Konten dari Pengguna

Perjalanan Albrecht Durer Membangun Pengaruh Seni di Jerman

Potongan Nostalgia
#PotonganNostalgia || Mari bernostalgia! Menjelajah apa yang sudah mulai terlupakan, atau bahkan belum sempat diingat
22 Desember 2018 16:56 WIB
clock
Diperbarui 15 Maret 2019 3:51 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Para seniman di Jerman pada abad ke-15, terjun ke dunia seni melalui dua cara, yaitu mengikuti profesi keluarganya, atau bekerja pada seniman lain. Salah seorang seniman abad itu yang sangat berpengaruh, Albrecht Durer, memulai kariernya dengan bakat yang diwarisi dari ayahnya, sebagai seorang pandai emas.
ADVERTISEMENT
Albrecht Durer dilahirkan di Nuremberg, Jerman, pada 1471. Ketika berusia 13 tahun, ia membuat karya pertamanya, berupa lukisan potret dirinya sendiri. Durer melukis sambil menghadap cermin dan menjadi salah satu karya awal yang menjadikan diri sendiri sebagai objeknya.
Dengan cepat, Durer dikenal di seluruh Jerman sebagai seorang pemahat, pelukis, dan teoritikus yang handal, yang sering kali disamakan dengan Leonardo da Vinci.
Albrecht Durer (Foto: wikimedia.org)
Pelatihan pertama Durer sebelum menjadi seorang seniman terkenal dilakukan bersama Michael Walgemut, seorang pelukis dan perancang ukiran kayu. Setelah meninggalkan studio Walgemut, Durer mengembara ke seluruh Jerman dan Swiss untuk mencari pandangan seni yang hendak ia bangun.
Selama dalam perjalanannya, Durer bekerja sebagai perancang seni untuk berbagai perusahaan. Salah satunya menjadi perancang ukiran kayu di pusat-pusat penerbitan buku. Setelah kembali ke Nuremberg, pada usia 23 tahun, Durer mendirikan studio kerja sendiri yang berfokus pada pemahatan kayu dan ukiran tembaga.
ADVERTISEMENT
Karya-karya Durer menjadi terkenal berkat penggambaran yang sangat baik terhadap peristiwa-peristiwa keagamaan dari sudut pandang manusia biasa. Gayanya itu mampu melampaui batasan-batasan dari suatu konsepsi gereja yang idealis, seperti terlihat pada 16 ukiran berjudul Apocalyose of St. John, yang dibuat pada 1498. Pada salah satu plat ukiran tersebut digambarkan pertempuran antara Malaikat Mikail dan para penjamunya, dengan seekor naga.
Sebagai seorang pelukis, sasaran Durer adalah meningkatkan derajat seni, dari hanya sekadar bisnis untuk konsumsi, menjadi suatu mahakarya yang bernilai keindahan. Pemujaan terhadap Magi dipamerkan tahun 1504, dan menjadi yang terbaik di antara semua karya Durer, di mana menampilkan sebuah pemandangan yang dilukis langsung dari alam.
Albrecht Durer memiliki sifat narsis, di mana ia sangat mengagumi dirinya sendiri. Ia juga senang membuat lukisan diri karena baginya hal itu menjadi wujud dari upaya menciptakan sebuah posisi terhormat bagi para seniman di tengah-tengah masyarakat.
ADVERTISEMENT
The Fall of Man adalah karya Durer yang menggambarkan kesempurnaan dalam melukis foto hewan dan tanaman, gabungan dari wujud alam. Sementara itu, sosok Adam dan Hawa memperlihatkan proporsi yang sempurna dari anatomi tubuh manusia.
Pada usia 42 tahun, Durer mencapai puncak kariernya dengan menghasilkan ukiran berjudul Melencolia. Karyanya itu menjadi bentuk pertanyaan Durer pada fakta-fakta intelektual dari ilmu pengetahuan dan seni.
---
Sumber: Krystal, Barbara. 2010. 100 Seniman yang Membentuk Sejarah Dunia. Bandung: Sintergi Pustaka Indonesia.