Periode Pemerintahan Keshogunan Tokugawa di Jepang

Potongan Nostalgia
#PotonganNostalgia || Mari bernostalgia! Menjelajah apa yang sudah mulai terlupakan, atau bahkan belum sempat diingat
Konten dari Pengguna
16 Mei 2018 20:55 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Setelah berhasil mengambil alih kekuasaan wilayah Jepang dari klan Toyotomi, serta menaklukan beberapa wilayah yang melakukan pemberontakan, Tokugawa Ieyasu secara resmi mendirikan pemerintahan baru di bawah Keshogunan Tokugawa.
ADVERTISEMENT
Pada 1603, Tokugawa Ieyasu diangkat oleh Kaisar Jepang sebagai Seii Taishogun. Diketahui pemerintahan Keshogunan Tokugawa berlangsung selama kurang lebih 264 tahun.
Periode pemerintahan Keshogunan Tokugawa menjadi salah satu tonggak penting dalam sejarah Jepang. Pada masa Tokugawa, seluruh wilayah Jepang dapat disatukan di bawah kekuasaan Keshogunan Tokugawa.
Periode ini pun dikenal sebagai akhir dari corak pemerintahan tradisional Jepang menuju masyarakat Jepang modern pada masa Restorasi Meiji. Keshogunan Tokugawa pun mendandai perkembangan kebudayaan tradisional Jepang yang sangat pesat, menginat pada masa itu Jepang masih sangat tertutup.
Secara umum pemerintahan Keshogunan Tokugawa terbagi menjadi 3 periode kekuasaan. Periode pertama berlangsung dari tahun 1603 sampai 1632 oleh dua pemimpin, yaitu Tokugawa Ieyasu dan Tokugawa Hidetada.
ADVERTISEMENT
Periode pertama ini pemerintahan Tokugawa tengah berjuang mencapai kestabilan dalam menjalani politik dan wilayah kekuasaannya. Pada periode pertama ini, aliran Konfusianisme berkembang pesat, yang kemudian dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan di Jepang.
Periode kedua berlangsung pada 1633 sampai 1854, di mana pada era ini Keshogunan Tokugawa telah berhasil menancapkan kekuasaannya dengan sangat baik di seluruh wilayah Jepang. Periode kedua ini dipimpin oleh 10 pemimpin dari klan Tokugawa, yaitu Tokugawa Iemitsu (1633-1651), Tokugawa Ietsuna (1651-1680), Tokugawa Tsunayoshi (1680-1709), Tokugawa Ienobu (1709-1712), Tokugawa Ietsugu (1713-1716), Tokugawa Yoshimune (1716-1745), Tokugawa Ieshige (1745-1760), Tokugawa Ieharu (1760-1786), Tokugawa Ienari (1787-1837), dan Tokugawa Ieyoshi (1837-1853).
Periode ketiga berlangsung pada 1853 sampai 1868, diketahui sebagai periode akhir dari era Keshogunan Tokugawa, dikenal sebagai periode kemunduran dari pemerintahan Keshogunan Tokugawa di Jepang. Shogun tertinggi yang memerintah pada periode ini, di antaranya Tokugawa Iesada (1853-1858), Tokugawa Iemochi (1858-1866), dan Tokugawa Yoshinobu (1867-1868).
ADVERTISEMENT
Beberapa peristiwa penting terjadi para periode terakhir kekuasaan Keshogunan Tokugawa, salah satunya muncul fenomena Kurofune, atau kapal hitam di pelabuhan Uraga pada 1853. Ketika itu Komodor Matthew Perry dari Amerika Serikat berhasil mendesak pertahanan Jepang sehingga kapal-kapal asing dapat memasuki pelabuhan. Istilah Kurofune muncul karena masyarakat melihat kapal-kapal asing itu didominasi oleh warna hitam.
Pada periode ini pun muncul banyak pihak yang menginginkan pengembalian kekuasaan penuh atas wilayah Jepang kepada Kaisar Jepang. Kuatnya pengaruh dari masyarakat mengenai kekuasaan tersebut mencapai puncaknya pada 9 November 1867 setelah shogun terakhir, Tokugawa Yoshinobu, secara resmi menyatakan mundur. Kekuasaan pemerintahan Jepang lantas dikembalikan secara penuh kepada kaisar.
Pasca penyerahan kekuasaan tersebut, Jepang berada pada masa-masa sulit untuk menjaga kestabilan wilayahnya. Hal itu terlihat dari banyaknya peperangan yang melibatkan pendukung Kaisar Jepang dengan para pendukung Keshogunan Tokugawa. Peperangan yang terjadi pada 1868 sampai 1869 dikenal dengan Perang Boshin, yang kemudian secara penuh mengakhiri era Keshogunan Tokugawa.
ADVERTISEMENT
Sumber : Alvarendra, H. Kenzou. 2017. Buku Babon Sejarah Dunia. Yogyakarta : Brilliant Book
Foto : news.mit.edu