Pembunuhan Perdana Menteri Israel yang Pro Perdamaian Tahun 1995

Potongan Nostalgia
#PotonganNostalgia || Mari bernostalgia! Menjelajah apa yang sudah mulai terlupakan, atau bahkan belum sempat diingat
Konten dari Pengguna
26 Mei 2018 16:17 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Yitzhak Rabin, Clinton, dan Arafat (Foto: wikipedia commons)
zoom-in-whitePerbesar
Yitzhak Rabin, Clinton, dan Arafat (Foto: wikipedia commons)
ADVERTISEMENT
Tahun 1995, Irsrael dihebohkan dengan terbunuhnya Perdana Menteri mereka setelah melakukan pidato perdamaian. Adalah Yitzhak Rabin, seorang mantan tentara Israel yang terpilih sebagai Perdana Menteri pada tahun 1992. Yitzhak Rabin pernah bertugas di Angkatan Bersenjata Israel ketika berperang melawan negara Arab dalam Perang Enam Hari. Namun setelah perang tersebut, Yitzhak Rabin berubah menjadi seorang yang cinta perdamaian.
ADVERTISEMENT
Diketahui ia sering melakukan kompromi dengan rakyat Palestina yang tinggal di wilayah kekuasaan Israel ketika sedang bertugas. Setelah menjadi Perdana Menteri Israel, Yitzhak Rabin mulai melakukan berbagai upaya perdamaian dengan Palestina. Salah satu buktinya adalah ia memberikan keleluasaan bagi Palestina untuk memerintah di wilayah Tepi Barat dan sepanjang Gaza. Namun kebijakan-kebijakannya yang mengarah kepada perdamaian itu banyak ditentang oleh masyarakat Israel. Terutama ketika ia melakukan sebuah perjanjian dengan Yasser Arafat.
Di dalam negeri, terjadi banyak protes yang dilakukan oleh masyarakat Israel terhadap keinginan damai Perdana Menteri mereka. Rakyat melakukan serangkaian unjuk rasa menentang pemerintahan Yitzhak Rabin. Bahkan sering kali unjuk rasa tersebut berubah menjadi kericuhan yang sangat besar, yang melibatkan rakyat dan tentara pemerintah.
ADVERTISEMENT
Namun tidak semua rakyat Israel menentang perdamaian, ada sebagian rakyat yang setuju dengan kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh Yitzhak Rabin. Mereka kemudian berkumpul di Kings of Israel Square pada 4 November 1995, melakukan sebuah demonstrasi damai yang bertujuan menolak segala bentuk kekejaman politis yang terjadi. Ada lebih dari 100.000 orang memadati alun-alun tersebut untuk mendengarkan pidato yang disampaikan oleh Yitzhak Rabin.
Pidato Perdana Menteri Israel itu diakhiri dengan kalimat “Demonstrasi ini harus bisa memberikan pesan kepada rakyat Israel dan penganut Yahudi di seluruh dunia, bahwa rakyat Israel menginkan perdamaian dan mendukung perdamaian”.
Salah seorang yang sangat menentang keinginan damai Yitzhak Rabin, bernama Yigal Amir, hadir dalam perayaan damai tersebut. Namun ia tidak berada di antara kerumunan orang-orang itu, melainkan menunggu di tempat parkir dekat dengan mobil Yitzhak Rabin. Ekstrimis muda ini membawa sebuah pistol yang berisi peluru tajam, bermaksud untuk menembakkannya ke arah Yitzhak Rabin. Kehadiran Yigal Amir tidak dipertanyakan oleh siapapun, termasuk para pihak kemanan yang berjaga di sana, sebuah keadaan yang cukup aneh mengingat pengamanan Perdana Menteri seharusnya lebih ketat.
ADVERTISEMENT
Ketika pidatonya selesai, Yitzhak Rabin meninggalkan panggung dikawal oleh empat orang penjaga dan pergi menuju mobilnya untuk kembali ke kediamannya. Tetapi sesaat sebelum mencapai mobilnya, Yigal Amir berlari menuju Yitzhak Rabin dan menembakkan tiga peluru ke arah punggungnya. Perdana Menteri itu didorong oleh pengawalnya ke dalam mobil dan langsung dilarikan ke rumah sakit.
Sementara Yigal Amir langsung ditangkap. Jarak antara alun-alun dengan rumah sakit sebenarnya tidak terlalu jauh, tetapi karena ada kerumunan demonstran, mobil menjadi terhambat. Sehingga ketika sampai perawatan yang dilakukan oleh dokter menjadi sia-sia. Yitzhak Rabin pun dinyatakan meninggal dunia satu jam setelah ditangani oleh dokter.
Sumber: Ballack, Luger. 2006. Kisah Tragis 28 Penguasa. Jakarta : Visimedia.
ADVERTISEMENT