Ratu Elizabeth I, Emas Peradaban Inggris

Potongan Nostalgia
#PotonganNostalgia || Mari bernostalgia! Menjelajah apa yang sudah mulai terlupakan, atau bahkan belum sempat diingat
Konten dari Pengguna
4 April 2018 19:41 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Elizabeth merupakan penguasa terakhir dari Dinasti Tudor, sebuah dinasti yang dibuat oleh kakeknya, Henry VII. Elizabeth adalah putri dari Henry VIII dan Anne Boleyn. Henry menikahi Anne setelah ia menceraikan istri pertamanya, Catherine dari Aragon, sebuah tindakan ceroboh yang membuat dirinya dikucilkan dari Gereja Katolik Roma. Namun tindakannya itu menjadi awal mula terbentuknya Reformasi Protestan Inggris.
ADVERTISEMENT
Setelah Anne Boleyn gagal memberikan putra mahkota bagi Inggris, ia akhirnya dipenggal, dan Elizabeth, yang ketika itu masih berusia 3 tahun dinyatakan sebagai anak haram. Elizabeth yang hidup tanpa seorang ibu, tinggal jauh dari kerajaan. Ia hidup bersama seorang pengajar, bernama Katherine Ashley, dan didik oleh beberapa pembimbing lainnya.
Pada 1544, Elizabeth dimasukkan dalam silsilah keluarga kerajaan pada posisi di bawah dua saudara tirinya, yaitu Edward, putra dari istri ketiga Henry, Jane Seymour, dan Mary, putri dari istri pertama Henry. Edward, yang seharusnya naik takhta untuk menjadi raja Inggris, meninggal pada 1553, di usianya yang masih 15 tahun.
Takhta kerajaan akhirnya dapat diklaim oleh Mary, tetapi beberapa pihak tidak menyukai upayanya untuk memulihkan agama Katolik di Inggris. Elizabeth, yang masih menganut agama Protestan, akhirnya memperoleh banyak dukungan dari rakyat. Untuk menghindari kejadian yang tidak diinginkan, Mary akhirnya mengurung Elizabeth di Menara London selama beberapa waktu, dan dilanjutkan dengan tahanan rumah setelah ia dilepaskan.
ADVERTISEMENT
Pada 1558, Elizabeth akhirnya berhasil naik takhta setelah melewati perjuangan politik dan agama yang panjang. Selama pemerintahannya, Inggris telah dipersatukan sebagai sebuah negara. Inggris menjadi salah satu penguasa Eropa yang memiliki kekuatan angkatan laut terhebat di antara negara Eropa lainnya. Elizabeth memerintah dengan keahlian diplomasi dan tata negara yang hebat, ia memilih para menteri dengan bijaksana dan perimbangan yang matang.
Elizabeth memutuskan untuk tidak menikah, dan menggunakan statusnya tersebut untuk keuntungan politiknya. Ia bisa dengan leluasa mengadakan pertemuan bersama para menteri di kediamannya, juga bersama para partner diplomatiknya, Prancis dan Spanyol. Menurut pandangan sejarawan, Elizabeth Longford, keinginan untuk Elizabeth I tidak menikah adalah karena trauma masa kecil, dan keinginannya agar pemerintah yang ia jalani tidak dibebani oleh sosok seorang suami.
ADVERTISEMENT
Elizabeth sempat membantu sepupunya, Mary, untuk tinggal di Inggris selama masa pengasingannya. Namun banyak pihak, terutama kubu Katoliok, yang menilai tindakannya tersebut sebagai bagian dari rencana Elizabeth untuk memberikan tahkta kerajaan kepada Mary. Kemudian mulai muncul pemberontakan para penganut Katolik, dan atas saran dari beberapa menterinya, akhirnya Elizabeth I memerintahkan pengeksekusian Mary untuk meredam pemberontakan yang terjadi.
Tahun 1587, Philip II dari Spanyol mengirimkan sebuah armada laut yang sangat kuat dalam rangka pelaksanaan perang suci Katolik melawan Protestan Inggris. Elizabeth kemudian menyampaikan sebuah pidato penyemangat bagi pasukannya, yang terlihat sangat ketakutan setelah mengetahui penyerangan armada laut Spanyol dibantu pasukan bangsawan Parma.
Dalam pidatonya, Elizabeth mengatakan “berbaring bagi Tuhanku, bagi rakyatku, bagi kehormatanku dan darahku, bahkan meskipun berselimutkan debu. Aku tahu aku memiliki tubuh wanita yang lemah, tapi aku memiliki hati dan perut seorang raja.” Sebuah potongan pidato yang langsung membakar semangat pasukan Inggris. Armada Spanyol akhirnya dapat dihancurkan melalui kombinasi kekuatan militer Inggris, cuaca yang buruk, dan persiapan pihak Spanyol yang buruk.
ADVERTISEMENT
Kemenangan Inggris atas armada laut Spanyol, yang ketika itu dianggap sebagai pasukan yang tidak terkalahkan, merupakan prestasi tersendiri bagi Elizabeth I. Setelah itu, popularitas Elizabeth mulai menurun. Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan hal itu terjadi, di antaranya kekuasaan sang ratu terhadap Parlemen Inggris mulai berkurang karena beberapa kebijakan yang bertentangan dengan Parlemen. Selain itu, pemilihan penerus tahkta yang kurang tepat oleh Elizabeth, membuat rakyat mulai berpikir buruk terhadap kualitas ratu dalam menentukan pemimpin setelahnya.
Elizabeth I baru menyebutkan penerus tahktanya sesaat sebelum ajalnya tiba. Ia memilih James Vi dari Skotlandia, putra dari Mary, Ratu Skotlandia. Elizabeth I memerintah Inggris selama hampir 45 tahun, berkuasa dengan otoritas tertinggi pada sebuah tingkatan kekuasaan yang seharusnya dipegang sepenuhnya oleh para pria.
ADVERTISEMENT
Sumber : Felder, Deborah G. 2008. 100 Tokoh Paling Berpengaruh Sepanjang Masa. Tanggerang : Karisma
Foto : server.sk