news-card-video
20 Ramadhan 1446 HKamis, 20 Maret 2025
Jakarta
chevron-down
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna

Sekilas tentang Awal Mula Kartu Pos

Potongan Nostalgia
#PotonganNostalgia || Mari bernostalgia! Menjelajah apa yang sudah mulai terlupakan, atau bahkan belum sempat diingat
25 Agustus 2017 12:03 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:15 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sekilas tentang Awal Mula Kartu Pos
zoom-in-whitePerbesar
Judul kartu pos umumnya memakai bahasa Belanda, Inggris, atau Melayu
ADVERTISEMENT
Di masa sekarang ini mungkin kartu pos merupakan sesuatu yang asing, namun perlu diingat pula bahwa sebelum dunia semudah sekarang ini dengan segala teknologinya, dunia surat menyurat merupakan catatan yang tidak bisa dipisahkan dalam perjalanan komunikasi manusia. Kartu pos merupakan salah satunya, dengan berbagai ciri khas tiap negara, kartu pos bisa dikatakan menjadi salah satu alat komunikasi yang juga digemari, karena terdapat simbol dan variasi yang khas di dalamnya.
Salah satu penulis sejarah yang juga membuat buku kumpulan kartu pos Hindia-Belanda adalah Oliver Johannes Raap, dalam bukunya berjudul Pekerdja di Jawa Tempo Doeloe, yang menggambarkan bagaimana kondisi Hindia-Belanda, melalui gambar-gambar kartu pos.
Generasi kartu pos pertama di Indonesia mulai diterbitkan pada 1874 dan dikeluarkan oleh pos negara. Ukurannya sekitar 9x12 sentimeter. Pada awalnya kartu pos yang beredar masih belum bergambar. Terdapat sisi kosong untuk menulis surat, sementara di baliknya adalah sisi alamat dengan prangko yang sudah tercetak, sehingga secara otomatis si pengirim tak perlu lagi membeli perangko karena harga jual kartu pos sekaligus sudah termasuk biaya pengirimannya.
ADVERTISEMENT
Pada 1890-an kartu pos bergambar diterbitkan oleh penerbitan pribadi yang tidak ada hubungannya dengan pos negara. Sebelum 1906, pada sisi alamat kartu pos hanya diperuntukkan menulis alamat saja dan tidak boleh ditulisi dengan tulisan lain sesuai peraturan Union Postale Universelle (UPU), oleh karena itu kartu pos dari masa sebelum 1906 hanya menyisakan tempat kosong yang sempit di samping gambar sebagai tempat untuk menulis pesan.
Setelah 1906, kartu pos mempunyai sisi belakang yang dibagi menjadi dua bagian. Bagian kanan diperuntukan untuk alamat dan bagian kiri untuk surat, sehingga gambar dapat mencakup seluruh sisi tanpa menyediakan tempat kosong untuk tulisan.
Pada saat itu teknik percetakan kartu pos masih menggunakan litografi. Litografi merupakan sebuah metode untuk percetakan di atas permukaan licin, dan juga sebuah cara untuk memproduksi semikonduktor dan peralatan MEMS.
ADVERTISEMENT
Kebanyakan kartu pos di ambil dari foto, namun degan kondisi foto yang masih hitam putih. Sedang kartu pos berwarna biasanya di produksi dengan menggunakan pewarnaan manual dengan kuas halus, seperti mewarnai.
Sekitar 1920-an, kartu pos foto hitam putih bisa langsung dicetak dari klise foto, namun biaya produksinya masih mahal. Baru pada era 1950-an kartu pos foto menggeser kartu pos cetak.
Judul kartu pos umumnya memakai bahasa Belanda, Inggris, atau Melayu, yang diletakkan pada sisi gambar, terkadang juga pada sisi alamat.
Sumber : Raap, Oliver Johannes. 2013. Pekerdja di Jawa Tempo Doeloe. Yogyakarta : Galangpress