news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Sejarah Penciptaan Berbagai Kain Sintetis

Potongan Nostalgia
#PotonganNostalgia || Mari bernostalgia! Menjelajah apa yang sudah mulai terlupakan, atau bahkan belum sempat diingat
Konten dari Pengguna
17 November 2018 15:44 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Dewasa ini, kain berbahan sintetis lebih banyak digunakan oleh para produsen pakaian dibandingkan dengan kain yang didapat dari bahan alami. Alasannya karena kain sintetis lebih kuat, tidak mudah menciut, dan relatif minim kerusakaan, selain karena harganya yang lebih terjangkau, serta mudah didapatkan.
ADVERTISEMENT
Serat sintetis pertama yang berhasil diciptakan adalah Rayon, dikembangkan oleh seorang ilmuwan Prancis, bernama Louis Marie Hilaire Bernigaud de Chardonnet (1839-1924).
Serat rayon itu dibuat untuk menghadapi ancaman penyakit ulat sutra yang dapat menghancurkan industri kain sutra di Prancis. Jika penyakit itu menyebar ke seluruh wilayah Prancis, maka produksi pakaian berbahan dasar kain sutra akan terganggu, yang akan berakibat pada keadaan ekonomi Prancis.
Istilah “rayon” baru diciptakan setelah tahun 1924, diambil dari kata “ray”, yang merujuk pada bentuk kain berkilauan. Sebelumnya untuk menunjukkan kain rayon, para produsen menggunakan kata “sutra artifisial”, karena memang bentuknya yang hampir menyerupai kain sutra.
Kain dengan motif 'Daun Semanggi' (Foto: Luthfa Nurridha/kumparan)
Serta sintetis pertama itu memang didesain untuk meniru adanya kesan sutra ketika diraba, dan bentuknya pun dibuat sedemikian rupa agar mirip dengan sutra. Rayon pertama kali dibuat secara langsung menggunakan bahan dasar nitroselulose dari bubur kayu.
ADVERTISEMENT
Tetapi tahun 1892, seorang ahli kimia dari Inggris, Charles Cross (1855-1935), dan Edward Bevan, menemukan proses lain dari pembuatan rayon, yaitu dengan mengubah nitroselulose menjadi larutan “vioscose”.
Dua tahun setelah penemuannya, Cross dan Bevan mematenkan proses pembuatan rayon ciptaannya, dan berhasil membawa perubahan besar pada produksi serat rayon, hingga ditemukan “rayon asetat”, sebagai bahan kain sintetis terbaru.
Memasuki abad ke-20, berbagai kain sintetis berbahan dasar batu bara dan minyak mulai banyak diperkenalkan. Penemuan paling penting dari kain sintetis abad ke-20 itu adalah PA6-6, atau Nilon, yang ditemukan oleh Wallace Hume Carothers (1896-1937). Carothers menemukan kain Nilon di Amerika Serikat pada tahun 1931. Hasil penemuannya itu mulai dipasarkan setelah tahun 1938 oleh Du Pont Chemical Company.
ADVERTISEMENT
Nilon menjadi kain sintetis yang banyak dicari, karena penggunaannya yang praktis dan dapat dipakai untuk pembuatan berbagai macam barang. Beberapa produk yang dibuat dari bahan dasar nilon, seperti tali, pakaian, karpet, dan masih banyak lagi.
Kain sintetis lain yang berhasil diciptakan adalah rhovyl (1941), polyester (1941), orlon (1943), rilsan (1950), dan tengal (1956).
--------------------
Sumber: Yenne, Bill dan Morton Grosser. 2005. 100 Penemuan yang Berpengaruh di Dalam Sejarah Dunia. Tanggerang: Karisma
Foto: commons.wikimedia.org