Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.1
Konten dari Pengguna
Siti Hartinah, Sang First Lady (Indonesia) dan Madame Ten Percent (Part II)
5 Februari 2017 18:30 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:18 WIB
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Teruntuk itu tidaklah mustahil bagi Bu Tien untuk mengindoktrinasi suaminya dalam segala hal termasuk kebijakan. Bermula dari dialog bantal hingga komitmen keduanya untuk tidak melalukan poligami oleh Soeharto, suaminya maka keluarlah kebijakan UU Perkawinan pada 1974 tentang pentingnya monogami. Pengesahan UU Perkawinan oleh DPR pada 1974 merupakan langkah awal Bu Tien untuk menyikapi perkembangan poligami.
ADVERTISEMENT
Sebagai istri perwira bukanlah perkara sulit untuk bergabung dan memimpin organisasi nasional seperti Gerakan Kepanduan Puteri JPO, Pandu Rakyat Indonesia, Wakil Ketua Andalan Nasional Gerakan Pramuka. Beliau pun satu-satunya perempuan yang bergabung dengan Fujinkai (buatan Jepang) serta PPI (Pemuda Puteri Indonesia). Bila menelik kembali, keaktifan Bu Tien ternyata sudah dimulai dari remaja. Ia bergabung dengan Laskar Putri Indonesia untuk memperjuangkan kemerdekaan. Di era 1945, Bu Tien mampu berpartisipasi dengan LPI (Lembaga Puteri Indonesia), IKKH, Dhama Pertiwi (Persatuan Istri ABRI), Dharma Wanita (Persatuan Istri PNS) sekaligus menjabat sebagai penasihat Istri Tentara Kartika Candra Kirana. Menilik mendalam atas apa yang Bu Tien lakukan ternyata tidak terlepas dari upaya penumpasan kemiskinan dan pengembangan budaya Nasional Republik Indonesia, salah satunya dengan pembangunan TMII (Taman Mini Indonesia Indah). Pembangunan TMII terlihat sangat krusial masa itu. Pengikutsertaan Bu Tien dalam kegiatan kenegaraan Pak Harto ke berbagai negara yang membicarakan proyek kesatuan dan persatuan seperti penegakan Pancasila (P - 4), dan Bhinneka Tunggal Ika dalam pidato Pak Harto, ternyata telah memunculkan hasrat kuat Bu Tien untuk membangun TMII. Ditambah pula, kunjungan Bu Tien di Disneyland - Amerika Serikat dan Timeland – Filipina memunculkan ide dan tekad kuat untuk menerapkannya di negeri tercinta, Indonesia. Dengan anggapan bahwa “pembangunan TMII sebagai penggambaran kerukunan hidup bangsa Indonesia, yang dapat hidup berdampingan secara damai, jasmani dan rohani, bersama menjaga kelestarian seni budaya bersama. Taman ini akan dapat memperlihatkan tanah air kita kepada masyarakat yang praktis dan ekonomis” tutur Bu Tien.
ADVERTISEMENT
Sumber foto : https://www.pahlawanindonesia.com