René Descartes dan Teori Kebenaran Ilmiah

Potongan Nostalgia
#PotonganNostalgia || Mari bernostalgia! Menjelajah apa yang sudah mulai terlupakan, atau bahkan belum sempat diingat
Konten dari Pengguna
20 Maret 2018 14:58 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
René Descartes (Foto: Youtube/ The School of Life)
zoom-in-whitePerbesar
René Descartes (Foto: Youtube/ The School of Life)
ADVERTISEMENT
Rene Descartes dilahirkan di Desa La Haye, Prancis, pada 1596. Masa mudanya dihabiskan dengan mengikuti pendidikan di sekolah Jesuit terkenal di kotanya, Kolese La Fleche. Rene Descartes menerima pendidikan dengan sangat baik, tetapi dia berkeyakinan bahwa hanya ada sedikit pengetahuan yang dapat dipakai oleh manusia untuk kehidupan sehari-harinya, kecuali matematika. Rene Descartes tidak benar-benar ingin menempuh pendidikan tinggi untuk menunjang kehidupannya, dia lebih memilih untuk bekelana melihat dunia secara langsung.
ADVERTISEMENT
Sejak tahun 1616 hingga 1628, Rene Descartes menjelajah ke berbagai tempat di Eropa. Ia pernah bergabung ke dinas ketentaraan di Belanda, Bavaria, dan Hungaria, walaupun tidak secara langsung ikut pertempuran. Selama bertahun-tahun melakukan perjalanan, ia merumuskan metode umum untuk menemukan kebenaran menurut versinya. Tahun 1628, Rene Descartes memutuskan menerapkan metodenya untuk membangun gambaran utuh dari dunia yang sempat dilihatnya, dan didengarnya selama melakukan perjalanan tersebut. Selama merumuskan pengaplikasian metodenya, Rene Descartes memilih untuk menetap di Belanda selama 21 tahun.
Atara tahun 1630 sampai 1634, Rene Descartes berhasil menerapkan metodenya untuk hampir seluruh studi ilmu pengetahuan. Ia bahkan terlibat dalam berbagai riset besar dalam bidang optik, meteorology, matematika, dan beberapa cabang ilmu lainnya. Rene Descartes menulis banyak buku filsafat yang mendukung pemikirannya, seperti Rules for the Direction of the Mind, buku yang memuat garis besar metodenya. Kemudian tahun 1633 merampungkan buku Le Monde, mengenai gambaran umum dunia versi Rene Descartes, yang banyak dipengaruhi oleh pemikiran Copernicus. Namun buku ini tidak sempat diterbitkan, setelah ia melihat Galileo yang didakwa oleh otoritas gereja karena mendukung teori Copernicus. Sebagai gantinya, pada 1637, ia menerbitkan karyanya yang paling terkenal, Discourse on the Method for Properly Guiding the Reason and Finding Truth in the Science.
ADVERTISEMENT
Menurut sebagian orang, bagian paling menarik dari filsafat Descrates adalah caranya memulai. Dengan meneliti sejumlah paham keliru yang berkembang pada masa itu, Rene Descartes memutuskan agar dia dapat mencapai kebenaran, dia harus memulai segalanya dari nol. Dengan demikian, dia memulai dengan meragukan segala hal tanpa melihat adanya kebenaran yang mutlak sedikitpun. Semua hal yang diajarkan oleh gurunya, semua kepercayaan yang selama ini dianutnya, semua pemikiran yang tampak masuk akal, bahkan keberadaan dirinya sendiri, semua diragukan oleh Rene Descartes.
Rene Descartes mengajarkan untuk tidak boleh memulai segalanya dengan kepercayaan, tetapi dengan keraguan. Hal tersebut sangat bertentangan dengan pemikiran para filsuf abad pertengahan yang mengajarkan untuk mendahulukan kepercayaan di atas segalanya. Dalam filsfatnya, ia menegaskan perbedaan antara nalar dan objek materialnya. Pernyataan yang dibuat oleh Rene Descartes memicu perdebatan teoretis, dan membangkitkan minat para filsuf untuk mencari solusinya. Namun apa yang telah dimulai oleh Rene Descartes tidak dapat terpecahkan hingga sekarang.
ADVERTISEMENT
Rene Descartes sangat menyukai melakukan riset ilmiah untuk membuktikan sebuah hal, dan percaya bahwa penerapan-penarapan praktis dari riset ini dapat memberi manfaat lebih baik bagi masyarakat. Dia mengatakan bahwa para ilmuwan harus menghindari pandangan-pandangan yang tidak rasional, dan harus mencoba menggambarkan dunia melalui persamaan-persamaan matematika. Rene Descartes percaya bahwa seluruh dunia, kecuali Tuhan dan jiwa manusia, beroperasi secara mekanik. Karena itulah Rene Descartes percaya semua peristiwa dapat dijelaskan melalui percobaan-percobaan ilmiah, sehingga ia menolak berbagai bentuk sihir, astrologi, dan takhayul lainnya.
Sumber : Hart, Michael H. 2016. 100 Tokoh Paling Berpengaruh di Dunia. Jakarta : Noura.