Konten dari Pengguna

Sekilas Tentang Etnis Tionghoa di Medan

Potongan Nostalgia
#PotonganNostalgia || Mari bernostalgia! Menjelajah apa yang sudah mulai terlupakan, atau bahkan belum sempat diingat
27 Februari 2017 13:23 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:18 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Medan yang merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia memiliki penduduk yang majemuk, disana selain penduduk asli Medan juga banyak terdapat para pendatang, salah satunya Warga Negara Indonesia keturunan Tionghoa.
ADVERTISEMENT
Pada 1930, Warga Negara keturunan Tionghoa merupakan etnik yang dominan di Medan. Dilihat dari jumlahnya saja, 35,63% warga Medan berasal dari etnik keturunan Tionghoa, sedikit lebih banyak dari penduduk Medan asal Jawa yang berjumlah 24,90%, akan tetapi pada 1994 warga Keturunan Tionghoa dari sekitar 2 juta penduduk kota hanya terdapat sekitar 12%, dan Batak Toba 14%, namun penguasaan mereka atas sebagian besar pergerakan roda ekonomi dan sikap mereka yang cenderung eksklusif membuat suku-suku ‘pribumi’ selalu memandang mereka dengan gemas (Tempo, 30 April 1994, Hal.30)
Warga Negara Indonesia keturunan Tionghoa merupakan salah satu yang berpengaruh dalam perekonomian Medan, mereka banyak yang mendirikan pabrik-pabrik di kawasan industri Medan, serta menguasai perdagangan. Pada 1930 tercatat 68,7% Cina Medan bekerja di sektor produksi dan industri, hanya 18,2% yang bergerak di sektor perdagangan, seiring berjalannya waktu, meningkat tajam menjadi 74,4% pada 1981. Pabrik-pabrik yang didirikan oleh Tionghoa Medan ini sebagain besar memperkerjakan orang-orang asli sana (pribumi) Para tokoh informal warga Keturunan Cina baik yang bergabung dalam berbagai yayasan eksekutif (Yayasan Marga dan lainnya) maupun yang duduk dalam forum komunikasi bentukan pemerintah daerah setempat memiliki hubungan yang sangat dekat dengan pimpinan formal pemerintah, kedekatan yang mencolok itu misalnya, ada pengamanan tertentu dari aparat.
ADVERTISEMENT
Kekuasaan terhadap mereka yang kebanyakan pengusaha, menimbulkan kesan yang cenderung negatif di mata pribumi. Dengan demikian forum komunikasi yang di harapkan menciptakan pemikiran-pemikiran untuk disumbangkan sebagai dasar kebijakan pembaruan, dalam realisasinya tidak berjalan. Pandangan negatif pribumi itu juga diperparah oleh sistem ketenagakerjaan yang di berlakukan para pelaku industri khususnya pengusaha Keturanan Cina yang di anggap tidak sesuai.
foto : sejuk.org