Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.2
12 Ramadhan 1446 HRabu, 12 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna
Tari Topeng Cirebon, Kesenian Sekaligus Alat Penyebaran Islam di Masa Lampau
7 Desember 2020 15:35 WIB
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Tari topeng Cirebon merupakan kesenian yang lahir dan berkembang di sekitar wilayah Cirebon, Provinsi Jawa Barat. Seni budaya ini berkembang tidak hanya di Cirebon, melainkan juga di daerah Subang, Indramayu, Jatibarang, Majalengka, Losari, hingga Brebes di Jawa Tengah.
ADVERTISEMENT
Topeng Cirebon biasanya terbuat dari bahan kayu lunak sehingga mudah dibentuk, misalnya, kayu jaran, kayu waru, kayu mangga, ataupun kayu lame. Meski terbuat dari bahan yang lunak, tetap dibutuhkan ketekunan, ketelitian dalam pembuatannya. Setidaknya seorang perajin topeng membutuhkan waktu sehari dalam menciptakan satu topeng.
Penari menggunakan topeng atau kedok sebagai aksesoris tariannya, yang berfungsi untuk menutupi wajah penari. Penggunaan topeng ini juga terkait dengan jenis tarian yang dimainkan, sesuai dengan karakter topeng yang dipergunakan. Tarian ini bisa ditampilkan secara solo maupun berkelompok lima sampai tujuh penari.
Menurut sejarahnya, kesenian ini berasal dari Jawa Timur, yang tersebar ke Cirebon pada masa pemerintahan kerajaan Jenggala (abad 10-11 Masehi). Ketika itu, berkembang tari topeng panji malangan.
Mengutip dari laman Kemendikbud, eksistensi tari topeng Cirebon tak lepas dari periode awal penyebaran agama Islam di kota tersebut. Cirebon pada abad ke-16 menjadi pusat penyebaran agama Islam di Jawa bagian barat. Sultan Cirebon Syekh Syarif Hidayatullah, yang juga seorang anggota Wali Songo bergelar Sunan Gunung Jati, bekerja sama dengan Sunan Kalijaga menggunakan tari topeng dan enam jenis kesenian lain yaitu, wayang kulit, gamelan, renteng, brai, angklung, reog, dan berokan sebagai sarana dakwah Islam.
ADVERTISEMENT
Namun di zaman kolonial Hindia Belanda pada abad ke-17 terjadi pembatasan pergelaran kesenian di Keraton Cirebon. Kondisi ini membuat banyak para seniman tari kraton keluar dari istana dan mengembangkan seni topeng ini di kampung mereka masing-masing. Sejak saat itulah, tari topeng berkembang di kalangan rakyat.
Ciri khas tari topeng Cirebon adalah pada gerakan tangan dan tubuh yang gemulai, sementara iringan musiknya didominasi oleh kendang yang dilakukan para niyaga. Penari sendiri adalah dalang dari cerita tari tersebut. Keunikan lainnya adalah adanya proses pewarisan keahlian tari topeng dari generasi tua kepada yang lebih muda.
Tari topeng Cirebon kemudian memiliki bentuk serta penyajiannya yang spesifik dengan menampilkan beberapa jenis tarian berbeda disesuaikan dengan topeng yang digunakan. Sesuai dengan urutannya tari topeng Cirebon terdiri dari tari topeng panji, tari topeng samba, tari topeng rumyang, tari topeng tumenggung, dan tari topeng kelana atau rahwana. Kelima jenis topeng ini kemudian dikenal dengan nama Panca Wanda (lima rupa).
ADVERTISEMENT
Kelima jenis topeng Cirebon ini memiliki keunikan dan cerita yang mendasarinya sendiri-sendiri. Filosofi lima purwa topeng Cirebon mengandung makna siklus hidup manusia. Pada masa kanak-kanak disimbolkan dengan topeng panji, yang memiliki rupa dan gerakan tari yang lembut layaknya anak-anak. Beranjak remaja topeng samba menjadi perwakilan masa hidup manusia yang lincah dan penuh rasa ingin tahu.
Sedangkan topeng rumyang mewakili siklus hidup manusia dewasa, rupanya yang bersemu merah menandakan kedewasaan, begitu pula gerakannya yang semakin mantap menunjukkan manusia yang mendekati kemapanan. Adapun topeng temanggung menceritakan siklus kehidupan manusia yang telah menginjak pada masa kematangan dan kemapanan sempurna.
Tari topeng kelana sering pula disebut topeng rahwana. Sebutan itu mengacu pada salah satu tokoh yang ada dalam cerita Ramayana, yakni tokoh Rahwana. Secara kebetulan, karakternya sama persis dengan tokoh Kelana dalam cerita panji. Di Cirebon, topeng kelana dan rahwana kadang-kadang diartikan sebagai tarian yang sama.
ADVERTISEMENT
Tari topeng kelana adalah gambaran seseorang yang bertabiat buruk, serakah, penuh amarah dan tidak bisa mengendalikan hawa nafsu, ditandai dengan warna merah dari kedoknya. Tariannya sangat bertenaga dan bersemangat, sehingga lebih disenangi oleh penonton dibanding dengan tari topeng jenis lainnya. Gerak tarinya menggambarkan seseorang yang tengah marah, mabuk, gandrung, tertawa terbahak-bahak, dan sebagainya.
Tari topeng Cirebon ini tidak hanya dipentaskan di hajatan kampung-kampung, ritual Keraton Kacirebonan maupun pergelaran di daerah-daerah. Tarian itu bahkan sudah dipentaskan hingga ke Eropa, Jepang, dan Amerika Serikat. Mimi Rasinah adalah legenda dan maestro tari topeng Cirebon yang paling dikenal di antero mancanegara.
Sumber artikel: indonesia.go.id