Pasar Gambir Dulu

Potongan Nostalgia
#PotonganNostalgia || Mari bernostalgia! Menjelajah apa yang sudah mulai terlupakan, atau bahkan belum sempat diingat
Konten dari Pengguna
25 September 2017 22:13 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Siapa sangka bahwa Pasar Gambir dalam sejarahnya merupakan sebuah pameran yang sudah ada sejak masa kolonial, sebelum akhirnya tenggelam di masa Orde Lama. Pasar ini pada awalnya merupakan pameran etnografi dan kerjainan tangan yang diadakan pada 1953 di Batavia. Kemudian di teruskan ke lapangan Gambir atau pada masa Hindia Belanda disebut Koningsplein.
ADVERTISEMENT
Pasar Gambir di adakan dalam rangka merekayakan ulang tahun Ratu Wilhelmina, ratu kebanggaan orang Belanda, biasanya diadakan pada 31 Agustus sampai pada pertengahan September.
Selain banyak barang-barang yang di pamerkan, seperti lukisan, pakaian, makanan, dan masih banyak lagi produk yang dijajakan. Penjualan produk ini berada dibawah Departement van Onderwijs Eeredients en Nijverheid atau Departemen pendidikan, Agama, dan Kerajinan Pemerintah Hindia-Belanda.
Pada 1918 pasar Gambir kemudian diambilalih oleh panitia khusus yang diadakan untuk Pasar Gambir, bukan lagi dibawah Departemen Pendidikan, Agama, dan Kerajinan. Demi untuk menarik minat massa lebih banyak lagi, Pasar Gambir kemudian terus menambah inovasinya dengan acara hiburan, mulai untuk anak-anak sampai orang dewasa. Seperti bioskop terbuka dan terutup, berbagai permainan ketangkasan, kongkurs keroncong (live Java) dan konser musik.
ADVERTISEMENT
Dari pasar Gambir yang awalnya kecil pula ini tidak sedikit tokoh penghibur mucnull dan menjadi kenamaan, contohnyaa adalah Miss Riboet, Annie Landouw, Bram Titaley dan ada Abdullah yang dikenal sebagai penyanyi keroncong. Dari dunia hiburan bersifat fisik ada juga petinju Kid Bellel, Kid Darlin, Kid Yusuf, Young Sattar dan Boby Nyo.
Kesuksesan akan pasar Gambir yang mampu menundang massa dengan berbagai macam produk yang di pamerkan ternyata membuat model pasar Gambir ini juga di tiru di kota-kota lain seperti Bandung dengan Jaarbur, dan Surabaya dengan Jaarmark, selebihnya model yang sama ada juga di Medan dan Semarang.
Sepulang dari pasar Gambir biasanya orang beramai-ramai membawa kerak telor dan martabak telor, yang menjadi salah satu oleh-oleh khas pasar Gambir. Sayang pasar Gambir menjadi tinggal lama ketika Indonesia merdeka dan dipimpin oleh Soekarno, karena lapangan Gambir harus dibangun menjadi Monas, simbol ibukota kebanggaan Soekarno.
Sumber : Alkatiri, Zeffry. 2010. Pasar Gambir, Komik Cina dan Es Shanghai: Sisik Melik Jakarta 1970-an. Jakarta:Masup Jakarta
ADVERTISEMENT
foto : tempo.co