news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Pengabdian William Thomson terhadap Ilmu Fisika

Potongan Nostalgia
#PotonganNostalgia || Mari bernostalgia! Menjelajah apa yang sudah mulai terlupakan, atau bahkan belum sempat diingat
Konten dari Pengguna
30 November 2018 13:08 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
William Thomson, ilmuwan fisika yang dikenal dengan gelar bangsawan Lord Kelvin (Foto: Wikimedia Commons)
zoom-in-whitePerbesar
William Thomson, ilmuwan fisika yang dikenal dengan gelar bangsawan Lord Kelvin (Foto: Wikimedia Commons)
ADVERTISEMENT
William Thomson dilahirkan di Belfast, Irlandia, pada 1824. Setelah kematian ibunya pada 1832, ia dan keluarganya pindah ke Skotlandia karena ayahnya menerima posisi sebagai profesor matematika di Universitas Glasgow.
ADVERTISEMENT
Sejak kecil, Thomson dikenal sebagai anak yang jenius, terbukti ketika ia dapat diterima di Universitas Glasgow ketika usianya baru 10 tahun. Thomson lalu melanjutkan studinya di Cambridge, dan setelah menyelesaikannya, ia kembali ke Glasgow sebagai profesor fisika pada usia 22 tahun.
Di sana, ia menciptakan laboratorium fisika yang pertama untuk sebuah universitas di Inggris. Thomson melakukan banyak penelitian mengenai panas, mekanik, magnet, dan listrik yang ia percaya dapat disatukan menjadi satu teori tunggal. Ia bekerja sama dengan James Joule dalam membuktikan hubungan antara gerakan mekanikal dengan energi panas.
Thomson mengkalkulasikan bahwa temperatur terendah yang dapat tercatat adalah -273 derajat Celcius. Pada suhu tersebut, semua gerakan atom dan molekulnya akan terhenti. Thomson juga berperan besar dalam pengembangan timbangan temperatur yang dimulai pada nol absolut.
ADVERTISEMENT
Hasil ciptaan Thomson itu dengan cepat digunakan oleh para ilmuwan karena dapat menyederhanakan kalkulasi-kalkulasi yang menyangkut konversi energi. Pada 1851, Thomson membuat kemajuan lain di bidang ilmu pengetahuan, yaitu dengan menciptakan 'hukum termodinamika kedua'.
Menurut teorinya, alam semesta secara keseluruhan menjadi semakin tidak teratur, sedangkan sumber-sumber energi yang dikonsentrasikan berubah menjadi gerakan atom dan molekul yang acak, yang akan menghasilkan energi panas.
Pada 1856, penguasaha asal Amerika, Cyrus Field, mengangkat Thomson sebagai salah seorang penasihat teknis di perusahaannya dalam proyek 'Kabel Telegraf Atlantik'. Melalui analisisnya, Thomson menunjukkan bahwa arus yang lemah bisa diantarkan melalui kabel sepanjang 3.000 mil.
Thomson lalu menciptakan dan segera mematenkan sebuah penerima telegraf yang mudah menerima sinyal, meski dengan kekuatan yang lemah sekalipun. Akan tetapi, teknisi lain menentang pandangannya itu. Mereka bersikeras menggunakan sinyal yang lebih kuat.
ADVERTISEMENT
Pada 1858, jalur sinyal telegraf berhasil dirampungkan, tetapi gagal setelah dua bulan berjalan.
Setelah Perang Sipil Amerika, Cyrus Field kembali mengangkat Thomson sebagai kepala insinyur di perusahaannya. Ia kembali menangani proyek sinyal tersebut, yang berhasil dipasang pada 1866. Thomson menerapkan konsep-konsepnya dan sukses memukau semua orang. Ratu Victoria pun menobatkan Thomson menjadi pahlawan atas upaya-upayanya tersebut.
Menjelang akhir abad ke-19, pemasangan kabel-kabel telegraf dimulai di antara benua-benua. Thomson memegang hak paten atas rancangan kabel dan penerimaan itu.
Pada 1892, Thomson mendapat gelar bangsawan dan dikenal sebagai Lord Kelvin. Thomson gemar melakukan pelayaran ke berbagai negara, menggunakan kapal pribadinya. Thomson memegang banyak hak paten dalam instrumen ilmiah, termasuk kompas kapal perang dan alat pendeteksi gelombang pasang.
ADVERTISEMENT
Sebagai penghormatan atas jasa-jasa Thomson, para ilmuwan dunia secara resmi menamai timbangan temperatur absolut dengan nama 'timbangan Kelvin' pada 1960, yang mewakili satu derajat Kelvin.
***
Sumber: Tiner, John Hudson. 2005. 100 Ilmuwan yang Berpengaruh di Dalam Sejarah Dunia. Tangerang: Karisma