Rekam Cerita Indonesia sebagai Identitas Politik

Potongan Nostalgia
#PotonganNostalgia || Mari bernostalgia! Menjelajah apa yang sudah mulai terlupakan, atau bahkan belum sempat diingat
Konten dari Pengguna
8 Juni 2017 23:34 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pada dasawarsa 1920-an, nama “Indonesia” menjadi istilah ilmiah dalam etnologi dan geografi yang sering kali diadopsi oleh tokoh-tokoh pergerakan kemerdekaan tanah air
ADVERTISEMENT
Sehingga nama “Indonesia” memiliki makna politis, yaitu identitas suatu bangsa yang memperjuangkan kemerdekaan. Akibatnya pemerintah Belanda mulai curiga dan waspada terhadap pemakaian kata ciptaan Logan itu
Atas inisiatif seorang mahasiswa Handels Hoogeschool (Sekolah Tinggi Ekonomi) di Rotterdam Mohammad Hatta terbentuklah organisasi pelajar dan mahasiswa Hindia di Negeri Belanda yang bernama Indische Vereeniging pada 1908. Seiring berjalannya waktu, nama Indische Vereeniging berubah menjadi Perhimpoenan Indonesia
Bung Hatta menegaskan dalam tulisannya “Negara Indonesia Merdeka yang akan datang (de toekomstige vrije Indonesische staat) mustahil disebut “Hindia Belanda”. Juga tidak “Hindia” saja, sebab dapat menimbulkan kekeliruan dengan India yang asli. Bagi kami nama Indonesia menyatakan suatu tujuan politik (een politiek doel), karena melambangkan dan mencita-citakan suatu tanah air di masa depan, dan untuk mewujudkannya tiap orang Indonesia (Indonesier) akan berusaha dengan segala tenaga dan kemampuannya.”
ADVERTISEMENT
Masih di tanah air. Dr. Sutomo jua berpartisipasi dalam memperkuat identitas politik melalui Indonesia. Sutomo mendirikan Indonesische Studie Club pada 1924. Pada 1925, Jong Islamieten Bond membentuk kepanduan Nationaal Indonesische Padvinderij (Natipij) yang bemulakan penggunaan nama “Indonesia” bagi tanah air. Akhirnya pada 28 Oktober, nama “Indonesia” dinobatkan sebagai nama tanah air, bangsa dan bahasa pada Kerapatan Pemoeda-Pemoedi Indonesia 1928 yang kini dikenal dengan sebutan Sumpah Pemuda
Pada Agustus 1939, tiga orang anggota Volksraad (Dewan Rakyat; parlemen Hindia Belanda) yaitu Muhammad Husni Thamrin, Wiwoho Purbohadidjojo, dan Sutardjo Kartohadikusumo, mengajukan mosi kepada Pemerintah Hindia Belanda agar nama “Indonesia” diresmikan sebagai pengganti nama “Nederlandsch- Indie” meski dibalas dengan mosi penolakan oleh Belanda.
ADVERTISEMENT
Sumber foto : http://www.posttypography.com