Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Triumvirat Kedua, Pengukuhan Romawi Sebagai Penguasa Mediterania
14 September 2018 12:57 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:06 WIB
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Kematian Julius Caesar sangat mengejutkan rakyat Romawi, karena satu-satunya harapan mereka untuk mengembalikan Republik Romawi lama telah sirna. Mereka yang menginginkan adanya kekuasaan yang demokratis sangat terpukul oleh kematian pemimpin karismatik tersebut. Romawi dan wilayah kekuasaannya pun akhirnya terpaksa harus terbiasa dengan aturan militer.
ADVERTISEMENT
Romawi kemudian jatuh dalam kekuasaan tiga orang, yang membentuk Triumvirat Kedua, yaitu Marc Antony (82-30 SM), Gaius Octavianus (63 SM-14 M), dan Lepidus. Marc Antony adalah pemimpin perang yang paling dipercaya oleh Julius Caesar. Ia pun akhirnya diangkat sebagai pemimpin militer, sekaligus kekasih Cleopatra, ratu Mesir.
Sementara itu, Octavianus adalah pewaris tahta dan keponakan Julius Caesar, yang diadopsi. Ia mewarisi banyak harta dari Julius Caesar, yang didapatnya melalui perang selama bertahun-tahun. Sedangkan, Lepidus adalah seorang abdi negara yang sangat dihormati, yang berperan sebagai penyeimbang persaingan Marc Antony dan Gaius Octavianus.
Untuk menyederhanakan pemerintahan di Romawi, ketiga orang itu membagi kekaisaran menjadi tiga unit administrasi. Octavianus memegang kekuasaan atas bagian barat Mediterania, Lepidus di wilayah tengah, dan Antony di sebelah timur Mediterania.
ADVERTISEMENT
Marc Antony memiliki keuntungan secara militer karena bersekutu dengan pasukan Mesir di bawah pimpinan Cleopatra. Ia berperang melawan Kerajaan Parthia di wilayah yang sekarang dikenal sebagai Irak. Merasa tidak memiliki pencapaian yang penting bagi bangsa Romawi, Antony merasa dikalahkan oleh keberhasilan Octavianus sebagai administrator di wilayah barat.
Octavianus cukup disenangi oleh masyarakat Romawi, sehingga ia mampu memengaruhi pendapat publik. Octavianus memanfaatkan kegagalan Antony dengan melakukan propaganda, yaitu dengan mengatakan bahwa kepentingan Mesir telah menjadi lebih penting bagi Antony dibandingkan kepentingan Romawi. Propaganda Octavianus itu terbukti berhasil membuat rakyat Romawi menaruh rasa tidak percaya yang cukup besar pada Antony.
ADVERTISEMENT
Antony pernah bekerja sama dengan Octavianus untuk menggulingkan Lepidus dari posisinya pada 36 SM setelah Lepidus membawa pasukannya dari Afrika Utara ke Sisilia. Namun tindakan keduanya membuat mereka kehilangan sosok penengah, yang akhirnya berakibat pada pecahnya perang antara Octavianus dengan Antony pada 32 SM.
Dengan menggunakan taktik perang yang digunakan Julius Caesar kepada Pompey pada Perang Triumvirat Pertama, Octavianus berhasil meyakinkan senat Romawi bahwa Antony adalah musuh negara. Hal itu melancarkan jalan Octavianus untuk membawa pasukan dengan jumlah yang sangat besar. Ia berlayar ke pantai barat Yunani untuk menghadapi Antony dan Celopatra.
Mesir membantu Antony dengan memberikan pasukan laut, lengkap dengan kapal-kapal besarnya. Akhirnya terjadilah perang besar antara dua armada laut raksasa, yang mengguncang daratan dan lautan. Armada Octavianus memenangi pertempuran sengit tersebut. Sementara itu, Antony melarikan diri ke Mesir bersama kekasihnya, Cleopatra.
ADVERTISEMENT
Octavianus yang berambisi membunuh Antony, melakukan pengejaran ke wilayah Mesir. Antony dan Cleopatra yang terdesak memilih untuk mengakhir hidupnya, ketimbang dibawa ke Romawi sebagai tahanan. Kemenangan Octavianus itu memastikan posisi Romawi sebagai pusat kekuatan Mediterania selama berabad-abad berikutnya.
Sumber: Crompton, Samuel Willard. 2007. 100 Peperangan yang Berpengaruh di Dalam Sejarah Dunia. Tangerang : Karisma
Foto: commons.wikimedia.org
