Konten dari Pengguna

Pengungkapan Isi Prasasti Batu Tulis Bogor

Potongan Nostalgia
#PotonganNostalgia || Mari bernostalgia! Menjelajah apa yang sudah mulai terlupakan, atau bahkan belum sempat diingat
13 Januari 2018 17:51 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:12 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Lukisan Kuno Prasasti Batu Tulis Bogor (Foto: alampriangan.com/pinterest)
zoom-in-whitePerbesar
Lukisan Kuno Prasasti Batu Tulis Bogor (Foto: alampriangan.com/pinterest)
ADVERTISEMENT
Berita mengenai temuan prasasti Batu Tulis pertama kali terjadi pada 28 Juli 1687 melalui laporan ekspedisi VOC yang dipimpin oleh Scipio.
ADVERTISEMENT
Teks prasasti Batu Tulis diukir pada sebuah batu andesit berwarna abu-abu kehitaman berbentuk segitiga menyerupai gunungan. Huruf yang terdapat pada prasasti Batu Tulis adalah Jawa Kuna dan bahasa Sunda Kuna. Prasasti Batu Tulis dibuat pada masa Raja Surawisesa untuk memperingati jasa-jasa raja pendahulunya, Jayadewata atau Sri Baduga Maharaja.
Prasasti Batu Tulis ditulis pada 1533 masehi dan merupakan sebuah sasakala atau tanda peringatan untuk memperingati 12 tahun wafatnya Sri Baduga Maharaja yang berkuasa pada 1482 sampai 1521 di Pakuan Pajajaran. Sri Baduga Maharaja berhasil memperbaiki Pakuan Pajajaran dengan membuat benteng pertahanan, gunung-gunungan, membuat jalan menggunakan batu, membuat hutan, dan membuat talaga Rena Mahawijaya. Sebuah tradisi dalam Agama Hindu mengenai upacara Srada yang dilaksanakan pada tahun ke 12 setelah meninggalnya seseorang sebagai penyempurnaan sukma.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan sumber-sumber berita Cina dan Portugal, Kerajaan Sunda berdiri sekitar abad ke-14 M sampai abad ke-15 M. Sebuah prasasti abad ke-15 menyebutkan nama Prabu Wastu bertahta di Kawali, Ciamis, dengan istananya yang bernama Surawisesa. Setelah Prabu Wastu meninggal, digantikan oleh putranya yaitu Rahyang Ningratkancana atau Dewa Niskala. Kemudian Dewa Niskala digantikan oleh putranya bernama Sri Baduga Maharaja yang berkedudukan di Pakuan Pajajaran seperti yang tertera pada prasasti Batu Tulis.
Berikut terjemahan isi dari prasasti Batu Tulis Bogor yang berhasil disusun oleh Saleh Danasasmita tahun 1981-1984 :
“ Semoga sekamat. Ini tanda peringatan bagi Prabu Ratu Suwargi. Ia dinobatkan
Dengan gelar Prabuguru Dewataprana : dinobatkan (lagi) ia dengan gelar Sri Baduga Maharaja ratu penguasa di Pakuan Pajajaran Sri Sang Ratu Dewata. Dialah yang membuat parit (pertahanan) di Pakuan. Dia anak Rahiyang Dewa Niskala yang mendiang di Gunutiga, cucu Rahiyang Dewa Niskala Wastu Kencana yang mendiang ke Nusalarang. Dialah yang membuat tanda peringatan berupa gunung-gunungan, mengeraskan jalan dengan batu, membuat (hutan) samida, membuat telaga Rena Mahawijaya. Ya dialah (yang membuat semua itu). (dibuat) dalam (tahun) saka 1455 “.
ADVERTISEMENT
Sumber : Eddy Sunarto, dkk. 2011. Profil Peninggalan Sejarah dan Purbakala di Jawa Barat (Edisi Revisi). Bandung : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat.