Konten dari Pengguna

Yunani Melepaskan Diri setelah 376 Tahun Dikuasai Turki Ottoman

Potongan Nostalgia
#PotonganNostalgia || Mari bernostalgia! Menjelajah apa yang sudah mulai terlupakan, atau bahkan belum sempat diingat
14 Agustus 2018 18:41 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:07 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Seorang penyair bernama Lord Byron pernah menggambarkan bagaimana keadaan Yunani pada awal abad ke-19 saat dikuasai oleh Kesultanan Ottoman. Syair yang dibuat pada 1818 itu memuat kerinduan kaum intelektual Eropa akan kejayaan kebudayaan tinggi bangsa Yunani sebelum dikuasai oleh salah satu kekuatan terbesar dunia, saat itu.
ADVERTISEMENT
Berikut kutipan dari syair Lord Byron :
Pegunungan menghadap Marathon, dan Marathon menghadap laut. Merenung sendirian di sana selama satu jam, aku memimpikan bahwa Yunani masih merdeka.”
Kesultanan Ottoman seperti yang kita tahu, mencoba melebarkan kekuasaannya hingga ke daratan Eropa, dan sejak 1456 mereka telah berhasil menguasai wilayah Athena, Marathon, dan seluruh Yunani.
Orang-orang Yunani bukannya tanpa perlawanan, sejak pertama kali pasukan Ottoman menginjakkan kaki di Yunani, peperangan terus dilancarkan oleh kelompok-kelompok nasionalis Yunani.
Terdapat dua gerakan perlawanan utama yang dilancarkan oleh bangsa Yunani, yaitu Philike Hetairia dan Klephts.
Philike Hetairia atau dikenal juga dengan Masyarakat Persahabatan, diisi oleh para intelektual Eropa, sedangkan Klephts terdiri dari para penduduk di daerah pegunungan yang seringkali melancarkan taktik gerilya untuk melawan pasukan Turki.
ADVERTISEMENT
Revolusi Yunani dimulai pada 1821, saat seluruh kekuatan Yunani bersatu untuk mengusir pemerintahan Ottoman di wilayahnya. Mereka mencapai keberhasilan pertamanya pada 13 Januari 1822, dan segera merencanakan deklarasi kemerdekaan di Epidaurus.
Pasukan Turki berusaha untuk menaklukkan Benteng Missolonghi di pintu masuk ke Teluk Korintus, tetapi gagal, dan kemudian menarik pasukan dari wilayah itu.
Pada pertengahan tahun 1822, pasukan Yunani berhasil mengambil alih Tripoli dan Athena. Setelah dirasa cukup menguasai keadaan, orang-orang Yunani berhenti untuk berperang dan memfokuskan dirinya membentuk pemerintahan sementara di Yunani. Di lain pihak, pemerintah Turki meminta bantuan dari Mesir untuk menguasai kembali wilayah Yunani.
Gabungan kekuatan Mesir dan Turki berhasil menaklukkan Missolonghi pada 1826, Athena pada 1827, dan wilayah Morea. Yunani lalu berusaha melakukan serangkaian perlawanan untuk merebut kembali wilayah-wilayah penting itu, namun selalu mengalami kegagalan.
ADVERTISEMENT
Semangat romantisme dan perjuangan di Eropa yang bangkit setelah Revolusi Prancis mendorong pada pemimpin Eropa yang terdiri dari Inggris, Prancis, dan Rusia, untuk meminta Mesir menarik pasukannya dari Yunani. Namun, permintaan itu ditolak oleh Mesir, dan gabungan tiga negara Eropa itu mengirimkan armada lautnya ke wilayah Mediterania.
Pasukan Eropa kemudian terlibat perang yang cukup besar dengan pasukan laut Turki dalam Perang Navarino pada 20 Oktober 1827. Beberapa bulan setelah itu, Turki kembali terlibat perang dengan Rusia, yang semakin melemahkan kekuatan Turki.
Akhirnya, mereka sepakat menandatangani Perjanjian Adrianople pada 1829, yang mengakui pemerintahan Yunani, dan Perjanjian London pada 1832 untuk memastikan kemerdekaan Yunani setelah 376 tahun dikuasai Turki.
Sumber: Crompton, Samuel Willard. 2007. 100 Peperangan yang Berpengaruh di Dalam Sejarah Dunia
Foto : commons.wikimedia.org
ADVERTISEMENT