Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.0
10 Ramadhan 1446 HSenin, 10 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna
Pangeran Diponegoro ‘Si Ratu Adil’
20 Januari 2017 18:31 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:19 WIB
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Diponegoro bukan lagi nama asing bagi Indonesia, perang Jawa 1825-1830 yang menewaskan 200 ribu pribumi, 1500 serdadu Belanda, dengan biaya perang mencapai 25 juta gulden (setara dengan 2,2 miliar dollar AS saat ini), merupakan perang perlawanan terbesar dengan Diponegoro sebagai pelopornya.
ADVERTISEMENT
Diponogero yang lahir di Yogyakarta pada tanggal 11 November 1795, tepat menjelang fajar, dalam ramalan Jawa konon menandakan seseorang yang berbicara sangat lancar dan kuat, bermurah hati, dan berwatak bijaksana. Terlepas dari itu ramalan-ramalan mengenai sang pangeran di masa depan semakin kuat dan muncul kepermukaan. Besar Bersama nenek buyutnya di tegalrejo Diponegoro tumbuh menjadi lelaki yang bijaksana, menjunjung tinggi ajaran islam, kental dengan tradisi Jawa, dan yang paling penting dapat merangkul hampir semua golongan masyarakat Jawa. Itu lah yang menjadikan Diponegoro sebagai ratu adil.
Hidup pada masa kolonial Belanda tentunya bukan merupakan sebuah pilihan, Diponegoro menjadi dewasa ketika masa transisi antara konflik Eropa yang semakin mencuat mengakibatkan ekonomi masyarakat Jawa menjadi semakin parah, faktor sosial pribumi yang selalu dianggap remeh, membuat Diponegoro tampil di garda depan orang yang melawan kompeni, masalah pengumpulan masa tidak usah di Tanya, seorang ratu adil sudah pasti dapat mengumpulkan massa dengan sekali perintah. Buktinya Perang Jawa berlangsung hingga lima tahun.
Sumber Gambar : historia.id
ADVERTISEMENT