Perang Saudara Spanyol dan Sepak Bola

Potongan Nostalgia
#PotonganNostalgia || Mari bernostalgia! Menjelajah apa yang sudah mulai terlupakan, atau bahkan belum sempat diingat
Konten dari Pengguna
27 Januari 2021 17:12 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Perang Saudara Spanyol dan Sepak Bola
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Tahun 1936-1939, Spanyol berada dalam situasi ketegangan politik yang cukup membuat rakyatnya menderita. Dua kelompok besar bertemu demi membangun Spanyol yang lebih baik, menurut pandangan mereka masing-masing.
ADVERTISEMENT
Kelompok rapublikan yang menginginkan adanya reformasi di Spanyol harus berhadapan dengan kelompok nasionalis yang anti terhadap reformasi. Kedua kelompok ini telah membuat kekacauan besar di seluruh negeri. Madrid, Valencia, Baque, Catalan, dan kota-kota lainnya tidak pernah sepi dari dentuman senjata.
Ribuan korban berjatuhan dari kedua kubu, bahkan tidak sedikit korban yang berasal dari rakyat sipil yang tidak ada hubungannya dengan kepentingan politik keduanya. Ketegangan politik itu telah benar-benar mengubah wajah Spanyol.
Tidak ada satupun tempat yang aman bagi warga sipil untuk berlindung, seluruh tempat dipenuhi oleh tumpukan mayat. Selama kurang lebih tiga tahun, ratusan ribu korban tercatat menjadi korban.
Perang saudara 1936-1939 di Spayol. | Reinhard Schultz
Salah satu tokoh penting dibalik perang saudara di Spanyol ini adalah Francesco Franco. Pimpinan tertinggi kubu nasionalis ini tidak pernah berhenti melakukan serangan ke tempat-tempat yang dianggap sebagai basis kelompok republikan. Ia tidak menginginkan adanya perubahan di negeri itu, menurutnya sistem yang telah dibangun selama ini telah benar dan baik untuk kepentingan seluruh rakyatnya.
ADVERTISEMENT
Tidak ada satupun upaya damai yang dilakukan oleh kubu nasionalis maupun republikan, karena perbedaan paham di antara keduanya. Kubu republikan yang mayoritas terdiri dari orang-orang komunis dan liberal harus menekan perlawanan yang dilakukan oleh para nasionalis yang didukung oleh militer, kerajaan, dan gereja.
Francesco Franco | PBS
Terdapat perbedaan kekuatan yang sangat jauh di antara keduanya, yang benar-benar membuat para republikan kesulitan dalam melakukan perlawanan. Setelah melakukan perlawanan selama dua tahun, kelompok republikan telah memprediksi akhir dari peperangan itu.
Hanya tinggal menunggu waktu sampai kaum republikan benar-benar dibinasakan dan kaum nasionalislah yang akan menguasai seluruh Spanyol.
Tokoh-tokoh penting yang sangat berpengaruh di kubu republikan semakin banyak yang terbunuh. Beberapa wilayah yang menajdi basis kelompok pro-reformasi banyak yang telah direbut oleh kelompok nasionalis. Jumlah para republikan semakin hari semakin berkurang, sehingga perlawanan yang mereka lakukan terasa sia-sia. Apalagi kaum nasionalis dipimpin oleh Jenderal Franco yang terkenal sangat buas dan kejam dalam membasmi para pemberontak itu.
Rakyat Catalan. | WIkimedia Commons
Salah satu basis kaum republikan yang sangat penting adalah wilayah Catalan. Rakyat di wilayah itu sangat mendukung adanya reformasi setelah jatuhnya kekuasaan kerajaan Spanyol. Catalan menjadi pusat penyerangan yang dilakukan oleh Jenderal Franco karena disinyalir kelompok pemberontakan di sana masih sangat kuat yang sewaktu-waktu akan merepotkan kelompok naisonalis dalam memepertahankan kekuasaannya.
ADVERTISEMENT
Namun, itu hanyalah spekulasi belaka, pemimpin otoriter itu tidak benar-benar mengetahui kekuatan kaum republikan di wilayah Catalan, ia hanya melakukan pembantaian secara sembarangan.
Tahun 1939, setelah perang saudara itu berakhir, ketegangan yang terjadi di wilayah Spanyol masih belum juga berakhir. Setelah Franco didapuk sebagai pemimpin Spanyol karena telah berhasil membawa kemenangan bagi kaum nasionalis, ia berbuat semena-mena terhadap kebijakan yang dibuatnya.
Catalan menajdi salah satu wilayah yang sangat dirugikan oleh tokoh fasis itu. Dengan kendali kekuasaannya yang kejam, Franco mencabut status otonomi khusus yang dimiliki Catalan. Ia membuat kebijakan mengenai bahasa yang digunakan hanya bahasa Spanyol (Castilla), sehingga Catalan yang memiliki bahasanya sendiri dilarang digunakan.
Atas kebijakan yang sangat merugikan itu, muncullah kelompok-kelompok ekstrimis yang perlahan-lahan melakukan pemberontakan. Mereka ingin memperjuangkan esksistensi kebudayaan lokal yang selama ini mereka jalani.
ADVERTISEMENT
Salah satu bentuk perlawanan yang dilakukan oleh masyarakat Catalan adalah melalui sepak bola sebagai aktivitas non-politik. Mereka mengekspresikannya pada salah satu kelompok sepak bola mereka, yaitu FC Barcelona.
Para pemain Barcelona tahun 1903
Barcelona didirikan pada 29 November 1899 oleh Hans Gamper, seorang berkebangsaan Swiss. Klub ini dijadikan representasi perlawanan Catalan yang ingin mempertahankan wilayahnya, bahasanya, dan nasionalismenya. Franco yang mengetahui hal itu mulai diliputi kekhawatiran akan adanya pemberontakan melalui kompetisi sepak bola. Ia lalu menjadikan Real Madrid, yang sudah berdiri sejak 6 Maret 1902, sebagai representasi dari kekuasaannya untuk mengimbangi perlawanan yang dilakukan oleh Catalan di lapangan.
Barcelona yang selalu dianggap memiliki kualitas lebih baik dibandingkan Real Madrid dalam permainan sepak bola ketika itu membuat Franco geram dan ia harus memanfaatkan kekuasaannya. Pada 1938, sebuah bom dijatuhkan di FC Barcelona Social Club atas perintah Franco.
Pemboman di Kota Barcelona (Catalan). | WIkimedia Commons
Kemudian para 1941, pemimpin kejam itu menyuruh para pemain Barcelona untuk kalah dari Real Madrid dalam sebuah pertandingan. Ia melakukan tekanan militer kepada petinggi klub Barcelona.
ADVERTISEMENT
Para pemain diliputi ketegangan akan ancaman militer itu, sehingga gawang Barcelona harus kebobolan 11 gol oleh Real Madrid. Sebelum pertandingan berakhir, para pemain Barcelona mencoba untuk bermain serius. Hasilnya, 1 gol berhasil mereka sarangkan ke gawang Real Madrid, dan pertandingan pun berakhir dengan skor 11-1 untuk kemenangan Real Madrid.
Surat kabar Marca yang membahas tentang kemenangan besar Real Madrid atas Barcelona. | WIkimedia Commons
Namun, 1 gol yang dibuat oleh Barcelona itu membuat Franco marah. Ia menginginkan Real Madrid menang dengan gol yang banyak tanpa harus kebobolan meskipun hanya 1 gol. Akibat dari kejadian itu, kiper Barcelona dijatuhi tuduhan pengaturan pertandingan dan dilarang untuk bermain sepak bola seumur hidupnya. Sejak saat itu Barcelona benar-benar menjadi simbol perlawanan Catalan terhadap Franco dan Spanyol.
***
ADVERTISEMENT
Referensi: