Konten dari Pengguna

Silsilah Melayu dan Bugis serta Hubungannya dengan Raja Ali Haji

Potongan Nostalgia
#PotonganNostalgia || Mari bernostalgia! Menjelajah apa yang sudah mulai terlupakan, atau bahkan belum sempat diingat
22 November 2020 15:46 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
 Ilustrasi naskah Melayu. Sumber: roots.gov.sg
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi naskah Melayu. Sumber: roots.gov.sg
ADVERTISEMENT
Naskah Silsilah Melayu dan Bugis dan Segala Raja-rajanya merupakan suatu naskah hikayat yang mengisahkan kegiatan orang-orang Bugis di Nusantara. Hikayat atau silsilah ini mengisahkan kegiatan orang-orang Bugis di Kalimantan, Kepulauan Riau dan Semenanjung Melayu sampai tahun 1737 Masehi.
ADVERTISEMENT
Para ilmuwan umumnya berpendapat bahwa Raja Ali Haji adalah penulis naskah silsilah ini. Beliau adalah cucu kepada seorang raja Bugis yang tewas dekat Teluk Ketapang pada tahun 1784 yaitu Raja Haji. Ayahnya Raja Ahmad merupakan seorang tokoh politik penting yang sering dikirim ke Jakarta untuk bernegosiasi dengan orang Belanda.
Silsilah Melayu dan Bugis ini mempunyai beberapa ciri khas. Pertama, naskah ini dikarang di dalam tradisi pensejarahan yang dibawa masuk orang Bugis ke Kepulauan Riau. Oleh karena itu, tiap peristiwa ditulis dengan tarikh yang tepat.
Ilustrasi naskah Melayu. Sumber: roots.gov.sg
Kedua, unsur-unsur dongeng dan cerita mitos sudah sangat berkurang. Uniknya, cerita-cerita yang diragukan kebenarannya selalu digunakan perkataan "konon" atau "wallahu a'lam" dan sebagainya.
Ketiga, penulis naskah menggunakan sumber-sumber tertulis yang telah ada sebelumnya. Pada hikayat silsilah ini sekurang-kurangnya ada empat sumber yang dipakai. yaitu Sejarah Negeri Johor, Sejarah Raja-raja Riau, Sejarah Siak, dan Hikayat Upu Daeng Menambun. Terhadap sumber-sumber yang kurang dipercaya, ditandai dengan kata-kata seperti "kata kaul" atau "menurut riwayat".
ADVERTISEMENT
Keempat, tiap peristiwa yang diceritakan biasanya disimpulkan di dalam sebuah syair. Kelima, meski mengandung unsur sara, hikayat ini ditulis dari pandangan orang Bugis yang anti-Minangkabau.
Ilustrasi naskah Melayu. Sumber: roots.gov.sg
Naskah ini pernah diterbitkan beberapa kali. Mula-mula dicetak di Singapura pada tahun 1911 oleh percetakan Al-Imam. Pada tahun 1956, dicetak kembali di Johor dengan judul Silsilah Melayu dan Bugis dan Sekalian Raja-rajanya. Penerbitan ini dilakukan dengan titah Duli Yang Maha Mulia Sultan Johor, Sultan Ibrahim.
Pada tahun 1973, naskah silsilah ini diterbitkan lagi atas usaha Arena Wati. Dalam penerbitannya kali ini, semua rangkap syair ditiadakan dan teks dasarnya disusun kembali menjadi 38 bab.
Sumber: Liaw Yock Fang (ed. Riris K. Toha-Sarumpaet). 2016. Sejarah Kesusastraan Melayu Klasik. Jakarta: Yayasan Penerbit Obor Indonesia
ADVERTISEMENT