Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Pendidikan Masa Kolonial Abad 20
2 Mei 2017 17:02 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:17 WIB
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT

Pada masa Hindia Belanda ada tiga jenjang sekolah, yakni sekolah rendah, sekolah menengah, dan sekolah tinggi.
ADVERTISEMENT
Jalur sekolah anak Belanda disebut Europese Lagere School (ELS), Lycea, HBS V, dan HBS III. Dari Lycea dan HBS V biasanya mereka dapat melanjutkan ke sekolah yang jenjangnya lebih tinggi yakni THS, GHS, atau RHS.
Jalur sekolah bagi anak Belanda pun sejatinya dapat dimasuki anak Bumiputera dan Tionghoa, meski hanya orang terpilih.
Lain halnya dengan pribumi. Jalur sekolah Bumiputera ialah HIS dengan waktu belajar kurang lebih 7 tahun. Setelah itu, mereka dapat melanjutkan ke MULO, AMS, atau sekolah kejuruan Eropa dan Kweekschool.
Adapun sekolah rendahan untuk Bumiputera sendiri yakni Sekolah Desa (Volkschool) dan Sekolah Kelas II (Tweede Inlandsche School). Seusai lulus dari sekolah rendahan, mereka dapat melanjutkan ke Schakel School agar dapat melanjutkan ke MULO, AMS.
ADVERTISEMENT
Begitu pun dengan keturunan Tionghoa di Hindia Belanda. Mereka terbiasa memilih jalur HCS (Hollandsche Chineesche School) dengan bahasa pengantar Belanda.
Sejatinya, Pemerintah Kolonial membuat kebijakan pendidikan berkarakter bagi Hindia Belanda yang berisikan:
(1) Dualistis - diskriminatif: Sekolah dibedakan untuk anak pribumi, Belanda, dan Tionghoa, juga berdasarkan bahasa pengantarnya.
(2) Gradualis: Sistem sekolah dikembangkan sangat lamban.
(3) Konkordansi: Kurikulum dan sistem ujian disamakan dengan standar negri Belanda.

Sumber foto : http://inpasonline.com/