Perang Austria-Prusia, Perebutan Kekuasaan atas Jerman

Potongan Nostalgia
#PotonganNostalgia || Mari bernostalgia! Menjelajah apa yang sudah mulai terlupakan, atau bahkan belum sempat diingat
Konten dari Pengguna
30 Maret 2019 11:20 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pada 1866, Jerman yang baru saja menjadi negara bersatu, harus menghadapi dua kekuatan besar, yaitu Prusia dan Austria. Jerman harus memilih pengaruh mana yang lebih baik mendominasi negaranya, karena keduanya memiliki pandangan berbeda tentang membangun sebuah negara.
ADVERTISEMENT
Sejak hancurnya era Napoleon Bonaparte pada 1815, Austria telah menanamkan pengaruh yang sangat kuat atas Konfederasi Jerman. Tentu saja hal itu tidak begitu saja dibiarkan oleh Prusia, yang sama-sama ingin kekuasaan atas wilayah Konfederasi Jerman.
Pada 1862, Otto von Bismarck (1815-1898) diangkat menjadi Kanselir Kerajaan Prusia. Ia pun sangat berambisi untuk membawa pengaruh Prusia di Jerman, dan menghentikan dominasi Austria yang semakin lama semakin kuat di dalam konfederasi.
Bismarck segera membujuk Raja Wilhelm I dari Pursia untuk meningkatkan jumlah tentara, dan anggaran militer negara. Bismarck belajar dari Perang Crimea, di mana anggaran yang cukup, perencanaan yang matang, dan transportasi yang baik dapat menjadi kunci kesuksesan sebuah perang.
Ia juga membentuk Staf Jenderal Prusia, yang terdiri dari orang-orang terpilih dari militer Prusia, untuk merencanakan seluruh operasi perang selama perebutan Konfederasi Jerman.
ADVERTISEMENT
Yang mengagumkannya lagi, Bismarck membangun jalur kereta api dan saluran telegraf dari Berlin ke seluruh lokasi militer di negaranya. Benar-benar tindakan yang luar biasa dari salah seorang jenderal perang paling berpengaruh dalam sejarah Prusia.
Setelah rencananya dirasa sudah matang, Bismarck melakukan provokasi terhadap Austria untuk menyatakan perang terhadap Raja Prusia, dengan menduduki daerah Kerajaan Holstein, yang sebelumnya berada di bawah perlindungan Austria.
Austria, di bawah Monarki Habsburg dari Venna, termakan provokasi Bismarck dan segera menerjunkan pasukannya ke peperangan dengan penuh percaya diri. Mereka benar-benar tidak menyadari kemajuan di bidang trasportasi dan komunikasi yang telah dicapai Prusia.
Perang Austro-Prusia, yang juga dikenal sebagai Perang Tujuh Minggu, mencapai puncaknya pada 3 Juli 1866, dalam Perang Sadowa (Koniggratz) di wilayah timur Bohemia.
ADVERTISEMENT
Perang puncak antara Austria dan Prusia ternyata tidak seperti yang diharapkan Bismarck. Austria memberikan perlawanan yang sangat sengit, hingga ia sempat berpikir untuk mengakhiri hidupnya karena situasi di lapangan semakin tidak terkendali.
Namun keberuntungan masih berpihak pada Prusia, di mana pasokan logistik tiba di medan pertempuran dengan begitu cepat berkat jalur kereta api yang dibuat oleh Bismarck. Pasukan Prusia terselematkan, dan mereka berhasil mendapatkan sebuah kemenangan penting.
Merasa tidak memiliki peluang menang, Austria pun segera keluar dari pertempuran dan dibuatlah Perjanjian Prague pada 23 Agustus 1866. Berkat perjanjian itu, Austria dikeluarkan dari keterlibatan dalam urusan Konfederasi Jerman Utara.
Prusia mendapatkan kekuasaan penuh atas Schleswig-Holstein, Hanover, Hesse, dan Frankfurt. Berkat dedikasinya, Bismarck pun telah mencapai lebih dari pencapaian pemimpin Prusia manapun.
ADVERTISEMENT
Sumber : Crompton, Samuel Willard. 2007. 100 Peperangan yang Berpengaruh di Dalam Sejarah Dunia. Tanggerang : Karisma
Foto : commons.wikimedia.org