Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten dari Pengguna
Siapa Dokter Pribumi Pertama di Indonesia Zaman Kolonial Belanda?
9 Juli 2020 9:53 WIB
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Saat masa kolonial Belanda, sistem pendidikan untuk orang asli Hindia Belanda baru mulai diatur pada tahun 1850. Salah satu alasannya, untuk dijadikan ambtenar atau pegawai dan membantu kepentingan kolonial--ada juga sekolah pendidikan guru atau kweekschool mulai tahun 1834.
ADVERTISEMENT
Di satu sisi, mereka mulai khawatir dengan kurangnya tenaga kesehatan untuk mengobati bermacam penyakit di wilayah jajahannya. Sehingga didirikan sekolah khusus pendidikan kesehatan untuk pribumi di Hindia Belanda.
Sekolah itu bernama School Tot Opleiding Van Indische Artsen (STOVIA) atau Sekolah Pendidikan Dokter Hindia yang didirikan di Kwitang, Batavia, pada 1902--sekarang menjadi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan R.S. Cipto Mangunkusumo.
Menurut de Vries dalam Jaarboek van Batavia en Omstreken, seorang pemuda Indonesia bernama Mas Asmaun menjadi lulusan dokter dari STOVIA. Setelah mengemban pendidikan selama 3 tahun, ia bergelar Dokter Jawa--gelar yang diberikan untuk orang-orang pribumi setelah lulus dari STOVIA.
Usai lulus dari STOVIA, Asmaun yang lahir di Malang pada 1880, melanjutkan pendidikannya ke Universitas Hamburg di Belanda untuk mendapatkan gelar Dokter Penuh. Sebab, pendidikan di STOVIA sekadar ilmu-ilmu dasar kedokteran--meski pada waktu itu sudah cukup menangani masalah kesehatan masyarakat.
Pada 1908, Asmaun kembali ke Tanah Air dan tercatat sebagai dokter pribumi pertama di Batavia dan Indonesia. Ia berdinas di Kantor Koninklijk Nederlands Indisch Leger (KNIL) atau Tentara Kerajaan Hindia Belanda.
ADVERTISEMENT
Karena dokter saat itu sangat langka, Asmaun juga membuka praktek dokter umum, selain menjadi dokter tentara kompeni.
***
Referensi: