Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.1
Konten dari Pengguna
Sejarah Penemuan Metode CPR dalam Dunia Medis
5 Juni 2021 19:00 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Resusitasi jantung-paru, atau dikenal juga dengan Cardiopulmonary Resuscitation (CPR) adalah teknik pertolongan pertama untuk mempertahankan sirkulasi darah pada seseorang yang jantungnya berhenti berdenyut.
ADVERTISEMENT
CPR amat penting untuk menyelamatkan nyawa karena jika setelah empat sampai enam menit otak tidak menerima aliran darah, maka sel otak akan mulai mati. Kemudian setelah sepuluh menit akan terjadi kerusakan otak yang menyebabkan kematian.
Sebagian teknik CPR dikembangkan pada 1732 oleh ahli bedah Skotlandia, William Tossach. Saat itu ia mencoba menghidupkan kembali seorang penambang batu bara yang tidak sadar, dengan cara resusitasi mouth-to-mouth (pertolongan dari mulut ke mulut).
Beberapa abad setelah penemuan Tossach, dokter Edward Schafer mengembangkan metode baru dalam teknik pertolongan pertama, yaitu dengan menekan dada untuk merangsang aliran pernapasan.
Metode Schafer lalu dipakai oleh Palang Merah Amerika pada 1910, dan disebarluaskan selama bertahun-tahun.
Pada 1926, dibentuk sebuah tim oleh Sekolah Kedokteran Johns Hopkins, yang terdiri dari ahli neurologi, O. R. Langworthy; ahli fisiologi, R.D. Hooker; dan insinyur listrik, William B. Kouwenhoven.
ADVERTISEMENT
Tim itu dibentuk untuk menanggapi permintaan sebuah perusahaan listrik yang sering mengalami kecelakaan kerja, di mana banyak karyawannya meninggal karena gangguan fungsi jantung akibat tersengat listrik saat bekerja.
Nyawa para karyawan itu sebenarnya dapat diselamatkan jika mereka mendapatkan pertolongan dengan cepat dan tepat sesaat setelah jantungnya berhenti berdenyut.
Hingga tahun 1930, tim John Hopkins memperoleh presentase keberhasilan yang kecil karena mereka belum menemukan metode baru yang mampu menyelamatkan nyawa para korban tersebut.
Mereka kemudian mendengar laporan tentang keberhasilan memperbaiki detak jantung tidak teratur seekor anjing melalui rangsangan listrik dalam sebuah pembedahan. Tetapi sayangnya metode itu hanya dapat dilakukan menggunakan peralatan medis, sehingga tidak dapat dilakukan untuk proses CPR.
Ketika sedang melakukan penelitian, Kouwenhoven memperhatikan bahwa ketika listrik dialirkan ke jantung, dada pasien melompat seakan-akan telah dipukul. Ia lalu menyimpulkan bahwa jantung dapat dihidupkan kembali dengan cara diberi tekanan pada dada secara teratur dan ritmis.
Kouwenhoven kemudian mencoba temuannya itu pada seekor kucing, dan secara mengejutkan berhasil menghidupkannya. Ia mulai mencoba metode tersebut pada binatang lain, lalu pada pasien di rumah sakit, dan memperoleh keberhasilan besar.
ADVERTISEMENT
Pada 1958, seorang anak berumur dua tahun tiba-tiba jantungnya berhenti berdenyut. Henry Bahnson yang mengetahui metode Kouwenhoven segera menggunakannya pada anak tersebut dan berhasil menyelamatkan nyawanya.
Sejak saat itu, CPR menjadi pelatihan yang harus dijalankan oleh semua dokter, pemadam kebakaran, pengemudi ambulans, dan para pekerja yang berhubungan dengan pertolongan pertama. Pada 1963, Palang Merah Amerika mengesahkan CPR sebagai metode penting dalam medis.
***
Referensi: