Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.91.0
Konten dari Pengguna
Persaingan Penguasa Triumvirat dan Puncak Kejayaan Julius Caesar
10 September 2018 12:35 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:06 WIB
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Perlahan-lahan pemerintahan Kekaisaran Romawi mulai runtuh selama abad terakhir sebelum memasuki Era Masehi akibat berbagai konflik yang tidak terbendung, baik dari luar pemerintahan maupun dari dalam pemerintahan.
ADVERTISEMENT
Kehancuran terlihat ketika banyak tuan tanah yang membangun pemukiman penduduk yang sangat luas di wilayah Italia dengan kebijakannya masing-masing.
Sementara itu, terdapat banyak veteran perang yang kembali dari Afrika atau Yunani, yang cukup menderita saat mengetahui bahwa dirinya tidak dapat memperbaiki kehidupan di tempat kelahirannya karena tanah miliknya telah dikuasai para bangsawan.
Kondisi tersebut menciptakan kesenjangan sosial di dalam pemerintahan Romawi antara pemilik tanah yang menjadi kelompok elit baru dengan penduduk miskin yang tidak memiliki tanah. Para veteran perang yang berada pada golongan penduduk miskin berubah menjadi ancaman tersendiri bagi kehidupan para bangsawan.
Mantan tentara yang memiliki kekuatan itu mencoba untuk memperoleh hak atas kehidupan yang lebih layak, dan berubah menjadi kelompok yang berbahaya bagi negaranya.
ADVERTISEMENT
Untuk merespons segala permasalahan perkotaan di Romawi tersebut, tiga orang tokoh muncul sebagai penguasa tidak resmi Romawi yang disegani oleh masyarakat, yaitu Gnaeus Pompey (106-48 SM), Lucius Crassus, dan Julius Caesar (100-44 SM).
Ketika Triumvirat dibentuk sekitar tahun 60 SM, Gnaeus Pompey bertindak sebagai pemimpin, tetapi berkat peran besarnya dalam berbagai kemenangan militer Romawi, Julius Caesar, memiliki popularitas lebih besar di mata masyarakat dibanding Pompey.
Anggota ketiga Triumvirat, Lucius Carassus, tidak sepopuler dua anggota lainnya. Ia bekerja pada urusan ekonomi negara, dan berbagai bidang jasa yang berhubungan dengan keuangan.
Melihat Caesar dan Pompey yang memiliki kekuasaan besar di Romawi, Carassus mencoba untuk memperoleh kemenangan militer agar mendapat pengakuan besar dari masyarakat. Ia pun akhirnya membawa satu pasukan Romawi ke Timur Tengah dalam sebuah ekspedisi militer, tetapi berakhir dengan kekalahan oleh orang-orang Parthia.
ADVERTISEMENT
Persaingan memperoleh kepercayaan masyarakat Romawi semakin besar antara Pompey dan Caesar. Gnaeus Pompey, yang masih memiliki kekuasaan sebagai pemimpin, mencoba untuk membuat sebuah gerakan dalam senat Romawi yang menuntut Caesar menyerahkan kekuasaannya di dalam militer Romawi.
Julius Caesar pun diperintahkan untuk datang ke Romawi sebagai warga biasa, tanpa didampingi oleh pasukannya.
Julius Caesar memutuskan untuk mempertahankan kekuasaannya, sehingga ia menolak untuk menyerah kepada Pompey. Ia pun akhirnya bergerak ke Italia bersama pasukannya pada 11 Januari 49 SM, melintasi Sungai Rubicon. Caesar yang memiliki kekuatan militer sangat besar, tidak dapat dihentikan oleh kekuatan pihak Pompey.
Gnaeus Pompey melarikan diri dari Romawi dengan berlayar ke timur melintasi Laut Adriatik menuju Yunani.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, anak-anaknya yang merupakan pemimpin militer, memilih untuk bergerak ke Spanyol untuk menghentikan pergerakan pasukan Julius Caesar. Perpecahan kekuatan di kubu Pompey itu memberikan keuntungan besar bagi Caesar.
Julis Caesar mengatakan kepada semua penduduk Romawi bahwa Pompey telah menjadi musuh Kekaisaran Romawi yang harus dimusnahkan.
Caesar lalu mengirimkan kekuatan militer terbaiknya ke wilayah Spanyol untuk menghancurkan anak-anak Pompey, sementara ia menyeberangi Laut Adriatik untuk menghindari pengepungan yang dilakukan oleh pasukan Pompey.
Pompey tidak memiliki keberanian untuk menghadapi Caesar dalam pertarungan terbuka, meskipun memiliki 50.000 pasukan yang lebih besar.
Namun perang di antara keduanya pun pecah dalam sebuah pertempuran di Persalia, Thessaly. Julius Caesar dan pasukannya memperoleh kemenangan telak. Pompey pun melarikan diri ke Mesir, dan terbunuh oleh penguasa di sana.
ADVERTISEMENT
Julius Caesar bergerak menuju Mesir, di mana ia bertemu dengan Ratu Cleopatra dan jatuh hati padanya. Ketika Caesar kembali ke Roma, kekuasaannya berada pada puncaknya. Karena takut akan kekuatan Caesar, Marcus Junius Brutus (85-42 SM), membunuh Caesar di tangga Senat Romawi pada 15 Maret 45 SM.
Sumber : Crompton, Samuel Willard. 2007. 100 Peperangan yang Berpengaruh di Dalam Sejarah Dunia. Tanggerang : Karisma
Foto : commons.wikimedia org