Proses Terjadinya Revolusi Prancis, Membawa Perubahan Sikap Rakyat

Potongan Nostalgia
#PotonganNostalgia || Mari bernostalgia! Menjelajah apa yang sudah mulai terlupakan, atau bahkan belum sempat diingat
Konten dari Pengguna
7 Juli 2018 13:27 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Revolusi Prancis (Foto: Wikimedia Commons)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Revolusi Prancis (Foto: Wikimedia Commons)
ADVERTISEMENT
Krisis ekonomi yang terjadi di kerajaan Prancis semakin memperburuk keadaan masyarakat dari hari ke hari. Imbasnya ternyata tidak hanya dirasakan oleh kalangan rakyat biasa, tetapi para bangsawan pun merasakannya.
ADVERTISEMENT
Untuk mengatasi permasalahan krisis itu, Louis XVI lantas mengutus Etats Generaux (Dewan Rakyat Kerajaan) untuk menggelar rapat guna mencari jalan keluar terbaik bagi kerajaan Prancis. Akan tetapi setelah mengadakan beberapa kali sidang, dewan tidak kunjung menemukan cara untuk mengatasi krisis ekonomi kerajaan Prancis tersebut.
Sering kali sidang diwarnai dengan debat-debat dari Fraksi Bangswan, Fraksi Gereja, dan Fraksi Rakyat yang selalu berbeda pendapat. Persidangan Etats Generaux pun selalu berakhir tanpa hasil. Hal itu kemudian menginisiasi Fraksi Rakyat untuk mengadakan sidang secara independen.
Dalam sidang itu ternyata Fraksi Rakyat mendapat dukungan dari sebagian kecil anggota Fraksi Bangsawan dan Fraksi Gereja. Para anggota dewan dalam sidang independen itu lantas menyebut diri mereka sebagai Majelis Nasional. Terdapat dua tokoh penting dalam Majelis Nasional, yaitu Jean Bailly dan Comtede Mirabeau.
ADVERTISEMENT
Munculnya Majelis Nasional ternyata tidak disenangi oleh Louis XVI. Ia pun beberapa kali melakukan upaya untuk menggagalkan persidangan dewan independen itu. Bahkan beberapa kali pasukan kerajaan menggunakan kekerasan demi membubarkan aktivitas Majelis Nasional.
Sikap represif dari pemerintah itu membuat rakyat Prancis geram. Mereka menganggap Majelis Nasional adalah jawaban atas segala keresahan masyarakat, sehingga sudah sepantasnya untuk dibela.
Rakyat Prancis yang selama ini hanya diam dengan sikap-sikap pemerintah, berubah melawan. Akhirnya muncul berbagai kerusuhan yang melibatkan rakyat dengan pasukan pemerintah di beberapa wilayah Prancis. Puncak dari rangkaian kerusahan itu terjadi di wilayah kerajaan Prancis pada 14 Juli 1789.
Hari itu, ribuan rakyat Prancis turun ke jalan-jalan kota untuk menyampaikan protesnya kepada kerajaan. Bahkan gelombang rakyat itu menyasar ke lokasi Penjara Bastille, yang dikenal memiliki keamanan terbaik. Rakyat Prancis membawa semangat revolusi yang terkenal dengan slogan Liberte (kebebasan), Egalite (kesetaraan), dan Fraternite (persaudaraan).
ADVERTISEMENT
Rakyat Prancis berusaha untuk meruntuhkan Penjara Bastille, yang mereka anggap sebagai simbol nyata dari kekuasaan raja Louis XVI yang diktator. Para bangsawan dan pasukan kerajaan dibuat terkejut oleh pernyataan pimpinan tentara nasional, Lafayette, yang ternyata mendukung gerakan rakyat.
Louis XVI Execution (Foto: Wikimedia Commons)
zoom-in-whitePerbesar
Louis XVI Execution (Foto: Wikimedia Commons)
Situasi yang semakin tidak terkendali membuat raja Louis XVI dan beberapa petinggi kerajaan Prancis memilih untuk kabur ke luar negeri. Situasi kekosongan kekuasaan itu dimanfaatkan oleh para negarawan yang didukung rakyat untuk membangun sistem pemerintahan yang baru.
Tokoh-tokoh dari gerakan rakyat lantas memutuskan untuk membentuk lembaga baru yang bertugas merancang undang-undang. Dua partai besar, yaitu Partai Feullant dan Partai Jacobin, menjadi inisiator pembentuk undang-undang tersebut.
Akhirnya pada 1791, terbentuklah sebuah konstitusi baru bagi pemerintahan Prancis. Namun permasalahan di dalam pemerintahan Prancis tidak lantas pergi begitu saja. Masih cukup banyak perselisihan di dalam pemerintahan karena adanya perbedaan pendapat.
Marie Antoniette Execution (Foto: Wikimedia Commons)
zoom-in-whitePerbesar
Marie Antoniette Execution (Foto: Wikimedia Commons)
Seperti diketahui, Partai Fuellant terdiri dari perwakilan pihak kerajaan, sedangkan Partai Jacobin terdiri dari perwakilan yang condong pada pembentukan republik, sehingga masih banyak anggota dewan yang dibayangi permasalahan di masa lalu.
ADVERTISEMENT
Keadaan sosial politik yang tidak kunjung membaik, membuat Dewan Parlemen Prancis memutuskan untuk membentuk pemerintahan republik bagi Prancis pada 22 September 1792. Beberapa bulan kemudian, lembaga pengadilan Prancis menjatuhi hukuman mati kepada Louis XVI dan Marie Antoniette. Pada 22 Januari 1793, keduanya dieksekusi di depan publik menggunakan Guillotine.
Sumber : Alvarendra, H. Kenzou. 2017. Buku Babon Sejarah Dunia. Yogyakarta : Brilliant Book
Foto : youtube.com
Proses Terjadinya Revolusi Prancis, Membawa Perubahan Sikap Rakyat (3)
zoom-in-whitePerbesar