Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Rebecca Schaeffer, Bintang Hollywood yang Mati di Tangan Fansnya Sendiri
20 Maret 2021 21:38 WIB
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Rebecca Schaeffer sedang tengah mendulang kepopuleran menjadi bintang Hollywood ternama. Pada tahun 1989, Rebecca sudah muncul di beberapa film dan acara televisi nasional hingga internasional. Hingga pada hari dia ditetapkan mengikuti audisi dalam The Godfather III, hidupnya harus berakhir secara tragis.
ADVERTISEMENT
Pada pagi hari tangga 18 Juli 1989, Rebecca terlihat mondar-mandir di apartemen miliknya. Ia menunggu naskah The Godfather III yang akan ia baca di hadapan sutradara bernama Francis Ford Coppola.
Rebecca mengikuti audisi untuk mengisi peran Mary Corleone, putri Michael Corleone; peran yang dapat dipastikan akan mengubah kariernya di dunia hiburan Hollywood. Ketika bel pintu apartemennya berbunyi, ia pun bergegas turun, namun ia tidak disambut dengan apa yang ia harapkan.
Pria yang mendatangi apartemennya itu membawa tas berisi salinan buku The Catcher In The Rye, foto Rebecca, dan kartu yang diterima dari padanya sebagai tanggapan atas surat yang telah ditulisnya. Kartu Rebbeca untuknya berbunyi, “Anda adalah salah satu terbaik yang pernah kumiliki.”
ADVERTISEMENT
Melihat hal tersebut, Rebecca tersenyum dan mengatakan pada pria tersebut bahwa ia harus bersiap-siap. “Tolong jaga dirimu,” ia menjabat tangannya, lalu menutup pintu. Pria tersebut diketahui bernama Robert John Bardo, ia telah melakukan perjalanan sejauh 500 mil dari Tucson, Arizona ke Hollywood Barat hanya untuk melihat idolanya tersebut, Rebecca Schaeffer.
Setelah interaksi singkat tersebut, Bardo berjalan ke restoran terdekat dan membeli makan untuk sarapan. Ia sadar bahwa dia lupa tentang CD dan surat yang dia bawa untuk Schaeffer, dan memutuskan kembali ke apartemen Schaeffer.
Kali ini, Rebecca tampak kesal karena merasa terganggu. Bardo menjawab, “Saya lupa memberi Anda sesuatu.” Bardo lantas mengeluarkan pistol Magnum .357 dan menembak dada Rebecca Schaeffer.
Rebecca berteriak, “Mengapa, mengapa?” Bardo pun segera berbalik dan berlari. Ketika mendengar suara tembakan dan teriakan, seorang penghuni apartemen pun segera memanggil ambulans, namun sudah terlambat. Rebecca harus meninggal tak lama setelah tiba di rumah sakit terdekat.
ADVERTISEMENT
Pada awal kariernya Rebecca sulit menemukan pekerjaan sebagai model karena tinggi badan yang dinilai kurang dari tinggi rata-rata seorang model. Ia lantas pergi ke Jepang untuk mencari peruntungan. Namun ternyata di Jepang pun Rebecca masih terbilang gagal, hal tersebut lantas membawa Rebecca kembali ke New York dan memutuskan untuk mencoba peruntungan di dunia akting.
Nampaknya dunia akting merupakan jalan yang mendukung karier Rebecca dan tidak lama sebelum berusia 18 tahun, ia mendapatkan peran utama dalam program CBS, My Sister Sam.
Pada tahun 1988, Rebecca mendapat peran dalam Scenes From The Class Struggle In Beverly Hills. Film ini mendongkrak popularitasnya di skema industri film bergengsi, Hollywood.
Robert Joh Bardo jatuh cinta pada pandangan pertama saat melihat sosok Rebecca Schaeffer ketika bermain dalam film My Sister Sam. Pria tersebut lantas menulis surat kepada idulanya tersebut. Bardo semakin yakin bahwa ia terhubung dengan idolanya lewat setiap surat yang ia kirim. Namun tetap saja, Bardo tidak tahu apa-apa tentang kehidupan Rebecca Schaeffer di balik kamera.
ADVERTISEMENT
Saat menerima surat dari Rebecca Schaeffer pada tahun 1987, Bardo memutuskan untuk terbang ke Burbank dari Tucson. Bardo berjalan ke Warner Brothers Studios sembari membawakan bunga dan boneka untuk sang pujaan.
Jack Egger, Kepala Keamanan Warner Brothers kala itu, mengingat Bardo yang memohon padanya untuk diizinkan masuk, “Aku harus melihatnya. Seandainya aku bisa melihatnya sebentar.”
Egger yang merasa iba pada Bardo lantas memberi tumpangan kembali ke hotel tempat dia menginap. Keduanya berbicara selama perjalanan dan Egger mengatakan bahwa akan lebih baik bagi Bardo kembali ke Tucson. Namun, satu bulan kemudian, Bardo kembali ke studio dengan sebilah pisau. Tentunya ia pun dicegah masuk.
Perasaan kagum Bardo berubah menjadi benci ketika melihat idolanya tersebut bermain di film Scenes From The Class Struggle di Beverly Hills. Pasalnya, di film tersebut terdapat adegan di mana idolanya melakukan adegan ranjang dengan pemeran pria.
ADVERTISEMENT
Bardo lantas pergi ke Anthony Agency, firma investigasi swasta di Tucson, dengan berbekal foto idolanya tersebut. Bardo mengatakan kepada penyelidik swasta, jika Rebecca Schaeffer adalah teman lamanya. Bardo menjelaskan jika ia butuh alamat Rebecca saat ini agar bisa mengirimkannya hadiah.
Mendapatkan akses ke alamat rumah Rebecca Schaeffer terbukti mudah. Bardo diketahui membayar USD 300 kepada penyelidik swasta dan menghubungi Departemen Kendaraan Bermotor California atas namanya.
DMV California memberikan alamat lengkap kediaman Rebecca Schaeffer. Tindakan ini terbilang legal, mengingat informasi SIM adalah catatan publik kala itu. Bardo pun tidak lupa membeli sebuah pistol yang akhirnya menewaskan idolanya tersebut.
Sebelum Bardo naik bus menuju LA, ia menulis surat kepada saudaranya di Knoxville, Tennessee. Isinya, “Saya memiliki obsesi dengan hal yang tidak mungkin tercapai. Saya harus menghilangkan apa yang tidak bisa saya dapatkan.”
ADVERTISEMENT
Pada 29 Oktober 1991, Bardo dihukum karena pembunuhan tingkat pertama. Ia divonis hukuman penjara seumur hidup tanpa kemungkinan pembebasan bersyarat. Kini, ia harus mendekam di Penjara Negara Bagian Avenal, California, Amerika Serikat.
***
Referensi: