Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.92.0
Konten dari Pengguna
Perang Candu Kedua, Kegagalan China Mempertahankan Harga Dirinya
20 Oktober 2018 11:39 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:05 WIB
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sebagai hasil dari kekalahan yang dialami pemerintah China saat Perang Candu Pertama, perekonomian negara itu pun mulai terganggu. China dipaksa untuk membuka jalur perdagangan mereka dan mengizinkan perluasan hak perdagangan yang dipegang oleh negara-negara Barat.
ADVERTISEMENT
Penderitaan pemerintahan Manchu di China semakin bertambah ketika mereka harus menghadapi Pemberontakan Taipin di wilayah perbatasannya sendiri yang ingin membangun ideologi baru di negeri itu.
Pada diplomat Inggris dan Prancis yang ditempatkan di China terus menekan pemerintah agar membuka diri dan memberikan keistimewaan bagi negara-negara Barat agar hubungan dua benua itu saling menguntungkan, walau kenyataannya Inggris hanya menginginkan keuntungan bagi negaranya sendiri.
Di tahun 1856, pemerintah China menangkap Arrow, kapal milik rakyat China yang mengibarkan bendera Inggris, British Union Jack. Kapal itu diketahui terlibat dalam sebuah perdagangan candu ilegal, yang melanggar kesepakatan antara Inggris dan China. Insiden itu lalu jadikan alasan oleh pemerintah Inggris dan Prancis untuk mengirimkan armada gabungan yang bertujuan menduduki pelabuhan Canton di selatan China pada 1857.
ADVERTISEMENT
Setelah berhasil menguasai wilayah selatan China, armada gabungan itu lalu bergerak ke utara. Dalam waktu singkat, mereka berhasil menaklukkan dan menguasai Benteng Taku, di dekat kota Tientsin, yang menjadi benteng pertahanan penting bagi kekuatan China.
Pemerintah China yang sudah semakin pusing dengan tindakan rakyatnya menciptakan Pemberontakan Taipin, akhirnya membuat kesepakatan dengan Inggris, Prancis, Rusia, dan Amerika Serikat untuk membantu memberantas pemberontakan tersebut. Pemerintah China kemudian menandatangani Perjanjian Tientsin pada bulan Juni 1858.
Dalam perjanjian itu, China setuju untuk membuka lebih banyak pelabuhan-pelabuhannya bagi misi perdagangan dengan bangsa asing, mengizinkan diplomat asing untuk tinggal di Peking, dan melegalkan perdagangan candu di seluruh wilayahnya.
Bagi sebuah negara dengan kebanggaan yang sangat tinggi seperti China Manchu, perjanjian seperti itu merupakan sebuah penghinaan berat. Oleh karenanya, segera setelah perjanjian itu ditandatangani, para diplomat asing itu ditolak memasuki Peking. Bahkan sebuah pasukan milik Inggris dibantai oleh pasukan China di dekat Tientsin.
ADVERTISEMENT
Pemerintah Inggris yang mengetahui hal itu bereaksi sangat keras dengan mengirimkan armada yang lebih besar untuk menaklukkan Tienstin. Pada 1860, Inggris dan Prancis mengalahkan pasukan China yang berada di luar Peking.
Kaisar China pun memilih untuk melarikan diri, dan untuk pertama kalinya dalam sejarah, bangsa asing, dalam hal ini orang-orang Barat, dapat memasuki ibu kota.
Sekelompok pejabat pemerintah China melakukan perundingan dengan pihak Eropa, mewakili kaisar. Para pejabat itu sepakat untuk membuat empat perjanjian baru dengan orang-orang Barat, salah satu poinnya tetap membuka jalur perdagangan melalui seluruh pelabuhan di China dan mengizinkan pejabat Inggris, Prancis, Rusia, dan Amerika untuk tinggal di Peking.
Perang Candu Kedua itu pada dasarnya telah membuka seluruh daratan China dengan pengaruh Barat. Tidak heran jika segala keputusan yang dilakukan oleh pemerintah Manchu China saat itu sebenarnya telah mengancam kedaulatan China sendiri.
ADVERTISEMENT
Sumber : Crompton, Samuel Willard. 2007. 100 Peperangan yang Berpengaruh di Dalam Sejarah Dunia. Tanggerang : Karisma
Foto : commons.wikimedia.org