Konten dari Pengguna

Sejarah Pembuatan Kursi di Beberapa Peradaban Dunia

Potongan Nostalgia
#PotonganNostalgia || Mari bernostalgia! Menjelajah apa yang sudah mulai terlupakan, atau bahkan belum sempat diingat
3 Februari 2018 15:39 WIB
clock
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:19 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Kursi Kayu (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Kursi Kayu (Foto: Pixabay)
ADVERTISEMENT
Kursi memiliki nilai yang sangat besar, di samping fungsinya sebagai tempat untuk duduk. Kursi dapat merepresentasikan kedudukan seseorang di dalam sebuah kelompok masyarakat. Tinggi atau rendahnya kedudukan seseorang akan terlihat melalui kursi yang dipakainya. Baik bahan, bentuk, dan hiasan yang ada pada kursi akan menunjukkan status sosial pemakainya.
ADVERTISEMENT
Keberadaan kursi pada kehidupan masyarakat Mesir Kuno (3100-1070 SM), sangat erat kaitannya dengan kekuasaan keluarga kerajaan. Kursi hanya dimiliki oleh keluarga bangsawan dan keluarga terdekat dari raja. Masyarakat dari kelas bawah tidak diperbolehkan menggunakan kursi di rumah mereka. Kursi di Mesir Kuno terbuat dari bahan-bahan yang sangat mewah, seperti kayu hitam, gading, atau kayu berlapis emas. Kursi-kursi untuk keluarga kerajaan memiliki perbedaan pada ukiran dan warna dengan kursi untuk keluarga kelas atas biasa.
Sama seperti di Mesir, pada masyarakat Yunani Kuno (1100-400 SM), kursi menentukan status sosial pemiliknya dan hanya keluarga kerajaan saja yang boleh menggunakannya. Bangsa Yunani Kuno sempat membuat inovasi kursi yang terlihat sangat indah, diberi nama Klysmos. Kursi tersebut memiliki dudukan melengkung tanpa sandaran tangan dengan bentuknya yang khas. Bahan yang digunakan untuk membuat kursi umumnya adalah kayu yang dilapisi oleh emas dengan banyak perhiasan di badan kursi. Semakin banyak perhiasan yang digunakan maka akan semakin tinggi kedudukan penggunanya.
ADVERTISEMENT
Bangsa Romawi Kuno (700-400 SM), membuat kayu dengan lebih banyak menggunakan bahan dasar perunggu atau perak. Walaupun banyak meniru gaya Yunani, namun kursi bangsa Romawi lebih besar dan berat, serta diberi bantalan untuk duduk agar lebih nyaman. Bangsa Romawi berhasil menciptakan kursi yang diberi nama Curule. Kursi tersebut biasa digunakan oleh pejabat kerajaan, dibuat dengan menyilangkan kaki-kaki kursi sehingga membentuk huruf X. curule biasanya terbuat dari gabungan kayu dengan gading atau besi yang disambungkan.
Di beberapa negara Asia, seperti Jepang, Tiongkok, dan India, abad ke-2 SM telah menghasilkan perabot yang bernilai seni tinggi. Pengerajin dari Tiongkok berhasil membuat kursi yang disambungkan tanpa paku atau pasak, bahkan tidak menggunakan perekat seperti lem. Kursi-kursi nya pun dibuat dengan memberi ukiran-ukiran yang sangat indah. Kursi secara umum dapat digunakan oleh seluruh kalangan masyarakat tetapi bentuk, bahan, dan ukiranlah yang menentukan tingkat sosial masyarakat yang menggunakannya.
ADVERTISEMENT
Di Eropa pembuatan kursi dan perabotan sempat menurun pada abad ke-16 hingga awal abad ke-18, hal itu disebabkan bahan-bahan dan pengerajin untuk pembuatan kursi susah didapat. Tapi kemudian muncul inovasi kursi santai dengan sandaran punggung, dan sangdaran tangan yang lebih nyaman. Memasuki abad ke-19 kursi semakin berkembang dengan penemuan berbagai teknologi untuk membuatnya. Pada abad ke-20 digunakan kursi dari bahan dasar plastik sebagai ganti dari bahan kayu yang terkadang sulit didapatkan.
Sumber : Zaenuddin. 2015. Asal-Usul Benda-Benda di Sekitar Kita Tempo Doeloe. Jakarta : Change.