitas jiwa yang sifatnya paling mulia.
Ia memiliki pandangan bahwa hal mendasar yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya adalah akal budi. Manusia menggunakan akalnya untuk mencapai kebahagiaan yang akan menghasilkan nilai-nilai moral dan intelektual.
Dalam karyanya itu ia juga menjelaskan bahwa nilai moral terlihat dalam pilihan manusia untuk bertindak dengan sengaja sebagai bagian dari kehidupan yang mereka jalani. Tindakan setiap manusia harus dilakukan dengan memperhatikan kelebihan dan kekurangannya.
Perenungan filosofis dapat menghadirkan kebahagiaan yang besar pada seseorang, walaupun hal itu hanya berlaku untuk beberapa orang saja. Bagi sebuah negara, ia selalu mengatakan bahwa kebahagiaan dapat ditemukan di dalam aktivitas politik dan berbagai kebijakan umum yang tidak merugikan.
ADVERTISEMENT
Sayangnya banyak hasil tulisan Aristoteles yang disembunyikan setelah kematiannya. Hal itu dilakukan agar tidak dicuri oleh siapapun, namun keputusan itu menyebabkan banyak karyanya yang rusak.
Karya-karyanya masih dapat diselamatkan bahkan baru ditemukan lebih dari dua abad setelah kematiannya, dan kemudian dibawa ke Athena. Buku-bukunya kembali berpindah setelah pasukan Romawi menyerang Athena. Mereka kemudian membawanya ke Roma, di mana karya Aristoteles tersebut menarik pehatian banyak kalangan cendikiawan.
Semasa Eropa diliputi Zaman Kegelapan, di mana Gereja Katolik melarang karya-karya sastra bernilai tinggi, tulisan Aristoteles dilupakan oleh para cendekiawan. Barulah pada 1169, seorang cendekiawan Muslim, Ibnu Rushd, menerjemahkan karya-karya Aristoteles dari bahasa Yunani ke dalam bahasa Arab, kemudian diterjemahkan ke bahasa Latin. Sejak saat itulah minat terhadap karya-karya Aristoteles mulai bangkit di seluruh penjuru Eropa.
ADVERTISEMENT
Sumber: Raftery, Miriam. 2008. 100 Buku yang Berpengaruh di Dalam Sejarah Dunia. Tanggerang: Karisma
Foto: commons.wikimedia.org