Penyerangan Gas Sarin di Tokyo Subway 1995

Potongan Nostalgia
#PotonganNostalgia || Mari bernostalgia! Menjelajah apa yang sudah mulai terlupakan, atau bahkan belum sempat diingat
Konten dari Pengguna
23 Maret 2020 19:28 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Penyerangan Gas Sarin di Tokyo. Dok: Youtube/Council on Foreign Relations
zoom-in-whitePerbesar
Penyerangan Gas Sarin di Tokyo. Dok: Youtube/Council on Foreign Relations
ADVERTISEMENT
Pada tanggal 20 Maret tahun 1995 telah terjadi penyerangan gas sarin di Tokyo Subway. Beberapa paket gas sarin yang mematikan tersebut diluncurkan ke dalam system kereta bawah tanah tersebut. Akibat dari kejadian tersebut, sekitar dua belas orang meninggal dan lebih dari 5.000 orang luka-luka. Gas sarin merupakan gas yang ditemukan oleh Nazi yang merupakan salah satu gas saraf yang diketahui manusia sebagai gas yang paling mematikan.
ADVERTISEMENT
Pada kejadian tersebut, polisi Tokyo dapat denga cepat mengetahui siapa yang telah menanam senjata kimia tersebut, sehingga mereka segera memulai melacak keberadaan teroris. Ribuan pos pemeriksaan didirikan di seluruh negara dalam jaringan yang besar. Penyerangan itu dibentuk oleh The Aum Shinrikyo. The Aum Shinrikyo ini merupakan kultus atau pemujaan dari Supreme Truth (Kebernaran Tertinggi). Kultus ini memiliki ribuan pengikut di seluruh Jepang. Mereka percayaa pada ramalan kiamat mereka. Sebab mereka mengklaim asset pribadi anggota kultus baru, Supreme Truth memiliki lebih dari satu miliah dolar yang mereka simpan.
Suprem Truth ini dipimpin oleh seseorang lelaki buta yang berumur empat puluh tahun bernama Shoko Asahara. Ia berambut dan berjanggut Panjang. Ia juga mengenakan jubah berwarna cerah, serta sering bermeditasi duduk di atas bantal satin. Di dalam bukunya pun, ia mengklaim bahwa ia merupakan kedatangan kedua dari Yesus Kristus. Selain itu ia juga menyatakan bahwa mampu untuk melakukan perjalanan lintas waktu.
ADVERTISEMENT
Petugas Polisi Mengenakan Pelindung saat Melakukan Penggerebekan di The Aum Shinriky. Dok: Wikimedia/United States Public Health Service
Pencarian terus dilakukan oleh otoritas Jepang. Mereka menyerbu kompleks the Supreme Truth yang ada di seluruh negeri. Akan tetapi, apa yang mereka lakukan tersebut tidak berhasil menemukan Asahara. Polisi menemukan berton-ton bahan kimia yang digunakan untuk memproduksi gas sari di satu area kemah di kaki gunung Fuji. Selain itu, mereka juga berencana untuk membeli senjata nuklir dari Rusian. Pada akhirnya, polisi dapat menemukan salah satu pemimpin teratas sekte tersebut, yaitu Hideo Murai. Akan tetapi ketika ia ditahan, ia ditikam hingga meninggal oleh seorang pembunuh yang menyalahkan Murai karena adanya serangan gas beracun.
Pembersihan dari Gas Sarin. Dok: OPCW
Tidak berselang lama dari kejadian tersebut, polisi dapat menemukan ruang bawah tanah yang tersembunyi. Ruangan itu terdapat di komplek gunung Fuji, tempat para pemimpin kultus lainnya bersembunyai, seperti Masami Tsuchiya. Masami Tsuciya merupakan seorang ahli kimia yang mengaku membuat gas sarin. Akan tetapi, dalam pencarian tersebut, Ashara tetap bebas dan the Supreme Truth justru melakukan empat serangan gas lagi di kereta bawah tanah hingga melukai ratusan orang lainnya. Selain itu, terdapat bom kimia yang berada di kamar kecil kereta bawah tanah berhasi dijinakkan, akan tetapi petugas kepolisian negara ditembak oleh seorang teroris bertopeng. Kejadian tersebut justru menambah adanya kerusuhan di negara itu.
ADVERTISEMENT
Hingga akhirnya Asahara ditemukan dan ditangkap di ruang rahasia lain yang berada di komplek Gunung Fuji pada tanggal 16 Mei. Prediksi kiamat yang mereka ramalkan akhirnya terbukti menjadi kenyataan, meskipun dengan skala yang jauh lebih kecil dan lebih pribadi dari yang mereka bayangkan. Para pemimpin lainnya serta Ashara didakwa dengan kasus pembunuhan.
Sumber:
History.com Editors. March 18, 2020. Tokyo subways are attacked with sarin gas. A&E Television Networks. Diambil kembali dari Laman History