Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.98.1
Konten dari Pengguna
Sumur Bor Sampai Air Ledeng di Batavia
21 September 2017 19:25 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:15 WIB
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT

Foto : www.kristalalgajepang.com
Kebutuhan akan air merupakan kebutuhan vital dalam kehidupan manusia, takkan ada manusia yang bisa hidup tanpa air. Utamanya air di gunakan untuk minum dan juga membersihkan diri setiap harinya.
ADVERTISEMENT
Pada masa VOC, tidak sedikit penduduk pribumi di Batavia yang meniggal akibat kotornya air sungai yang digunakan untuk minum, namun jangan di bayangkan jika pada saat itu air sungai Batavia sama dengan air sungai Jakarta yang hitam dan bau, dulu air sungai masih bersih dan jernih, tetapi tetap saja tidak higenis jiika di konsumsi secara langsung.
Kesadaran akan pentingnya air bersih untuk di konsumsi, akhirnya mulai di perhatikan pada masa kolonial, dimana pada 1902, pemerintah Hindia-Belanda di Batavia berusaha menanggulangi permasalahan air bersih dengan membuat sumur artesis atau sumur bor (artesische drinkwaterleiding)
Pada awalnya sumur itu baru ada di tiga tempat saja, yaitu di Petojo, Tanah Abang dan Meester Cornelis. Setahun kemudian digenjot lagi menjadi 10 sumur yang tersebar di beberapa wilayah. Penambahan sumur bor ini berkaitan langsung dengan penambahan pajak bagi Gemeente sebab dari sumur bor membantu banyak orang yang tidak perlu lagi susah-susah mengambil dan menyaring air dari sungai.
ADVERTISEMENT
Melihat peluang itu, Gemeente terus menambah sumur tersebut. sehingga pada 1925, Batavia telah mempunyai kurang lebih 40-an sumur bor dengan rata-rata kedalaman 100-300 meter. Awal mula sumur bor ini dibuat pada 1843 yang dibor di benteng Prins Frederik. Tiga puluh tahun setelahnya dibor lagi enam sumur seperti itu, yaitu di Batu Tulis, Glodok, dekat Gedung Kesenian, di Beursplein, Koningsplein dan Salemba.
Selain sumur bor, mulai dicanangkan juga air ledeng sebagai upaya untuk mengatasi kebutuhan air saat itu. Air ledeng di kembangkan oleh Gemeente dari sumber air di Ciomas, Bogor pada 1922, saat itu sudah terdapat kurang lebih 9000 pelanggan PAM.
Seiring berkembangnya air ledeng yang diminati sebagai alternatif, maka air bor sudah mulai ditinggalkan, namun bagi meraka yang bermukim jauh dari sungai, masih menggunakan sumur bor. Selain untuk memenuhi kebutuhan air bersih di beberapa pemukiman, Gemeente juga menyediakan air ledeng dari Ciomas untuk mminum hewan dan para pejalan. Sehingga pada 1930-an banyak pancuran geratis yang terdapat di jalan-jalan.
ADVERTISEMENT
Sumber : Alkatiri, Zeffry. 2010. Pasar Gambir, Komik Cina dan Es Shanghai: Sisik Melik Jakarta 1970-an. Jakarta:Masup Jakarta