Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Stella, Sahabat Kartini dari Belanda
15 Januari 2018 21:39 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:12 WIB
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Namanya Estelle Zeehandelaar, atau oleh Kartini disapa Setella. Mungkin tidak semua orang mengetahui sosok sahabat dari Kartini ini, bahkan namanya pun asing terdengar di telinga masyarakat Indonesia. Namun, perannya sangat besar dalam membentuk pandangan Kartini mengenai kedudukan dan peranan perempuan di Eropa.
ADVERTISEMENT
Stella lahir di Amsterdam dari keluarga Yahudi. Usianya lebih tua lima tahun dari Kartini. Stella adalah seorang pejuang bagi kaum feminis di Eropa yang sering terjun langsung memperjuangkan hak perempuan. Ayahnya adalah seorang dokter yang wafat ketika ia masih kecil. Stella kemudian diasuh oleh pamannya hingga dirinya selesai menyelesaikan sekolah di HBS. Setelah lulus, Stella bekerja di Kantor Pos, Telepon, dan Telegram di Amsterdam.
Tahun 1899, ketika kartini berusia 20 tahun, merupakan awal perkenalan antara Kartini dengan Stella. Kartini muda memiiliki pandangan yang kritis terhadap keadaan yang terjadi di Indonesia. Kartini mengetahui banyak hal tentang berbagai peristiwa yang terjadi di Eropa, termasuk tentang pergerakan perempuan. Sebuah hal yang tidak akan pernah bisa terjadi di Indonesia ketika itu, yang sangat membatasi kebebasan perempuan. Kartini mulai tertarik untuk mengetahui lebih dalam mengenai pergerakan perempuan di Eropa, terutama mengenai sikap dan gagasan-gagasan perempuan di sana.
ADVERTISEMENT
Kartini kemudian mempunyai ide untuk memasang sebuah iklan di majalah di Belanda, De Hollandsche Lelie. Dalam iklannya tersebut ia menyebutkan bahwa dirinya adalah puteri seorang Bupati Jepara di Hindia Belanda. Kartini mencari sosok teman perempuan untuk dapat saling surat menyurat. Teman yang dicarinya harus berasal dari Belanda dan sebaya dengan Kartini. Selain itu temannya ini harus mempunyai perhatian terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di Eropa. Iklannya tersebut kemudian mendapatkan respon dari seorang perempuan Belanda bernama Estella Zeehandelaar. Itulah perkenalan antara Kartini dengan Stella.
Stella sendiri sebenarnya tidak mempunyai pandangan tinggi terhadap kaum laki-laki. Sebagai seorang sosialis dan idealis, Stella membela kepentingan rakyat tanpa memandang kepentingan diri sendiri. Walaupun begitu, sebagai seorang pejuang feminis Stella tetap mempertahankan hak-hak perempuan. Sosok seperti Stella yang dicari oleh Kartini untuk bertukar pandangan.
ADVERTISEMENT
Surat menyurat antara Kartini dengan Stella berisi pandangan mengenai pembangunan masyarakat yang baik di negeri masing-masing. Surat pertama Kartini untuk Stella berisikan mengani kehidupan masyarakat adat yang masih sangat kuat, yang menghalangi terjadinya kemajuan. Selain itu Kartini bercerita mengenai pingitan yang telah dialaminya, emansipasi wanita, kehidupan rakyat, keluarga, tentang sastra, mengenai pribadinya sendiri, hingga pandangan Kartini mengenai pemerintah Hindia Belanda yang berkuasa di negerinya.
Dari semua yang telah diceritakan oleh Kartini, Stella sangat mendukung kemerdekaan sahabatnya itu. Semua hal yang diutarakan oleh Kartini adalah sebuah hal yang baru bagi Stella. Ia pun sangat mengagumi kelancaran Kartini dalam menggunakan bahasa Belanda dan pemilihan kata-kata yang digunakan sangat mudah untuk dipahami. Lebih dari itu, Stella sangat kagum terhadap kepintaran Kartini dan pandangannya yang sangat kritis, melebihi pandangan gadis-gadis sebayanya di lingkungannya.
ADVERTISEMENT
Hubungan antara Kartini dengan sahabatnya tersebut semakin erat. Surat menyurat terus mereka lakukan hingga akhir hayat Kartini.
Sumber : Soeroto, Sitisoendari. 1979. Kartini Sebuah Biografi. Jakarta : PT Gunung Agung
Foto : balibio.com