Konten dari Pengguna

Sima Qian, Sejarawan Terkenal Tiongkok pada Masa Awal Dinasti Han

Potongan Nostalgia
#PotonganNostalgia || Mari bernostalgia! Menjelajah apa yang sudah mulai terlupakan, atau bahkan belum sempat diingat
27 Maret 2021 21:03 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber: Wikimedia Commons
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: Wikimedia Commons
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sima Qian adalah seorang juru tulis istana, astrolog, dan sejarawan dari Dinasti Han (202 SM-220 M). Ia terkenal dengan karya sejarahnya di mana ia dikenang sebagai Bapak Sejarah Cina.
ADVERTISEMENT
Dia hidup pada masa pemerintahan kaisar Wu Ti (Wu Agung) yang memerintah pada 141 M. Sima Qian adalah putra Sima Tan yang juga pernah menjadi astrolog istana dan sejarawan.
Sumber: Wikimedia Commons
Istilah 'sejarawan' pada masa Tiongkok kuno tidak memiliki arti yang sama seperti saat ini. Seorang sejarawan istana di Tiongkok pada masa itu diharapkan mengabadikan masa pemerintahan dan dinasti kaisar dan sering kali memasukkan unsur mitos dan dongeng.
Sima Tan menggunakan gaya baru dalam penulisan sejarah yang mana ia merekam dan melestarikan masa lalu kisah bangsa Tiongkok secara faktual. Caranya ini kemudian ditiru oleh putranya.
Sumber: Wikimedia Commons
Ayahnya, Sima Tan mulai mengerjakan tugas besar sebagai juru tulis tetapi ia hanya menyelesaikan sebagian kecil sebelum dia meninggal. Lalu, Sima Qian melanjutkan pekerjaan ayahnya dan menyelesaikan pekerjaan monumental yaitu menulis Catatan Sejarah Besar Cina pada tahun 94 SM. Catatan Siam Qian tersebut kemudian mengubah cara menulis sejarah di Tiongkok kuno serta cara memahaminya.
ADVERTISEMENT
Awalnya ada dalam dua salinan manuskrip, satu di arsip kekaisaran dan yang lainnya di rumah Sima Qian. Salinan yang disimpan di rumah diterbitkan oleh cucu Sima Qian, bernama Yang Yun pada masa pemerintahan Kaisar Xuan (74-48 SM). Dikarenakan, sang kaisar pada masa itu mendorong melek huruf terhadap rakyatnya. Setiap karya sejarah Tiongkok selanjutnya mengikuti paradigma yang sama ini seperti karya Sima Qian sebagai model penulisan sejarah.
Sumber: ancient.eu