Konten dari Pengguna

Selesainya Pembangunan Bendungan Tinggi Aswan di Mesir pada 50 Tahun Lalu

Potongan Nostalgia
#PotonganNostalgia || Mari bernostalgia! Menjelajah apa yang sudah mulai terlupakan, atau bahkan belum sempat diingat
21 Juli 2020 14:58 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Bendungan Tinggi Aswan Dok: Wikimedia
zoom-in-whitePerbesar
Bendungan Tinggi Aswan Dok: Wikimedia
ADVERTISEMENT
50 tahun yang lalu, Bendungan Tinggi Aswan yang menjadi peredam Sungai Nil di Mesir selesai dibangun. Pembangunan bendungan ini memakan waktu selama 11 tahun. Keberadaan bendungan tersebut membuat siklus banjir dan kekeringan di wilayah Sungai Nil dapat teratasi. Selain itu, bendungan ini juga dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi terbarukan yang luar biasa, namun memiliki dampak lingkungan yang cukup kontroversial.
ADVERTISEMENT
Sebelum Bendungan Tinggi Aswan selesai dibangun, terdapat sebuah bendungan yang dibangun di Aswan pada tahun 1902 yang terletak di 500 mil selatan Kairo. Bendungan Aswan pertama ini memiliki manfaat irigasi berharga saat kekeringan, akan tetapi belum dapat menahan banjir tahunan yang mendera Sungai Nil. Oleh sebab itu, pemimpin Mesir, Gamal Abdel Nasser pada tahun 1950-an membayangkan pembangunan sebuah bendungan batu di seberang Sungai Nil. Bendungan tersebut diharapkan dapat mengakhiri banjir serta menjadi sumber tenaga listrik yang nantinya dapat dimanfaatkan di setiap sudut Mesir.
Gamel Abdur Nasser. Dok: Wikimedia
Apa yang menjadi keinginan penguasa Mesir tentang sebuah bendungan besar di Aswan akhirnya dapat direalisasikan. Ia memenangkan dukungan keuangan dari Amerika Serikat dan Inggris, namun kedua negara tersebut membatalkan tawarannya pada 1956. Hal tersebut disebabkan kedua negara tersebut mengetahui perjanjian senjata rahasia Mesir dengan USSR. Tanggapan Nasser atas pembatalan dukungan tersebut membuatnya menasionalisasi Terusan Suez milik Inggris dan Perancis dengan niat menggunakan tol untuk membayar proyek Dam Tinggi Aswan tersebut. Hal tersebut memicu terjadinya Krisis Terusan Suez, Israel, Inggris, dan Prancis menyerang Mesir melalui operasi militer bersama. Akhirnya Terusan Suez berhasil diduduki, namun Soviet dan AS memaksa Israel, Inggris, dan Prancis untuk mundur. Hingga akhirnya Terusan Suez ditinggalkan dan menjadi berada di tangan Mesir pada tahun 1957.
Nasser Mengamati Konstruksi Bendungan Tinggi Aswan. Dok: Wikimedia
Melalui pinjaman dari Soviet serta hasil toll Terusan Suez memungkinkan Nasser untuk dapat memulai proyek pembangunan Bendungan Tinggi Aswan pada tahun 1960. Pembangunan tersebut membutuhkan sekitar 57 juta meter kubik tanah dan batu yang memiliki massa 16 kali lipat dari massa Piramida Besar di Giza. Hingga akhirnya proyek yang cukup ambisius tersebut rampung pada 21 Juli 1970. Namun, Bendungan Tinggi Aswan tersebut belum sempat diresmikan oleh Presiden Nasser, sebab ia meninggal pada September 1970 karena serangan jantung. Pada tahun 1971, bendungan tersebut akhirnya secara resmi didedikasikan.
Bendungan Tinggi Aswan. Dok: Wikimedia
Keberadaan Bendungan Tinggi Aswan menjadikan adanya waduk yang dinamai dengan Waduk Nasser sebagai bentuk penghormatan kepada Nasser. Waduk ini memiliki panjang 300 mil dan lebar 10 mil. Adanya waduk raksasa tersebut membutuhkan pemindahan terhadap 90.000 pemukiman petani Mesir dan nomad Sudan Nubian. Selain itu, juga perlu adanya relokasi mahal terhadap kompleks kuil Mesir kuno Abu Simbel yang telah dibangun sejak abad ke – 13 SM.
Peta lokasi Bendungan Aswan dan Waduk Nasser. Dok: Wikimedia
Manfaat yang dapat dirasakan dengan adanya Bendungan Tinggi Aswan sebagai peredam Sungai Nil ini amat terasa terutama untuk mengakhiri banjir yang sangat merugikan. Keberadaan bendungan tersebut juga membuat adanya reklamasi lebih dari 100.000 hektar tanah gurun untuk ditanami. Hal tersebut membuat kemungkinan adanya tambahan panen sekitar 800.000 hektar. Selain itu, 12 bendungan raksasa yang dibangun oleh Soviet mampu menghasilkan 10 miliar kilowatt-jam per tahun. Dengan demikian, keberadaan sumber energi listrik tersebut dapat memberi dorongan luar biasa terhadap perekonomian Mesir serta dapat memperkenalkan kehidupan abad ke-20 ke banyak desa. Beberapa triliun kaki kubik air yang berada di Waduk Nasser dibagi oleh Mesir dan Sudan untuk menanggulangi kekeringan selama bertahun-tahun, yaitu pada tahun 1984 hingga 1988.
ADVERTISEMENT
Pemandangan Waduk Nasser, dari situs kuil Abu Simbel. Dok: Wikimedia
Di balik manfaat dan keberhasilan dari Bendungan Tinggi Aswan, terdapat efek samping negatif yang juga cukup terasa. Salah satu yang paling terasa adalah penurunan kadar kesuburan tanah pertanian di wilayah delta Sungai Nil, sebab dimanfaatkan untuk tempat jutaan ton lumpur yang diendapkan setiap tahun karena banjir Sungai Nil. Efek samping yang secara langsung dirasakan oleh manusia adalah munculnya penyebaran penyakit schistosomiasis oleh siput yang hidup dalam sistem irigasi dari bendungan. Dampak negatif lainnya adalah berkurangnya nutrisi air yang mengalir ke Mediterania diduga menjadi penyebab penurunan populasi ikan teri di Mediterania timur, sehingga tidak adanya banjir telah secara signifikan mengurangi jumlah ikan di Sungai Nil dan ikan-ikan tersebut banyak yang bermigrasi. Namun, Waduk Nasser telah diisi dengan ikan serta spesies lain termasuk hewan-hewan yang bertengger banyak berkembang di sana.
ADVERTISEMENT
Sumber:
Laman History.com