Konten dari Pengguna

Ratu Kalinyamat, Sang Pembawa Jepara ke Puncak Kejayaan Maritim

Potongan Nostalgia
#PotonganNostalgia || Mari bernostalgia! Menjelajah apa yang sudah mulai terlupakan, atau bahkan belum sempat diingat
13 Desember 2020 20:16 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Jepara tempo dulu. Sumber: Wikimedia Commons
zoom-in-whitePerbesar
Jepara tempo dulu. Sumber: Wikimedia Commons
ADVERTISEMENT
Munculnya Ratu Kalinyamat sebagai tokoh sejarah perempuan Jawa telah menunjukkan kondisi yang menonjol dari tradisi dan gambaran perempuan Jawa secara umum.
ADVERTISEMENT
Ratu Kalinyamat atau Ratna Kencana, merupakan tokoh perempuan yang hidup di pesisir utara Jawa, tepatnya sekitar Jepara. Ratu Kalinyamat telah memimpin Jepara pada sekitar abad ke-16 dan memainkan perannya yang tak hanya di lingkup lokal, tetapi juga pada lingkup internasional.
Sepanjang sejarah maritim di Indonesia, Ratu Kalinyamat telah meninggalkan jejak tersendiri mengenai keterlibatan perempuan Jawa yang menjaga kedaulatan maritim Nusantara. Selama 30 tahun kepemimpinannya, Ratu Kalinyamat telah berhasil membawa Jepara pada puncak kejayaannya.
Sumber: Wikimedia Commons
Ratu Kalinyamat dengan armada lautnya, telah dua kali menyerang Portugis di Malaka. Selama masa kekuasaannya, Jepara semakin berkembang pesat menjadi bandar pelabuhan terbesar di pantai Utara Jawa serta memiliki armada laut yang besar dan kuat.
Pada penyerangan pertama, Ratu Kalinyamat dan armadanya berhasil mengepung Malaka selama tiga bulan. Penyerangan ini dilakukan untuk menarik mundur Portugis dari Malaka pada tahun 1551 dan 1574. Namun, pada penyerangan kedua, Ratu Kalinyamat gagal dan menuntutnya menarik kembali pasukannya ke Jawa.
ADVERTISEMENT
Walaupun demikian, pada masa kekuasaan Ratu Kalinyamat, kota pelabuhan Jepara merupakan salah satu kota atau kerajaan maritim di Pantai Utara Jawa yang sangat kuat. Sehingga masyarakat Jepara pada masa itu telah tampil dalam panggung sejarah Nusantara sebagai masyarakat bahari. Dalam hal ini, mereka memenuhi kebutuhan hidupnya yang diperoleh dari kegiatan memanfaatkan sumber daya lautnya.
Ratu Kalinyamat selama masa kepemimpinannya tidak memfokuskan pada eksploitasi tanah pertanian yang menjadi wilayah kekuasaannya. Ia lebih mengutamakan pada aktivitas pelayaran dan perdagangan dengan daerah di luarnya atau seberang.
Sumber: Wikimedia Commons
Selain itu, Ratu Kalinyamat juga menerapkan sistem commenda (kontrak pinjaman alat bayar/uang untuk perdagangan) dalam melakukan hubungan dagang dan pelayaran. Sistem commenda mengatur raja atau penguasa yang ada di wilayah pesisir melalui wakil-wakilnya di Malaka, untuk menanamkan modal pada kapal dari dalam maupun luar negeri yang akan berlayar untuk melaksanakan perdagangan dengan wilayah lain.
ADVERTISEMENT
Keberanian Ratu Kalinyamat juga diakui oleh bangsa Portugis, Diego de Couto, dalam bukunya “Da Asia” yang menyebutnya sebagai Rainha de Japara, senhora paderosa e rica (Ratu Jepara, seorang perempuan kaya dan sangat berkuasa) dan sumber lainnya juga menyebutnya sebagai De Kraine Dame (seorang perempuan yang pemberani).
Sepeninggal Ratu Kalinyamat dan ditundukkannya kekuasaan Jepara ke tangan Sultan Pajang bukan berarti pelabuhan Jepara dan aktivitas perdagangannya berhenti. Pelaut Belanda yang pertama kali datang ke Jepara menggambarkan Jepara masih berfungsi sebagai pelabuhan ekspor yang menjadi bagian terpenting kerajaan Mataram.
Sumber: indonesia.go.id