Konten dari Pengguna

Taman Prasasti, Museum Sekaligus Taman Pemakaman Modern di Jakarta

Potongan Nostalgia
#PotonganNostalgia || Mari bernostalgia! Menjelajah apa yang sudah mulai terlupakan, atau bahkan belum sempat diingat
15 Desember 2020 17:21 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Taman Prasasti. Sumber: Wikimedia Commons
zoom-in-whitePerbesar
Taman Prasasti. Sumber: Wikimedia Commons
ADVERTISEMENT
Kompleks pemakaman yang menjadi cikal bakal Museum Taman Prasasti ini adalah salah satu taman pemakaman umum modern tertua di Jakarta. Pada 1975, karena alasan sudah penuh maka kawasan makam ini ditutup sebagai pemakaman. Dan pada 9 Juli 1977, kawasan pemakaman dijadikan sebagai Museum Taman Prasasti dan diresmikan oleh Gubernur DKI Jakarta saat itu, Ali Sadikin.
ADVERTISEMENT
Areal kompleks pemakaman yang luasnya sempat berkembang hingga 5,9 hektar pun konsekuensinya disusutkan menjadi 1,2 hektar. Di tanah bekas makam umum itu setidaknya kini berdiri gedung-gedung pemerintah, yaitu Kantor Walikota Jakarta Pusat dan KONI Pusat.
Di balik suasana sunyi dan teduh pepohonan yang tumbuh di dalamnya, museum ini menyimpan begitu banyak kisah kematian para tokoh penting dari berbagai periode sejarah yang berbeda.
Akhir abad ke-18. Saat WV Halventius, yaitu putra Gubernur Jenderal ke-29 Jeremias Van Rimsdijk, tengah berkuasa di Batavia (1775 – 1777), mendonasikan tanah di sekitar areal Tanah Abang kepada Pemerintah Kota Batavia sebagai taman pemakaman baru.
Tanah hibah yang menjadi taman pemakaman baru itu disebut ‘Kerkhof Laan’. Setelah Indonesia merdeka berganti nama ‘Kebun Jahe Kober’, hingga pada waktunya nanti berubah nama menjadi Museum Taman Prasasti.
Sumber: Wikimedia Commons
Tanah hibah seluas 5,5 hektar sengaja dirancang menjadi pemakaman umum bagi warga Eropa dan Belanda khususnya, yang saat itu berdomisili di Batavia. Tentu saja setelah pemakaman lama, yang dulu lazim berada di dalam dan luar Gereja De Nieuw Hollandsche Kerk (Gereja Belanda Baru) atau sering juga disebut Gereja Salib, telah penuh sesak dengan makam-makam.
ADVERTISEMENT
Pada sekitar abad ke-17 sampai akhir abad ke-18 di Indonesia, tampaknya gereja bukan saja menjadi tempat peribadatan, tapi juga lazim menjadi tempat pemakaman. Fenomena ini jelas bukan fenomena partikular dan khas dari praktik Kristen-Eropa di Indonesia, tetapi sebenarnya secara umum juga terjadi di Dunia Kristen saat itu. Konon, fenomena yang lazim terjadi sejak memasuki abad pertengahan ini mulai berakhir setelah pecahnya revolusi Perancis di 1789.
Berasal dari bahasa Belanda, Kerkhof Laan sendiri berasal kata ‘kerk’ yang artinya ‘gereja’, ‘hof’ artinya ‘kuburan’, dan ‘laan’ artinya ‘halaman’. Namun selang kurang-lebih tiga tahun kemudian, pada 1798 Pemerintah Belanda, yang dalam hal ini ialah VOC, mengeluarkan ‘placaat’ yaitu pengumuman resmi pemerintah bahwa orang tidak boleh lagi memakamkan orang yang meninggal di dalam gereja dan sekitarnya, karena dianggap tidak sehat, di samping pemakaman di gereja sudah sangat penuh.
ADVERTISEMENT
Maka sejak itulah istilah Kerkhof Laan, yang sering dieja singkat Kerkhof, atau oleh orang Jawa disebut Kerkop, pun berubah makna. Kata Kerkhof menjadi lebih berarti area perkuburan saja dan tidak selalu berhubungan atau berlokasi dekat dengan gereja. Juga istilah ini tidak lagi selalu bermakna kuburan khusus bagi warga Eropa. Beberapa Kerkhof di Bandung dijumpai kuburan orang Tionghoa, pun Kerkhof di Tanah Abang juga ditemui kuburan orang Indonesia.
Sumber: Wikimedia Commons
Dari berbagai sumber disebutkan, bahwa lokasi Kerkhof Laan itu jauh dari tembok kota Batavia, yang posisinya ketika itu berada di Kota Tua sekarang. Sekalipun hanya terpaut jarak sekitar 7 kilometer, demikian dikisahkan jika ada warga Batavia meninggal, maka usungan jenasah dibawa menggunakan perahu atau sampan menyusuri kanal-kanal kota hingga masuk ke Sungai Krukut, yang letaknya sekarang berada di Jl Abdul Muis.
ADVERTISEMENT
Istana Negara di Jl Merdeka kini, yang berjarak 4 kilometer dari lokasi pemakaman, juga belum dibangun. Barulah berselang satu tahun semenjak dibukanya taman pemakaman umum inilah, bangunan Istana Negara mulai dibangun pada 1796 dan selesai pada 1804.
Tercatat, banyak tokoh penting dimakamkan di Kerkhof Laan. Di antaranya JLA Brandes. Juga dikebumikan di sana tokoh Dokter HF Roll, yaitu pendiri STOVIA (Sekolah Pendidikan Dokter Bumiputera) di zaman Belanda. Di sana juga bersemayam sosok Olivia Marianne Raffles.
Sedangkan orang Indonesia yang turut dikebumikan di sana adalah aktris tahun 1930-an, Miss Riboet atau sohor dengan panggilan Miss Tjitjih, selain juga seorang aktivis pergerakan mahasiswa generasi 1960-an yang terkenal super idealis yang bernama Soe Hok Gie
ADVERTISEMENT
Sumber artikel: indonesia.go.id