Konten dari Pengguna

Sangiran dan Dunia Spesies Purba di Jawa

Potongan Nostalgia
#PotonganNostalgia || Mari bernostalgia! Menjelajah apa yang sudah mulai terlupakan, atau bahkan belum sempat diingat
30 Desember 2020 20:55 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Koleksi Museum Sangiran. Sumber: Wikimedia Commons
zoom-in-whitePerbesar
Koleksi Museum Sangiran. Sumber: Wikimedia Commons
ADVERTISEMENT
Ahli paleoantropologi di dunia menyimpulkan Pulau Jawa ialah salah satu tempat tinggal bagi spesies mirip manusia yang paling awal di dunia. Konon, lebih dari satu juta tahun yang lampau, bisa dipastikan di pulau ini pernah hidup suatu spesies makhluk mirip manusia di masa purba.
ADVERTISEMENT
Sebaran penemuan fosil hominid (manusia purba) tercatat cukup banyak. Di sepanjang Sungai Bengawan Solo berikut anak sungainya, dari daerah Sangiran di Jawa Tengah hingga beberapa daerah di Jawa Timur, boleh dikata bagaikan “tambang” bagi pelbagai penemuan fosil.
Ngandong, Sangiran, Sambungmacan, Trinil, ialah contoh-contoh situs ditemukannya fosil hominid. Di antara situs-situs artefak purbakala di Indonesia, nama Sangiran barangkali paling sohor.
Sumber: Wikimedia Commons
Ini karena di sana bisa ditemukan jejak peninggalan kala Pleistosen yang paling lengkap dan utuh. Di sini para ahli paleoantropologi bisa dipastikan bakal lebih mudah merangkai sebuah benang merah sejarah manusia purba secara berurutan. Tak aneh jikalau sejak 1996, Sangiran telah ditetapkan oleh UNESCO sebagai Situs Warisan Dunia.
ADVERTISEMENT
Terletak lima belas kilometer di sebelah utara kota Surakarta, kemasyhuran Sangiran sebenarnya telah bergema dan terekam dalam jurnal-jurnal ilmiah masyarakat dunia sejak akhir abad ke-19. Laporan penemuan fosil pertama dari Sangiran muncul di tahun 1864. PEC Schemulling menemukan fosil vertebrata. Tak kecuali Eugene Dubois, juga sempat tercatat melakukan eksplorasi di Sangiran pada 1893.
Di tahun 1932 pemetaan geologi di kawasan Sangiran juga telah dilakukan oleh LJC van Es. Menindaklanjuti pemetaan itu, dua tahun kemudian GHR von Koenigswald juga melakukan eksplorasi di sana. Koeningswald berhasil menemukan fosil hominid pada kisaran 1936. Dan hingga tahun 1941, dia terlihat semakin intensif melakukan eksplorasi. Dari Sangiran pulalah sejumlah fosil Homo erectus semakin banyak ditemukan.
ADVERTISEMENT
Sumber: Wikimedia Commons
Bicara popularitas Sangiran memang lebih lekat dengan nama Koenigswald daripada Dubois. Ya, Dubois sendiri menemukan fosil hominid di Trinil, Ngawi, pada kisaran 1891-1892. Namun demikian momen penemuan Dubois, bagaimanapun ialah merupakan tonggak sejarah penting bagi dunia paleoantropologi dan bagi Indonesia.
Antara 1934-1941, penelitian Koeningswald dilakukan di Sangiran, Jawa Tengah. Di sana dia menemukan fosil hominid dalam jumlah cukup besar dan bervariasi. Ada puluhan fosil. Dari gigi rahang milik spesies Homo mojokertensis, tengkorak spesies Pithecanthropus erectus, hingga rahang atas dan bawah milik spesies Meganthropus palaeojavanicus.
Sumber: indonesia.go.id