Konten dari Pengguna

Sistem Pengolahan Tanah Genting Lembah Tigris dan Eufrat

Potongan Nostalgia
#PotonganNostalgia || Mari bernostalgia! Menjelajah apa yang sudah mulai terlupakan, atau bahkan belum sempat diingat
13 Februari 2018 17:58 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:11 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sistem pengolahan tanah di wilayah-wilayah dunia kuno yang sangat berlimpah dilakukan dengan cara yang sederhana. Para petani masih mengandalkan air hujan saja untuk sistem pengairannya, bahkan sistem penanaman hanya dilakukan dua kali dalam satu tahun untuk satu bidang tanah yang sama, kemudian mereka akan mencari bidang tanah lain untuk kegiatan pertanian mereka. Kemudian kegiatan agrikultur mereka berubah menjadi sistem tebang dan bakar, dalam pengolahan tanah pertaniannya. Para petani dunia kuno mulai menetap dalam melakukan kegiatan bertaninya. Hal itu didukung oleh sistem baru yang memungkinkan tanah tetap bertahan dalam tingkat kesuburan terbaik untuk melakukan penanaman.
ADVERTISEMENT
Para pengolah tanah untuk berbagai sektor pertanian di sumber-sumber air Asia Barat Daya mungkin telah menemukan metode untuk meningkatkan sistem irigasi di wilayah mereka. Salah satu penemuan penting sistem agrikultur di Asia Barat Daya adalah pengolahan tanah genting sungai-sungai di lembah Tigris dan Eufrat yang dianggap sebagai sungai penting dalam peradaban dunia kuno di wilayah itu. Peningkatan pengetahuan sistem pertanian di Tigris dan Eufrat menjadi tonggak revolusi sosial dan teknologi pada peradaban manusia.
Tanah genting Tigris dan Eufrat awalnya adalah sebuah hutan belantara yang tidak dapat dihuni oleh manusia. Pengolahan tanah genting Tigris dan Eufrat dilakukan oleh orang-orang Sumeria. Bangsa Sumeria menjadi kelompok manusia pertama pasca-Neolitikum yang dapat mengembangkan pengetahuan tinggi untuk memanfaatkan sumber daya alam di wilayahnya. Dengan mengolah tanah genting Tigris dan Eufrat, orang-orang Sumeria menjadi bangsa pertama yang dapat menghasilkan surplus, atau kelebihan persediaan pangan untuk satu tahun.
ADVERTISEMENT
Pembagian surplus hasil pertanian tersebut dilkukan oleh masyarakat yang melakukan pengolahan tanah, tidak dilakukan oleh semua orang. Masyarakat yang mendapatkan hasil surplus dibagi ke dalam kelas yang berbeda. Minoritas pengolah tanah akan mendapatkan surplus lebih banyak dibanding mayoritas masyarakat yang menikmati hasil pertanian. Sebenarnya sistem pembagian oleh masyarakat Sumeria ketika itu belum baik, karena ketidakmerataan pembagian hasil untuk seluruh masyarakat. Namun, sistem tersebut dianggap efektif untuk mempertahankan ketersediaan pangan di wilayah lembah Tigris dan Eufrat.
Sumber : Toynbee, Arnold. 2014. Sejarah Umat Manusia. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Foto : saradistribution.com