Konten dari Pengguna

Stasiun Jakarta Kota: Peninggalan Kolonial yang Masih Beroperasi

Potongan Nostalgia
#PotonganNostalgia || Mari bernostalgia! Menjelajah apa yang sudah mulai terlupakan, atau bahkan belum sempat diingat
9 Oktober 2017 11:05 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:14 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Hari ini Stasiun Jakarta Kota genap berusia 88 tahun, sejak diresmikannya pada 1928.
ADVERTISEMENT
Bagi orang-orang Jakarta yang biasa bepergian dengan kereta tentunya tidak asing dengan stasiun Jakarta Kota yang hingga saat ini masih terus aktif beroperasi meski pada 1993 stasiun Jakarta Kota sudah ditetapkan sebagai cagar budaya melalui SK Gubernur DKI Jakarta Kota.
Bagaimana tidak dianggap sebagai cagar budaya, Stasiun Jakarta memang mempunyai catatan sejarah yang panjang karena telah berdiri sejak masa kolonial Hindia-Belanda. Pada masa kolonial kereta merupakan salah satu alat transportasi utama yang digunakan oleh masyarakat. Stasiun Jakarta Kota sendiri merupakan karya besar dari arsitek Belanda yang lahir di Tulungagung pada 8 September 1882 yaitu Frans Johan Louwrens Ghijsels yang dikenal dengan ungkapan Het Indische Bouwen yakni perpaduan antara struktur dan teknik modern barat dipadu dengan bentuk-bentuk tradisional setempat. Dengan balutan art deco yang kental, rancangan Ghijsels ini terkesan sederhana. Siluet stasiun Jakarta Kota dapat dirasakan melalui komposisi unit-unit massa dengan ketinggian dan bentuk atap berbeda.
ADVERTISEMENT
Pada saat Jakarta masih bernama Batavia, stasiun Jakarta Kota dikenal dengan nama stasiun Beos. Asal nama Beos sendiri sering dikaitkan kedalam dua versi, yang pertama, Beos kependekan dari Bataviasche Ooster Spoorweg Maatschapij (Maskapai Angkutan Kereta Api Batavia Timur), sebuah perusahaan swasta yang menghubungkan Batavia dengan Kedunggedeh. Versi lain, Beos berasal dari kata Batavia En Omstreken, yang artinya Batavia dan Sekitarnya, dimana berasal dari fungsi stasiun sebagai pusat transportasi kereta api yang menghubungkan Kota Batavia dengan kota lain seperti Bekassie (Bekasi), Buitenzorg (Bogor), Parijs van Java (Bandung), Karavam (Karawang), dan lain-lain. Pada abad ke-19, Stasiun Jakarta Kota juga sering disebut Batavia Zuid yang berarti Stasiun Batavia Selatan. Nama ini muncul karena pada akhir abad ke- 19, Batavia sudah memiliki lebih dari dua stasiun kereta api. Satunya adalah Batavia Noord (Batavia Utara) yang terletak di sebelah selatan Museum Sejarah Jakarta sekarang.
ADVERTISEMENT
Pada tahun 1913 jalur Batavia-Buitenzorg ini dijual kepada pemerintah Hindia Belanda dan dikelola oleh Staatsspoorwegen. Pada waktu itu kawasan Jatinegara dan Tanjung Priok belum termasuk gemeente Batavia. Batavia Zuid, awalnya dibangun sekitar tahun 1870, kemudian ditutup pada tahun 1926 untuk renovasi menjadi bangunan yang kini ada.
Selama stasiun ini dibangun, kereta api-kereta api menggunakan stasiun Batavia Noord. Sekitar 200 m dari stasiun yang ditutup ini dibangunlah Stasiun Jakarta Kota yang sekarang. Stasiun Jakarta Kota diresmikan pada 8 Oktober 1929. Acara peresmiannya dilakukan secara besar-besaran dengan penanaman kepala kerbau oleh Gubernur Jendral jhr. A.C.D. de Graeff yang berkuasa pada Hindia Belanda pada 1926-1931.
foto : kaskus.co.id