Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten dari Pengguna
Samudera Pasai, Pusat Perdagangan dan Peradaban Islam di Nusantara
17 Mei 2018 11:49 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:08 WIB
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kesultanan Samudera Pasai merupakan salah satu kerajaan Islam di Nusantara yang terkenal dengan kegiatan perniagaannya. Kerajaan yang dikenal dengan nama Samudera Darussalam ini terletak di pesisir pantai utara Sumatera, kurang lebih di sekitar Loksumawe dan Aceh Utara.
ADVERTISEMENT
Dalam hikayat raja-raja Pasai dijelaskan bahwa Samudera Pasai didirikan oleh Marah Silu, setelah menggantikan salah seorang penguasa bernama Sultan Malik al-Nasser. Pada 1297 M, Marah Silu menjadi raja Samudera Pasai dengan gelar Sultan Malik as-Saleh.
Dalam Hikayat Raja-Raja Pasai dan Sulalatus Salatin, nama Samudera dan Pasai terpisah, merujuk pada dua kawasan yang berbeda. Namun dalam catatan bangsa Tiongkok, Samudera dan Pasai adalah satu wilayah kekuasaan yang sama.
Sementara menurut Marco Polo yang mengunjungi wilayah Aceh dalam misi pencatatan daftar kerajaan di pantai timur Pulau Sumatera, terdapat dua penguasa berbeda yaitu Ferlec (Perlak), dan Samara (Samudera).
Terpisahnya kekuasaan wilayah Samudera Pasai menurut beberapa ahli, dikarenakan Sultan Malik as-Saleh memberikan perintah kepada anaknya, Sultan Muhammad Malik az-Zahir, untuk memerintah di wilayah Pasai, sedangkan dirinya berada di Samudera.
ADVERTISEMENT
Pasai pada masa pemerintahan Sultan Muhammad Malik az-Zahir berkembang sangat pesat, terutama di bidang perniagaan. Pasai menjadi salah satu pusat perdagangan sekaligus pusat pengembangan dakwah Islam. Ibnu Batutah, seorang penjelajah dari Maroko, menyebut rempah-rempah terbaik hanya ada di wilayah Pasai.
Ia menyebutkan tanaman-tanaman yang banyak tumbuh di Pasai, yaitu kelapa, pinang, cengkeh, gaharu India, nangka, mangga, jambu, jeruk, dan tebu. Selain itu juga ia menyebutkan tanaman-tanaman aromatik terkenal di dunia hanya tumbuh di wilayah itu.
Ibnu Batutah pun menggambarkan keramahan yang ditunjukkan oleh masyarakat Pasai terhadap dirinya dan rombongannya. Ibnu Batutah disambut dengan sangat baik oleh pemerintah, bahkan sultan meminjamkan beberapa kuda untuk rombongan Ibnu Batutah pergi ke ibukota kesultanan.
ADVERTISEMENT
Dalam beberapa catatannya, Ibnu Batutah pun terkesan dengan kesalehan Sultan Malik az-Zahir. Sultan merupakan penganut Islam yang taat dan selalu memerangi kejahatan yang ada di wilayah Pasai. Sultan juga memberikan perlindungan kepada masyarakat non-Muslim yang membayar pajak. Selain tegas, Sultan Malik az-Zahir terkenal sangat rendah hati.
Sekitar tahun 1326, Sultan Muhammad Malik az-Zahir meninggal dunia. Kekuasaan wilayah Pasai kemudian digantikan oleh anaknya, Sultan Mahmud Malik az-Zahir. Sementara wilayah Samudera dipimpin oleh Malikul Mansur, menggantikan kakeknya, Sultan Malik al-Saleh.
Tidak lama setelah menjabat, terjadi pertikaian yang mengakibatkan Malikul Mansur ditangkap dan diusir dari Samudera. Setelah itu, wilayah Samudera dipersatukan dengan Pasai di bawah pimpinan Sultan Mahmud Malik az-Zahir.
Pada 1345 hingga 1350, kesultanan Samudera Pasai diserbu oleh pasukan Majapahit di bawah pimpinan Gajah Mada. Invasi yang dilakukan oleh Majapahit tersebut berhasil menaklukan wilayah Samudera Pasai, yang ketika itu dipimpin oleh Sultan Ahmad Malik az-Zahir. Sultan dan beberapa pengikutnya terpaksa harus meninggalkan ibukota.
ADVERTISEMENT
Harta benda dan rkyat yang tinggal di Samudera Pasai dibawa ke pulau Jawa sebagai tawanan, atau mungkin hasil rampasan perang yang akan dihadiahi kepada raja Majapahit. Kejadian buruk tersebut membuat Samudera Pasai mengalami kemunduran yang sangat pesat.
Kesultanan Pasai kembali bangkit di bawah pimpinan Sultan Zain al-Abidin Malik az-Zahir pada 1383. Disebut dalam kronik berita China, Sultan Zain Abidin memerintah hingga tahun 1405, dan disebutkan ia tewas oleh penguasa dari kerajaan Nakur, sebuah kerajaan di dekat Samudera Pasai.
Pemerintahan kemudian diambil alih oleh putrinya, yang diberi gelar Sultanah Nahrasiyah.
Hingga abad ke-16, Samudera Pasai masih dapat mempertahankan kegiatan perniagaan mereka dengan para pedagang dari berbagai negara. Mereka masih dapat mempertahankan jalur perdagangan mereka, walaupun telah terjadi banyak kekacauan di dalam pemerintahan.
ADVERTISEMENT
Namun peran Samudera Pasai sebagai kerajaan terpenting dalam arus perdagangan di wilayah Asia harus terpatahkan oleh bandar perdagangan Malaka di Semenanjung Melayu. Sejak 1450, Malaka berhasil menguasai jalur perdagangan yang selama ini dikuasai oleh Samudera Pasai.
Akibatnya Samudera Pasai mengalami kemunduran yang cukup signifikan dalam perekonomiannya. Ditambah munculnya kesultanan baru di wilayah Aceh, yaitu Kesultanan Aceh Darussalam.
Sumber : Gustama, Faisal Ardi. 2017. Buku Babon Kerajaan-Kerajaan Nusantara. Yogyakarta : Brilliant Book
Foto : dimasfan.com