Konten dari Pengguna

Sulfanilamide, Obat Ajaib Pembunuh Bakteri Awal Abad ke-20

Potongan Nostalgia
#PotonganNostalgia || Mari bernostalgia! Menjelajah apa yang sudah mulai terlupakan, atau bahkan belum sempat diingat
6 Maret 2019 10:51 WIB
clock
Diperbarui 21 Maret 2019 0:02 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi obat cair Foto: ulleo/Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi obat cair Foto: ulleo/Pixabay
ADVERTISEMENT
Pada awal abad ke-20, seseorang dapat meninggal dunia hanya karena sakit tenggorokan ringan. Hal tersebut mungkin tidak dapat terbayangkan, tapi pada masanya, infeksi ringan pada tenggorokan yang disebabkan oleh bakteri Streptococci tidak dapat disembuhkan dan mengakibatkan kematian ribuan orang.
ADVERTISEMENT
Dokter sekaligus ahli kimia dari Jerman, Gerhard Domagk (1895-1964), melakukan sejumlah penelitian terhadap penyebaran bakteri Sterptococci pada tahun 1932. Ia menemukan sebuah pewarna yang kemudian dikenal sebagai Prontosil, yang dapat membunuh bakteri Sterptococci.
Saat itu, Domagk melakukan percobaan dengan menyuntikkan pewarna tersebut kepada seekor tikus di laboratoriumnya. Secara mengejutkan, bakteri yang ada di dalam tubuh tikus itu mati, dan menunjukkan hasil yang sangat memuaskan.
Namun karena Prontosil telah dipatenkan sebagai pewarna, Domagk harus menunggu beberapa tahun untuk mengumumkan hasil penelitiannya. Ia pun terus mencari zat kimia lain yang fungsinya sama seperti Prontosil agar dapat dipatenkan menggunakan namanya sendiri.
Namun sebelum berhasil menemukannya, pada 1935, Domagk mengumumkan hasil percobaannya setelah ia menggunakan Prontosil untuk menyelamatkan nyawa seorang anak perempuan yang terinfeksi bakteri Streptococcus.
ADVERTISEMENT
Setelah mendengar penemuan Domagk, para ilmuwan segera melakukan percobaan yang sama terhadap manusia. Mereka berhasil membuktikan bahwa obat tersebut bekerja dengan baik. Hanya ada satu masalah, yaitu efek samping yang ditimbulkan Prontosil membuat kulit pasien berwarna merah.
Setelah dilakukan penelitian lebih lanjut, Daniele Bover dan tim ilmuwannya menemukan bahwa Prontosil dapat dipisahkan menjadi dua bahan kimia. Salah satu bahannya adalah Sulfanilamide yang tidak berwarna, sehingga aman untuk digunakan.
Penemuan obat baru itu benar-benar menyelamatkan dunia kedokteran pada awal abad ke-20. Para dokter pun banyak menggunakannya sebagai obat untuk memerangi perkembangan infeksi lebih lanjut pada beberapa kasus penyakit.
Sulfanilamide, yang lebih dikenal sebagai “obat sulfa”, cara kerjanya bukan membunuh bakteri, tetapi menghentikan penyebaran bakteri yang mengakibatkan infeksi.
Obat Sulfa. Foto: globalhealthnow.org
Untuk penemuannya itu, Gerhard Domagk dianugerahi Hadiah Nobel pada 1939. Namun, Nazi di Jerman memaksa Domagk untuk menolak penghargaan tersebut karena alasan politik.
ADVERTISEMENT
Setelah antibiotik ditemukan, obat sulfa semakin jarang digunakan oleh para dokter, dan hanya terbatas pada pengobatan infeksi Streptococcus, infeksi saluran kemih, dan ulcreative colitis. Namun belakangan, obat sulfa mulai kembali banyak digunakan setelah beberapa bakteri menjadi kebal terhadap antibiotik.
---
Sumber: DeJauregui, Ruth. 2008. 100 Kejadian Penting Medis yang Berpengaruh di Dalam Sejarah Dunia. Tanggerang: Karisma