Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.97.1
Konten dari Pengguna
Pemberontakan Taiping, Kemunculan Sekte Penentang Konfusius
3 Oktober 2018 20:05 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:05 WIB
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kehancuran hampir melanda China, ketika pemerintah tidak mampu untuk memulihkan dampak Perang Candu Pertama. Mereka harus menghadapi pergolakan di dalam negeri dalam kurun waktu yang cukup panjang, selama pertengahan abad ke-19.
ADVERTISEMENT
Dalam masa pemulihan itu, pemerintahan kerajaan di Peking dipusingkan dengan munculnya sebuah sekte agama baru, yang didasarkan pada doktrin Protestan. Gerakan baru itu dipimpin oleh seorang cendikiawan, bernama Hung His-ch’uan.
Pemerintah lalu mengirimkan sejumlah pasukan untuk menumpas para pengikut sekte itu. Namun ternyata mereka berhasil mengalahkan para prajurit kerajaan tersebut. Pemberontakan yang menentang keyakinan tradisional di China itu pun berkembang menjadi sebuah perang saudara.
Hung His-ch’uan berhasil menghimpun pengikut dalam jumlah yang besar dari berbagai daerah di China. Para pemberontak itu mampu menembus pertahanan pemerintah di provinsi-provinsi Sungai Yangtze. Mereka menguasai sebuah gudang senjata milik pemerintah di Yochow, dan mendapat persenjataan yang cukup untuk menentang kerajaan.
Kemudian para pemberontak bergerak ke Lembah Yangtze untuk menaklukan wilayah Nanking. Di sana, Hung His-ch’uan memproklamasikan sebuah dinasti baru, yaitu Taiping, yang berarti “Kedamaian Besar”. Para pemberontak Taiping bermaksud untuk menolak ajaran Konfusius, yang selama ini menjadi dasar kepercayaan seluruh rakyat China.
ADVERTISEMENT
Pemerintah Manchu awalnya sangat kesulitan dengan gerakan para pemberontak itu, selain karena mereka sedang fokus membenahi beberapa wilayah pasca perang, mereka pun kesulitan mengirimkan prajurit yang siap untuk kembali bertempur.
Namun keadaan mulai berubah setelah para pemimpin pemberontakan, yang terdiri dari para birokrat dan cendikiawan China, mengetahui tujuan utama Hung His-ch’uan. Mereka yang masih menjunjung tinggi ajaran Konfusius, berbalik menyerang Hung dan para pengikutnya.
Pemerintah yang mendapat bantuan mulai menjalin persatuan melawan para pemberontak. Setelah tahun 1853, terjadi sebuah kebuntuan selama 7 tahun, di mana pemerintah Manchu menguasai wilayah China bagian utara, sedangkan pemberontak Taiping menguasai daerah selatan.
Pada 1860, setelah Perang Candu Kedua berakhir, para penguasa Eropa memutuskan untuk membantu pemerintah Manchu. Hal itu dilakukan demi kepentingan para pedagang Eropa di kemudian hari. Kapal-kapal Eropa berpatroli di sepanjang perairan selatan China demi mencegah gerakan para pemberontak di wilayah pantai.
ADVERTISEMENT
Frederick Townshend Ward, seorang kapten Amerika dari Salem, Massachusetts, memimpin sebuah pasukan kecil yang terdiri orang-orang Barat, sekitar 4000 prajurit, untuk melakukan serangan di wilayah kekuasaan para pemberontak Taiping. Ia meraih kemenangan dengan menguasai banyak kota di pantai selatan China.
Setelah kematian Kapten Ward, pasukan orang-orang Barat dipimpin oleh Charles George Gordon, seorang perwira Inggris. Baik upaya yang dilakukan oleh Ward maupun Gordon, sama-sama menguntungkan pemerintah Manchu. Mereka berhasil menumpas pemberontakan, dan menaklukan Nanking pada Juli 1864. Perlawanan terakhir para pemberontak terjadi pada 1865, sebelum akhirnya benar-benar dikalahkan.
Perang saudara itu telah mengorbankan jutaan nyawa rakyat China. Bahkan sebagian besar wilayah mengalami kehancuran yang sangat besar. Pemeberontakan Taiping itu menunjukkan kelemahan dinasti Manchu, maupun kekuatan kaisar China yang selama ini dianggap sebagai penguasa yang absolut. China pun dianggap sangat lemah karena selalu tunduk pada kekuatan orang-orang Barat saat itu.
ADVERTISEMENT
Sumber : Crompton, Samuel Willard. 2007. 100 Peperangan yang Berpengaruh di Dalam Sejarah Dunia. Tanggerang : Karisma
Foto : commons.wikimedia.org