Konten dari Pengguna

Sejarah dan Perkembangan Informasi tentang Ibuprofen 'Si Pereda Nyeri'

Potongan Nostalgia
#PotonganNostalgia || Mari bernostalgia! Menjelajah apa yang sudah mulai terlupakan, atau bahkan belum sempat diingat
17 Juli 2020 14:26 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ibuprofen 400. Dok: Wikimedia
zoom-in-whitePerbesar
Ibuprofen 400. Dok: Wikimedia
ADVERTISEMENT
Ibuprofen merupakan salah satu jenis pereda nyeri atau yang biasa dikenal sebagai analgesik yang cukup populer. Ibuprofen yang juga merupakan antipiretik (penurun demam) yang juga biasa digunakan untuk orang dewasa dan anak-anak. Pada awalnya, ibuprofen diluncurkan pada tahun 1969. Kemudian pada tahun-tahun selanjutnya, ibuprofen juga mengalami perkembangan. Berikut perkembangan informasi tentang ibuprofen dari masa ke masa.
ADVERTISEMENT
Masa Awal hingga Ibuprofen Diluncurkan
Pada tahun 1953, seorang apoteker serta farmakologis bernama Stewart Adams bersama John Nicholson, seorang ahli kimia yang bekerja di Boots Pure Drug Company Ltd mulai melakukan identifikasi analog aspirin yang mungkin cocok digunakan pada rheumatoid arthritis dalam jangka panjang. Kemudian pada tahun 1961 setelah melakukan penyaringan terhadap 600 kandidat, mereka berdua mengajukan paten untuk senyawa 2 – (4-isobutylphenyl) asam propionat. Senyawa yang mereka ajukan paten tersebut selanjutnya disebut sebagai ibuprofen pada tahun berikutnya.
Pada tahun 1966 dilakukan uji klinis terhadap ibuprofen. Uji klinis tersebut dilakukan di Edinburgh terhadap enam pasien dengan rheumatoid arthritis. Hingga pada akhirnya, ibuprofen diluncurkan pada tahun 1969 di UK. Ibuprofen diperkenalkan untuk pengobatan penyakit rematik dan dipasarkan sebagai obat resep Brufen dengan dosis 600-800mg per hari. Penggunaan ibuprofen ini lebih baik jika dibandingkan dengan pengobatan dengan gold standard untuk rheumatoid arthritis, aspirin dengan efek samping gastrointestinal yang lebih baik.
ADVERTISEMENT
Ilustrasi resep dokter. Dok: Pixabay/Kubra Cavus
Masa 1970-an hingga 1996
Setelah adanya sistem lisensi pada tahun 1971, tablet ibuprofen diberikan lisensi produk yang benar oleh Badan Pengatur Obat dan Produk Kesehatan (MHRA). Pada tahun 1979, terdapat penambahan indikasi pada ibuprofen dalam lembar data Inggris. Penambahan tersebut adalah termasuk kondisi rematik non-artikular, kondisi periarticular dan cedera jaringan lunak. Selanjutnya pada tahun 1981, indikasi untuk nyeri ringan hingga sedang juga ditambahkan pada ibuprofen di Inggris. Hingga akhirnya, pada tahun 1983, ibuprofen disetujui sebagai obat bebas di Inggris dengan dosis penggunaan maksimum adalah 1.200mg per hari dan diluncurkan sebagai Nurofen.
Paten dunia terhadap ibuprofen yang dimiliki Boots telah kadaluwarsa, sehingga produk generik pun diluncurkan. Akan tetapi Boots tetap menerima penghargaan Ratu, “Queen’s Award for Technological Achievement” dalam hal penemuan ibuprofen. Hingga kini, sudah lebih dari 100 juta orang di 120 negara telah menerima ibuprofen.
ADVERTISEMENT
Pada tahun 1995, dilakukan uji coba secara acak, double-blind, dan placebo-controlled terhadap ibuprofen. Hasil pengujian tersebut menunjukkan bahwa penggunaan ibuprofen pada dosis tinggi (dosis rata-rata 25mg / kg) dapat memperlambat penyakit paru-paru pada pasien dengan fibrosis kistik. Hal tersebut bekerja dengan menghambat pelepasan enzim lisosom dan bermigrasi. Selain itu juga dapat menghambat adherence, pembengkakan, dan agregasi neutrofil. Dengan manfaat yang telah diberikan, maka pada tahun 1996 ibuprofen beralih status masuk ke daftar penjualan umum. Hal tersebut berarti ibuprofen dapat dijual secara umum tanpa perlu pengawasan apoteker.
Ilustrasi Ibuprofen. Dok: Pixabay/clubfoto
Masa 2005 hingga 2017
Berbeda dari masa sebelumnya yang cenderung menunjukkan manfaat serta indikasi-indikasi tambahan pada ibuprofen, pada masa-masa ini justru tidak hanya menunjukkan penambahan manfaat ibuprofen saja, akan tetapi beberapa risiko yang timbul terhadap penggunaan ibuprofen juga mulai ditemukan. Seperti pada tahun 2005, terdapat sebuah penelitian observasional yang melibatkan 114.000 wanita. Hasilnya menunjukkan bahwa penggunaan harian ibuprofen dengan jangka waktu yang cukup panjang panjang (> 5 tahun) dikaitkan dengan risiko kanker payudara 51% lebih tinggi. Akan tetapi Informasi tentang dosis yang dimaksud tidak dikumpulkan. Pada tahun yang sama, terdapat sebuah studi epidemiologis yang menunjukkan bahwa penggunaan ibuprofen secara teratur dapat menurunkan risiko penyakit Parkinson . Ulasan Cochrane pada tahun 2011 juga menunjukkan bahwa ibuprofen dapat mengurangi risiko Parkinson, akan tetapi masih banyak pertanyaan yang muncul sebelum potensi penggunaannya.
ADVERTISEMENT
Pada tahun 2006, setelah melakukan peninjauan terhadap data keselamatan kardiovaskular trombotik baru, European Medicines Agency (EMA) menyimpulkan bahwa obat antiinflamasi non-steroid non-selektif (NSAID) memiliki kaitan dengan peningkatan kecil risiko absolut untuk kejadian trombotik. Hal tersebut dapat terjadi terutama ketika digunakan dengan dosis yang tinggi yaitu lebih dari 2.400mg untuk ibuprofen dalam pengobatan jangka panjang. Selanjutnya, pada tahun 2008, terdapat sebuah penelitian observasional yang menunjukkan penurunan 44% risiko dari penyakit Alzheimer pada penggunaan ibuprofen selama lebih dari lima tahun.
Selai itu, tinjauan sistematis terhadap ibuprofen juga dilakukan pada tahun 2014. Hasilnya, formulasi ibuprofen yang bekerja secara cepat menunjukkan penyerapan yang lebih cepat pula. Dengan demikian, ibuprofen dapat mengurangi nyeri awal dengan lebih cepat, analgesia keseluruhan yang baik pada banyak pasien dengan dosis yang sama, serta memungkinkan analgesia yang lebih tahan lama, akan tetapi tanpa adanya laporan yang cukup tinggi dari pasien dengan efek samping. Masih pada tahun 2014, MHRA meminta EMA untuk dapat meninjau kembali keamanan dari ibuprofen. Oleh sebab itu, pada tahun berikutnya EMA menegaskan bahwa penggunaan ibuprofen dengan dosis tinggi (>2.400mg per hari) menyebabkan sedikit peningkatan risiko penyakit kardiovaskular, seperti serangan jantung dan strok. Selain itu, juga tidak ada peningkatan yang terlihat pada penggunaan dosis OTC (hingga 1.200mg).
ADVERTISEMENT
Pada tahun 2016, pengawas iklan melarang iklan Nurofen di TV Inggris. Hal tersebut berasalan dengan klaim bahwa produk tersebut dapat secara khusus menargetkan nyeri sendi dan punggung. Selain itu, pada tahun 2015, produk Nurofen yang dipasarkan untuk jenis rasa sakit tertentu juga dikeluarkan dari penjualan Australia, sebab dinilai menyesatkan konsumen.
Para peneliti Imperial College London pada tahun 2016 juga menemukan bahwa ibuprofen arginine, ibuprofen yang tidak berlisensi Inggris tapi tersedia di tempat lain pun dapat melindungi dari efek kardiovaskular yang merugikan. Hal tersebut bekerja dengan cara mempertahankan jalur oksida nitrat serta yang kemudian dilepaskan ke dalam aliran darah lebih cepat dari standar.
Pada tahun yang sama, penggunaan ibuprofen atau NSAID lainnya dikaitkan dengan peningkatan risiko sebesar 19% pengakuan rumah sakit atas gagal jantung berdasarkan sebuah studi pengamatan dengan lebih dari delapan juta pengguna NSAID di empat negara. Hasil pengamatan tersebut menunjukkan bahwa meskipun penelitian tersebut hanya berfokus pada resep NSAID, temuan tersebut juga mungkin berlaku juga pada NSAID yang terdapat dalam obat bebas. Selain penemuan tersebut, terdapat juga penemuan peningkatan 31% risiko serangan jantung yang ditemui di luar rumah sakit berdasarkan data resep yang dilakukan studi pengamatan pada hampir 30.000 pasien. Akan tetapi tidak terdapat informasi tentang penggunaan OTC.
ilustrasi serangan jantung. Dok: Pixabay/Pexels
Setahun setelahnya, atau pada tahun 2017, sebuah studi pengamatan terhadap ibuprofen dan NSAID lainnya yang digunakan selama infeksi flu atau flu dapat meningkatkan risiko serangan jantung sebesar 3,3 kali jika digunakan dalam dosis tinggi dan 3 kali pada dosis rendah. Suatu tinjauan sitematis lain menemukan bahwa ibuprofen da NSAID lainnya tidak memberikan efek klinis yang cukup penting pada nyeri punggung, jika dibandingkan dengan plasebo. Selain itu, berdasarkan analisis data dari hampir 450.000 pasien ditemukan bahwa penggunaan ibuprofen dengan dosis lebih dari 1.200mg setiap hari bersama dengan NSAID lainnya dapat meningkatkan risiko infark miokard, atau serangan jantung terutama dalam bulan pertama penggunaan.
ADVERTISEMENT
Itulah beberapa informasi tentang awal kemunculan ibuprofen beserta informasi perkembangan manfaat serta efek samping dari beberapa tahun.
Model 3D Molekul Ibuprofen. Dok: Wikimedia
Sumber: