Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.0
Konten dari Pengguna
Periode Pengangkatan dan Masa Pemerintahan Utsman bin Affan
27 Mei 2018 17:05 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:08 WIB
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sebelum meninggal, Umar ibn Al-Khaththab memanggil tiga calon yang akan menggantikannya sebagai khalifah, mereka adalah Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, dan Sa’ad bin Abi Waqqash. Khalifah Umar bertemu dengan ketiganya secara bergantian, dan berpesan agar penggantinya tidak mengangkat kerabat sebagai pejabat untuk menghindari segala kemungkinan konflik yang akan terjadi.
ADVERTISEMENT
Umar ibn Al-Khaththab sebelumnya telah membentuk sebuah dewan formatur yang bertugas memilih khalifah penggantinya dari 3 calon yang sudah ditentukan olehnya. Dewan formatur itu berjumlah 6 orang, yaitu Ali, Utsman, Sa’ad bin Abi Waqqash, Abd Ar-Rahman bin Auf, Zubair bin Awwam, dan Thalhah bin Ubaidillah. Selain itu ada Abdullah bin Umar yang dijadikan sebagai anggota, tetapi tidak memiliki hak suara.
Mekanisme pemilihan Khalifah yang telah ditentukan oleh Umar ibn Al-Khaththab berbeda dengan sebelumnya, yaitu mereka yang berhak menjadi khalifah adalah yang mendapat suara terbanyak dari anggota formatur. Kemudian apabila ada calon yang mendapatkan suara sama, maka Abdullah bin Umar yang berhak menentukan khalifah selanjutnya. Apabila keputusan Abdullah bin Umar tidak diterima, maka calon yang dipilih oleh Abd Ar-Rahman bin Auf yang berhak menjadi khalifah. Jika masih ada yang menentang keputusan tersebut, maka hendaklah penentang tersebut dibunuh.
ADVERTISEMENT
Setelah Khalifah Umar wafat, Abd Ar-Rahman bin Auf meminta pendapat kepada anggota formatur secara terpisah untuk membicarakan calon yang akan diangkat sebagai khalifah. Hasilnya terdapat dua kandidat khalifah, yaitu Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib. Kemudian ketika dilakukan sidang penentuan khalifah, terdapat dua calon yang sama kuat, dan secara mengejutkan ternyata Utsman memilih Ali sebagai calon khalifah, begitu pula Ali yang memilih Utsman sebagai calon khalifah pilihannya. Di samping itu, Zubair dan Sa’ad bin Abi Waqqash yang memiliki hak suara memilih Utsman bin Affan sebagai khalifah. Sementara Thalhah dan Zubair tidak dapat memilih calon khalifah karena sedang tidak berada di Madinah.
Abd Ar-Rahman bin Auf selanjutnya memilih untuk bermusyawarah dengan masyarakat dan beberapa tokoh di luar anggota formatur. Ia mendapati dua suara yang memilih calon berbeda, yaitu kubu Bani Hasyim mendukung Ali bin Abi Thalib, dan kubu Bani Ummayah yang mendukung Utsman bin Affan.
ADVERTISEMENT
Karena masih dilanda kebingungan, Abd Ar-Rahman bin Auf memanggil Ali dan Utsman secara terpisah. Ia menanyakan kepada keduanya, seandainya mereka dipilih sebagai khalifah, sanggupkah keduanya melaksanakan tugasnya berdasarkan Al-Quran, Sunah Rasul, dan kebijaksanaan khalifah sebelumnya. Ali menjawab bahwa dirinya berharap dapat berbuat sejauh pengetahuan dan kemampuannya. Sedangkan Utsman menjawab “Ya! Saya sanggup”.
Berdasarkan jawaban keduanya, Abd Ar-Rahman bin Auf menyatakan bahwa Utsman bin Affan sebagai khalifah ketiga. Ketika diangkat sebagai khalifah usia Utsman telah menginjak 70 tahun. Masa pemerintahan Utsman bin Affan menjadi yang paling lama dibandingkan dengan khalifah lainnya, yaitu 12 tahun. Selama awal pemerintahannya sebagai khalifah, Utsman bin Affan menunjukan berbagai prestasi yang hebat untuk perkembangan Islam.
Perluasan pemerintahan Islam ketika masa Khalifah Utsman telah mencapai Asia dan Afrika, seperti wilayah Herat, Kabul, Ghazni, dan Asia Tengah. Selain itu juga daerah Armenia, Tunisia, Cyprus, Rhodes, dan beberapa wilayah sisa kekuasaan bangsa Persia, telah berada di bawah kekuasaan umat Islam. Khalifah Utsman pun berhasil membangun sebuah bendungan besar untuk mencegah banjir dan mengatur pembagian air ke seluruh bagian kota. Pemerintahannya pun dapat membangun infrastruktur, seperti jalan, jembatan, masjid, dan lain sebagainya dengan sangat baik.
ADVERTISEMENT
Selama kurang lebih 6 tahun melewati masa penuh prestasi, paruh terakhir masa kekhalifahan Utsman bin Affan harus menghadapi berbagai pemberontakan dan pembangkangan di dalam dan di luar negeri. Di dalam negeri, pemberontakan terjadi karena kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh khalifah dianggap tidak adil, dan juga pendapatan kenegaraan dianggap hanya menguntungkan keluarga khalifah saja. Sedangkan di luar negeri terjadi serangkaian serangan balasan yang dilakukan oleh bangsa Persia dan Romawi yang wilayahnya telah ditaklukan oleh pasukan Muslim. Berbagai pemberontakan dan fitnah yang disebarkan oleh orang Yahudi dari suku Qainuqa dan Nadhir, serta Abdullah bin Saba menyebabkan berbagai kekacauan di akhir masa pemerintahan Khalifah Utsman bin Affan hingga wafatnya khalifah pada 35 H.
ADVERTISEMENT
Sumber : Supriyadi, Dedi. 2016. Sejarah Peradaban Islam. Bandung : Pustaka Setia.