Konten dari Pengguna

Ratu Victoria, Simbol Negara Inggris

Potongan Nostalgia
#PotonganNostalgia || Mari bernostalgia! Menjelajah apa yang sudah mulai terlupakan, atau bahkan belum sempat diingat
23 April 2018 13:15 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:09 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Inggris ketika berada di bawah pimpinan Ratu Victoria masih berada pada masa peralihan sosial dan teknologi yang sangat besar. Ratu Victoria berhasil membawa perubahan besar di Inggris dengan melakukan berbagai kebijakan penting sehingga Inggris berhasil memiliki daerah koloni yang sangat luas.
ADVERTISEMENT
Ia telah memulihkan stabilitas pemerintahan Inggris dari kelompok-kelompok yang ingin mengacaukan keamanan dan ketentraman rakyatnya. Ia bahkan berhasil mengambil kembali hati rakyat yang sebelumnya sempat menolak keberadaan kerajaan ketika masa pemerintahan Raja George III, George IV, dan William IV.
Ratu Victoria, yang terlahir dengan nama Alexandrina Victoria, merupakan anak tunggal dari Edward, bangsawan dari Kent, dan Putri Mary Louise Victoria dari Saxe-Coburg Saalfeld. Ayahnya adalah adik dari George IV dan William IV.
Sejak kecil Victoria sudah dididik secara ketat oleh keluarganya agar menjadi seorang pewaris kerajaan yang terhormat. Ibunya sangat berambisi untuk menyiapkan Victoria, sampai-sampai ia tidak diizinkan untuk diasuh oleh siapapun kecuali oleh pembimbing yang dipilih langsung oleh ibunya.
ADVERTISEMENT
Victoria tidak memperoleh pendidikan di luar kerajaan, seluruhnya telah diatur oleh ibunya itu. Bahkan untuk sekedar memiliki kamar sendiri pun, ia tidak diperbolehkan. Victoria harus tidur bersama ibunya hingga usianya benar-benar cukup dewasa.
Ia tidak diizinkan untuk membaca surat kabar atau bacaan apapun yang akan memberinya rangsangan intelektual, hanya buku-buku pembentuk karakter saja yang boleh ia baca. Setiap harinya Victoria diajari mengenai bahasa, agama, melukis, dan menyanyi. Victoria benar-benar disiapkan untuk menjadi seorang pengganti Raja William IV.
Ketika Victoria menginjak usia 18 tahun, Raja William IV meninggal dunia, dan secara hukum ia berhak menggantikan takhta kerajaan. Namun naiknya Victoria sebagai ratu Inggris cukup mengecewakan ibunya yang telah berjuang mendidiknya.
ADVERTISEMENT
Pasalnya, ratu muda ini memilih untuk tidak menunjuk dirinya sebagai wali yang secara legal dapat membantu tugas-tugas kerajaan. Ratu Victoria menerima tugas-tugasnya secara mandiri dan menjauhkan diri dari pengaruh ibunya.
Banyak pihak yang meragukan kemampuan Victoria dalam memimpin Inggris. Mereka berpendapat bahwa gadis remaja ini harus mendapatkan pengalaman yang lebih banyak di pemerintahan terlebih dahulu, mengingat kondisi Inggris yang sedang berada pada masa peralihan. Seorang pemimpin baru yang masih sangat lemah dalam pengalaman hanya akan semakin memberikan dampak buruk bagi kinerja kerajaan.
Namun Victoria berusaha untuk memusatkan dirinya secara total ke dalam tugasnya sebagai ratu, disamping menikmati hak-hak istimewa yang ia dapatkan. Ratu Victoria didampingi oleh Whig, bangsawan Melbourne, sebagai penasihat pribadi ratu yang bertugas memberikan saran politik.
ADVERTISEMENT
Tahun 1840, Ratu Victoria menikah dengan sepupunya, Pangeran Albert dari Saxe-Coburg Gotha. Pangeran Albert menjadi orang yang sangat penting selama masa pemerintahan Ratu Victoria. Tidak hanya menjadi suami, dan ayah, Albert pun bertugas sebagai penasihat dan pelindung pribadi bagi Ratu Victoria. Pangeran Albert benar-benar telah mempengaruhi Victoria, baik dalam menjalankan pemerintahannya sebagai ratu, ataupun secara pribadi. Hingga akhirnya tahun 1861, Victoria harus menerima kenyataan pahit manakala suami yang sangat dicintainya itu meninggal akibat penyakit tipus.
Kesedihan mendalam diperlihatkan oleh Ratu Victoria ketika ia memutuskan untuk berhenti sejenak dari urusan publik selama 3 tahun. Bahkan ia mengenakan baju berkabung selama sisa hidupnya.
Banyak pihak yang membujuk Victoria agar kembali pada kehidupan sosialnya, dan menjalankan kembali perannya sebagai ratu Inggris. Berkat dorongan dari perdana menteri Benjamin Disraeli, yang menjadi orang kesukaan ratu karena kebijakan luar negerinya yang sangat baik, Victoria akhirnya kembali menjalankan perannya sebagai ratu Inggris.
ADVERTISEMENT
Selama masa Perang Crimea tahun 1853 sampai 1856, keluarga kerajaan dicurigai memihak pada Rusia. Menanggapi hal itu, Ratu Victoria langsung bertindak dengan memperlihatkan semangat kebangsaan yang setia. Ia menetapkan sebuah penghargaan bagi para pasukan militer, yaitu Victoria Cross, yang merupakan simbol penghargaan kerajaan terhadap para pasukan yang telah berjuang. Ia pun mendukung upaya bantuan perang secara medis dengan menunjuk Florence Nightingale.
Tahun 1876, Inggris telah berhasil memperkuat kendalinya atas wilayah India dengan menganugerahkan gelar Kaisar India kepada Ratu Victoria. Sebenarnya, ratu memiliki kepedulian yang besar terhadap kesejahteraan negara-negara jajahannya, meskipun ia tidak pernah mengunjungi daerah jajahannya yang letaknya sangat jauh.
Salah satu perayaan penting yang menjadi simbol kekuasaan Ratu Victoria atas Inggris adalah hari ulang tahun kelima dan keenam masa pemerintahannya, yang dikenal dengan nama Golden Jubille tahun 1887, dan Diamond Jubille tahun 1897.
ADVERTISEMENT
Ratu Victoria kurang lebih telah memerintah kerajaan Inggris selama 64 tahun, terhitung sejak tahun 1837-1901. Berkat kepemimpinannya lah Inggris berubah menjadi negara yang hebat dan kuat. Inggris diakui sebagai salah satu negara terkuat di dunia pada masa pemerintahannya, dan bertahan hingga saat ini. Maka banyak pihak yang mengatakan bahwa Ratu Victoria telah menjadi simbol bagi negara Inggris modern.
Sumber : Felder, Deborah G. 2008. 100 Wanita Paling Berpengaruh Sepanjang Masa. Tanggerang : Karisma
Foto : royal.uk