Konten dari Pengguna

Peter Agung dan Kebangkitan Rusia

Potongan Nostalgia
#PotonganNostalgia || Mari bernostalgia! Menjelajah apa yang sudah mulai terlupakan, atau bahkan belum sempat diingat
12 Juli 2018 10:39 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:07 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Peter the Great (Foto: Wikimedia Commons)
zoom-in-whitePerbesar
Peter the Great (Foto: Wikimedia Commons)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Peter Agung secara umum dikenal sebagai Czar Rusia yang paling berpengaruh. Kebijakan westernisasi yang ia terapkan sukses mengubah Rusia menjadi kekuatan besar.
ADVERTISEMENT
Ia dilahirkan di Moskow pada 1672 dan merupakan putra satu-satunya Czar Alexis dari istri keduanya, Natali Narishkina. Setelah ayahnya meninggal, terjadi perebutan kekuasaan di antara keturunan Alexis, terutama dari pernikahan pertamanya yang menghasilkan 13 orang anak. Peter Agung, yang saat itu masih sangat muda, selalu menjadi incaran pembunuhan saudara-saudara tirinya, sehingga ia harus melarikan diri.
Rusia pada abad ke-17 merupakan daerah terbelakang, tertinggal dari Eropa Barat selama berabad-abad hampir di semua hal. Di sana terdapat lebih sedikit kota jika dibandingkan dengan di wilayah Barat. Perbudakan terjadi di seluruh penjuru negeri, melibatkan orang-orang yang memiliki kekuasaan dengan orang-orang miskin di wilayahnya.
Rusia seakan tidak pernah mengalami Renaissance dan Reformasi. Ilmu pengetahuan tidak bekembang, keinginan masyarakat untuk mempelajarinya pun tidak ada, bahkan sains cenderung dipandang rendah.
ADVERTISEMENT
Pada 1697 sampai 1698, Peter Agung melakukan perjalanan cukup panjang ke wilayah Eropa Barat membawa serta 250 orang. Dengan menggunakan nama samaran Pyotr Mikhaylov, dirinya dapat mempelajari banyak hal, yang tidak dapat dilakukan jika menggunakan nama aslinya.
Selama perjalanannya, ia pernah bekerja sebagai tukang kayu kapal VOC di Belanda, bekerja di galangan kapal angkatan laut Inggris, dan mempelajari persenjataan di Prusia. Peter Agung juga mempelajari sebanyak-banyaknya kebudayaan, sains, industri, dan pemerintahan di wilayah Eropa Barat.
Pada 1698, Peter Agung kembali ke Rusia dan memulai serangkaian reformasi untuk merancang sistem modernisasi dan westerniasai di wilayah Rusia. Ia membawa banyak orang Barat ke Rusia sebagai langkah mempercepat perkenalan teknologi dan industri di negaranya. Serta mengirim banyak pemuda Rusia ke Eropa Barat untuk mempelajari berbagai bidang.
ADVERTISEMENT
Di bawah kekuasaannya, kota-kota di Rusia bertambah besar dan kaum borjuis bertambah banyak. Di bidang militer, Peter Agung berhasil membentuk angkatan laut Rusia pertama, dan membenahi angkatan daratnya mengikuti gaya Barat. Pasukan Rusia mulai dilengkapi dengan seragam dan senjata modern, serta latihan militer yang lebih maju seperti di Barat.
Peter Agung menerapkan sistem administrasi sipil Rusia, terutama pegawai negeri berdasarkan kemampuannya, bukan tingkat keturunannya. Dalam hal sosial, ia memerintahkan para pria memakai pakaian ala Barat, serta dianjurkan untuk merokok dan meminum kopi. Walau sempat mendapat pertentangan, namun efek jangka panjang dari kebijakannya itu adalah banyak aristokrat Rusia yang akhirnya mengembangkan budaya Barat.
Dirinya juga berhasil mereorganisasi sebagian geraja Ortodoks Rusia, yang ia anggap sebagai calon oposisi. Ia juga membangun banyak sekolah untuk pengembangan sains dan ilmu pengetahuan lainnya. Pada masa pemerintahannya, koran pertama Rusia berhasil diterbitkan.
ADVERTISEMENT
Selain segala reformasi di dalam negeri, Peter Agung juga banyak terlibat dalam berbagai kebijakan luar negeri, yang sangat berdampak pada masa setelahnya. Di bawah pimpinannya, Rusia terlibat perang dengan Turki di Selatan, dan Swedia di Utara.
Pada awal peperangannya dengan Turki, ia cukup sukses dengan merebut pelabuhan Azov yang menjadi akses penting bagi Rusia menuju Laut Hitam. Namun, masih pada masa kekuasaannya, yaitu pada 1711, Turki berhasil membalikan keadaan dan merebut kembali Azov.
Pada 1700, Rusia bergabung dengan pasukan Denmark dan Saxony dalam perang melawan Swedia, yang kala itu memiliki kekuatan militer yang cukup besar. Pada pertempuran Narva, tentara Rusia kalah telak dari Swedia. Setelah itu, Raja Swedia mengalihkan perhatiannya pada peperangan melawan Polandia.
ADVERTISEMENT
Peter Agung lalu memanfaatkan keadaan itu dengan membangun kembali tentara Rusia. Pertempuran Rusia dan Swedia kembali terjadi di Poltava pada 1709, yang dimenangkan oleh pasukan Rusia.
Setelah melalui berbagai pertempuran, wilayah kekuasaan Rusia semakin besar, meliputi sebagaian Estonia dan Latvia, ditambah wilayah Finlandia. Walau area kekuasaanya tidak telampau luas, tetapi jalur yang meraka dapat sangat penting bagi Rusia karena dapat menjadi akses penghubung ke wilayah Eropa. Di pinggir Sungai Neva, wilayah yang didapat dari Swedia, Peter Agung membangun sebuah kota baru, bernama St. Petersburg (kini dikenal dengan nama Leningard).
Pada 1712, Peter Agung memindahkan ibukota dari Moskow ke St. Petersburg. Wilayah itu kemudian menjadi penghubung antara Rusia dan Eropa Barat. Oleh para sejarawan, ia diakui sebagai Czar terbesar Rusia karena berbagai perubahan yang dibawanya. Peter Agung wafat di St. Petersburg pada 1725, ketika berusia 52 tahun.
ADVERTISEMENT
Sumber : Hart, Michael H. 2013. 100 Tokoh Paling Berpengaruh di Dunia. Jakarta : Noura
Foto : id.rbith.com